Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Karena hampir setengah harian menunggu serta mengantri untuk registrasi, Niki yang kelaparan mengajak mereka pergi untuk makan terlebih dulu di kantin universitas.
Jennie pikir, ia hanya perlu mengangkut barang-barang setelah ini lalu mencari kamar asramanya sendiri. Kegiatan resmi penerimaan mahasiswa baru akan diselenggarakan lusa pagi. Masih ada waktu satu hari untuk beradaptasi dan mempelajari setiap bagian dari universitas Oracle. Daehwi mengatakan kegiatan berikutnya adalah pembukaan resmi dimana tiga ratus mahasiswa yang terpilih akan mendapatkan almamater sesuai bidang utama yang mereka ambil.
“Ada tiga kantin di universitas dan kantin ini adalah kantin utama yang bisa didatangi semua mahasiswa. Disini kalian bisa makan sepuasnya setiap hari, jadwal makan pagi, siang dan malam bisa kalian lihat di papan depan. Setiap hari mereka akan menghidangkan makanan yang berbeda-beda. Ada Coffee machine otomatis juga, kalian hanya perlu menempelkan tattoo di bagian screening scan—kalau tidak salah, yang ini gratis. Hanya saja setiap orang diberi batas 10 kali pengambilan dalam satu bulan.”
“Tidak buruk.” komentar Niki sembari menatap sekitar membawa nampan berisikan makan siang yang tidak lagi bisa disebut makan siang, mereka baru saja mendapatkan meja pada pojok kiri. Kantin begitu ramai saat ini, rata-rata diisi oleh mahasiswa baru. Terlihat dari pakaian mereka yang tidak menggunakan almamater.
Kakak tingkat membentuk kelompok mereka sendiri di beberapa sudut terbuka. Ruangan kantin seperti aula ballroom hotel yang luas. Terbagi dalam dua ruangan dengan pendingin udara serta outdoor dimana beberapa kakak tingkat terlihat asyik merokok dengan bebas diluar sana. Jennie mengambil kursi, memilih untuk duduk di tepi tepat di samping Niki.
“Sepertinya disini tidak ada larangan untuk merokok.”
Jennie agak terkejut melihat pemandangan tersebut. Maksudnya, dia seringkali melihat beberapa pelajar di kota mereka bersikap seperti preman diluar sekolah. Hanya saja, Jennie tidak tahu bahwa universitas Oracle membebaskan hal-hal seperti itu dilingkungan sakral tempat orang-orang mengemban ilmu.