warning!
bxb
jaedo
jaehyunxdoyounghappy reading!
---dua pasang mata itu saling menatap tajam. tidak ada yang mau mengalah, baik jaehyun maupun doyoung.
sungguh doyoung tidak menyangka jaehyun akan datang secepat ini padanya setelah insiden di mana anak buah jaehyun menghadangnya yang membuahkan goresan di pipi kanan doyoung serta bahu sebelah kanannya. bukan sekadar marah lagi, doyoung marah besar.
doyoung sadar kalau dirinya pernah melakukan kesalahan pada jaehyun di masa lalu yang kalau dipikir-pikir sebenarnya bukan salah doyoung juga. namun kalau balasan jaehyun sampai membahayakan nyawanya begini, doyoung tidak bisa diam saja. lengah sedikit saja doyoung bisa kehilangan nyawanya.
satu langkah doyoung membawa dirinya semakin dekat pada jaehyun.
"seremeh itu kah nyawa gue di mata lo, jeong?" tanya doyoung tajam.
"dia bukan orang suruhan gue!" tekan jaehyun pada setiap katanya.
doyoung tersenyum sinis. "dengar ya, jeong. gue emang pengen mati, tapi gue gak akan pernah sudi mati di tangan lo atau anak buah lo itu."
berganti jaehyun yang melangkah mendekat. "udah gue bilang dia bukan orang suruhan gue, doyoung!"
"kilat dendam di mata lo masih kelihatan jelas."
"gue gak punya dendam sama lo."
"ngomong sama orang yang kirim anak buahnya buat bunuh gue."
jaehyun memang penyabar, terlebih kalau berkaitan dengan doyoung. tetapi kalau terus dituduh begini, kesabaran jaehyun juga ada batasnya.
tangan jaehyun bergerak menarik pinggang ramping doyoung mendekat. "gimana bisa gue punya pikiran buat bunuh orang yang gue cinta?" bisiknya tepat di telinga doyoung yang membuat doyoung merinding sendiri. andai tangan jaehyun tidak ada di pinggangnya, bisa saja ia sudah terjatuh.
ngomong-ngomong soal cinta, jaehyun pernah menyatakan cintanya pada doyoung lima tahun silam saat keduanya merayakan wisuda kelulusan sekolah menengah atasnya. bukan jawaban langsung yang jaehyun dapatkan saat itu, melainkan sikap doyoung yang mulai menjauhinya. hanya satu yang ada di pikiran jaehyun saat itu, doyoung menolaknya. lalu berbekal lolosnya jaehyun di perguruan tinggi impiannya, jaehyun meninggalkan kampung halamannya. meninggalkan doyoung yang kala itu hendak memberikan jawabannya pada jaehyun. sayang, terlambat.
satu tangan jaehyun yang menganggur ia bawa ke pipi kanan doyoung. mengelus goresan yang masih basah hingga membuat sang pemuda meringis sakit.
"gue minta maaf. tapi demi tuhan gue gak tau apapun tentang penyerangan ini," ucapnya pelan. rasanya jaehyun ingin menangis saja melihat sang terkasih terluka. "masih sakit?"
doyoung terdiam. segala umpatan yang telah ia persiapkan tadi mendadak hilang. jaehyun yang lembut perhatian seperti ini adalah titik lemahnya. meski begitu matanya masih menatap tajam pada jaehyun.
kalau dibilang tatapan tajam jaehyun karena dia marah pada doyoung, jelas salah. jaehyun menatap tajam doyoung karena marah pada dirinya sendiri, marah melihat doyoung terluka. apalagi itu ulah temannya.
"gak usah sok peduli!"
bersyukur doyoung mendapatkan kesadarannya kembali dan mendorong jaehyun hingga pinggangnya terlepas dari jangkauan jaehyun.
jaehyun mengembuskan napasnya lelah. ia mengalah, membiarkan doyoung menjauh.
"kapan gue pernah gak peduli sama lo?"
"waktu lo ninggalin gue tanpa pamit buat ngejar kampus impian lo itu! lo gak peduli sama gue yang kaya orang bodoh berdiri di depan rumah lo nungguin orang keluar tapi nyatanya sampai besoknya pun tetep gak ada yang keluar. gue kedinginan dan lo juga gak peduli sama gue!" sentak doyoung meluapkan emosi yang selama lima tahun ini ia pendam.
"lo yang ngejauhin gue duluan."
"gue butuh waktu buat mikirin semuanya!"
"lo bisa bilang ke gue kalo butuh waktu. tapi lo lebih milih jauhin gue gitu aja tanpa kasih gue pengertian."
"oke gue ngaku salah. tapi apa perlu lo sampe blokir semua akses gue buat hubungin lo, jeong?"
"apa lagi yang harus gue lakuin selain move on kalau gue ditolak?"
"lo bahkan belum dengar jawaban gue!" sungut doyoung tidak terima.
jaehyun tersenyum tipis. tangannya menarik doyoung untuk duduk di sofa menyadari sedari tadi keduanya adu mulut sambil berdiri. pasti doyoung lelah, begitu pikir jaehyun.
"jadi apa sekarang gue bisa denger jawaban lo waktu itu?" tanya jaehyun jahil sambil menarik pinggang doyoung mendekat. sepertinya menarik pinggang doyoung sudah menjadi hal favorite jaehyun.
"lo cuma mau denger jawaban lo waktu itu aja, atau hari ini juga?"
"kalau bisa keduanya kenapa harus milih?"
"i loved you too, jaehyun."
aliran darah jaehyun rasanya semakin cepat dari biasanya hanya karena mendengar doyoung menyebut namanya lagi.
"how about now?"
tanpa menjawab doyoung mendekatkan wajah keduanya. jarak yang semakin mengecil terkikis kala doyoung mengecup cepat bibir jaehyun.
"i never let anyone touch my lips, so i guess you know my answer."
rasanya rugi kalau jaehyun tidak segera menarik doyoung ke pangkuannya dan kembali berciuman.
end.
vote dan komennya juseyo
KAMU SEDANG MEMBACA
Just an Archieve (Jaedo)
Fanfictionisinya jaehyun sama doyoung semua. beberapa pindahan dari work twitter. warning bxb jaedo