Happy reading 🖤
Atmosfer semakin panas. Udara dikamar dengan warna dominan hitam terasa seperti air mendidih. Keringat dan deru nafas saling terjalin. Nafsu memintal keduanya. Bahkan belum mencapai puncak tapi mereka sudah merasakan kenikmatan yang akan meledakkan sesuatu dari dalam diri mereka masing-masing.
Tubuh Nanda terlentang pasrah di atas ranjang hanya bagian atasnya yang masih terbalut piama. Keadaannya tidak jauh berbeda dari Jordan. Wajah memerah dengan kilat nafsu tipis di matanya yang didominasi oleh tatapan sendu entah karena apa.
Jordan merobek piama Nanda membuat beberapa kancing terbang berhamburan. Melihat tubuh polos Nanda dengan amat sangat jelas dimatanya membuat Jordan kehilangan kendali. Niatan untuk menahan diri agar Nanda tidak merasakan sakit lenyap begitu saja. Tangannya membuka kaki Nanda agar mengangkang lebih lebar. Sedikit merendahkan tubuhnya agar posisinya sesuai.
Mata Nanda terpejam erat kala kejantanan Jordan mulai menerobos masuk. Tangannya memeluk Jordan sangat erat. Rasanya masih sakit walaupun ia sudah pernah melakukannya. “Sakit.” Cicitnya lirih. Tanpa sadar kuku-kuku Nanda sudah melukis punggung polos Jordan dengan goresan panjang. Cukup menyakitkan terlihat dari darah yang keluar.
Jordan menatap Nanda yang berada di bawahnya terlihat sangat tersiksa. Dirinya juga sama, nafsu sudah diujung tapi harus menahan diri agar tidak menyakiti Nanda. Posisinya canggung di mana kejantanannya sudah setengah masuk dan itu sangat menyiksa Jordan.
“Relaks sayang.” Suara Jordan terdengar parau. “Tahan ya.” Sambungnya sebelum kembali mencium Nanda agar rasa sakit teralihkan.
Nanda mengikuti ucapan Jordan. Membuka mulutnya membiarkan ciuman semakin larut. Baru dirinya merasa rileks, kejantanan Jordan didorong masuk sekali hentakan. Jeritannya tertahan di tenggorokan. Air mata mengalir dari sudut matanya. Tubuh membeku takut untuk bergerak.
Ciuman keduanya terurai. Jordan menghapus air mata Nanda yang mengalir turun. “Sakit banget hm?”
Nanda hanya bisa mengangguk. “Jangan gerak.” Pelukannya semakin mengerat. Sangat takut kalau Jordan akan bergerak.
Ada sesuatu yang menggelitik hatinya saat mendengar suara Nanda bergetar menahan tangis. Apalagi saat sepasang mata hazel basah terbuka menatapnya penuh permohonan. “Gue janji setelah gerak ngga akan sakit lagi.”
Dengan ragu Nanda mengizinkan Jordan untuk bergerak. Sakit dan perih memenuhi area bawahnya. Jari-jari kakinya menekuk melampiaskan rasa sakit. Deru nafas Nanda pendek-pendek dibarengi dengan tubuhnya yang mulai bergerak seirama dengan Jordan.
“Fuck! Enak banget anjing!” Jordan menggeram rendah. Tubuhnya bergerak semakin liar. Kenikmatan menghilangkan akal sehatnya. Tidak lagi menghiraukan keadaan Nanda.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Fiksi Remaja[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...