Debutante [3]

25 3 0
                                    



Laki-laki itu dihadang oleh kedua orang tua-nya. Penuh rasa cemas rencana-nya tidak akan berhasil, tapi ia percaya Hyuji akan membereskan belakangan. Tuan besar Ree mulai berjalan mendekati anak-nya dan melihat tinggi mereka berbeda. Dulu anak-nya selalu ia tidak perhatikan, dipandang bawah, lemah dalam segala hal fisik, dan sakit-sakitan. Kini setara fisik dan tinggi badan melampaui diri-nya, punya ambisi ingin mengambil warisan.


Arthur pun menatap hina kepada ayah dan ibu-nya. "Kenapa semua ngumpul disini?", Arthur akan mencari seribu alasan untuk tidak mendekati ayah-nya. Karena terlalu lama diam tuan besar Ree, akhirnya Arthur memulai bicara lagi. "Kalo gaada yang perlu dibicarakan, saya ingin kembali ke ruang utama-", tiba-tiba para penjaga menodongkan pistol kearah-nya. Arthur terdiam dan menunggu pria itu berbicara.


"Putra ku yang pertama, jangan berharap kamu mendapat warisan ini. Warisan ini akan diberikan kepada Tora", panas-nya pembicaraan mereka.

"T-tuan, berikan saja ke Arthura.. aku sudah berubah-", Nyonya Ree berusaha memanaskan suasaana dengan membujuk hina. 

"Diam, dia hanyalah tumbal untuk sebagai bayaran kita. Saya tidak ingin barang yang sudah terjual dikembalikan lagi.. sampah", Arthur paham kenapa ia tidak akan mendapat warisan itu.

"Penjaga! tembak anak itu", perintah ayah-nya.


/DORRR


Suara tembakan yang menggema sampai ke lorong, tapi tidak sampai keruang utama.. Kiran yang mendengar tembakan dari lorong-lorong sana bergegas mengecek. Ternyata Arthur sedang dicegat puluhan penjaga. Ia mengalahkan semua, tapi 1 peluru mengenai lengan kiri-nya. Darah milik-nya menetes, sedangkan cipratan darah dilantai dan di dinding milik puluhan penjaga. 


"ARTHUR!", Kiran menghampiri-nya dan segera membawa ke kamar tamu. Akhir-nya Kiran memutuskan mencari perban dan menjahit luka Arthur. "Ugh,.. pelan-pelan!", merintih kesakitan. Kiran mencoba pelan-pelan dan.. selesai. Laki-laki itu mencoba menggerakan tangannya walau masih sedikit sakit. "Rencana-nya sedikit tidak sesuai, anda ingin pulang atau yang lain?", Kiran mengkhawatirkan keadaan Arthur yang sudah badmood parah.


Arthur menggeleng dan berbaring di kasur sebentar. Ia menutup mata dan berharap saat sudah ke toilet, ia tidak kehalaman belakang. Dengan begitu, ia tidak perlu bertemu kedua orang tua-nya dengan keadaan tadi. Waktu sudah terjadi, tidak ada yang bisa diubah. Arthur bergumam sehingga Kiran menjadi penasaran. "...la..", "Apa?".


"... La..", gumam Arthur.

"Lu bilang apa?", Karin tidak mendengar jelas.

"Ayla.. panggil Ayla...", Arthur meminta tolong Kiran untuk memanggil Ayla kehadap-nya.

"Baiklah, tunggu sebentar!", Kiran cepat-cepat keruang utama.


Terkahir kali ia melihat Ayla sedang bersama kedua adik laki-laki itu. Benar-benar mendesak ia harus mendekati ke adik-nya dan rela ketauan identitas. Saat memasuki ruang utama, ia melihat sekeliling-nya dan mencari keberadaan iblis itu. Ternyata ia sedang bersama Leree. Kiran cepat-cepat menghampiri, sayang-nya terhalang para tamu. Kiran berusaha menyusul, tetapi ia tidak sengaja menabrak seseorang. "Ah MAAF! saya ada-", "Kamu?!". Ah suara ini.

Choose! Fairly Together!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang