Bentala (1)

29 9 0
                                    

Bentala membuka pintu kafe, belum ada siapapun yang datang. Kakaknya berpesan untuk membuka kafe saat ia pulang dari kelas paginya. Hari ini hanya ada satu mata kuliah di jam 08:00. Begitu pulang dari kampus, Bentala langsung ke Kafe Kusuma yang tak terlalu jauh dari kampusnya. Bentala menjadi barista sejak lama, dia belajar sedari SMP dari kakaknya yang punya kafe ini. Bentala menyalakan mesin kopi, menambahkan air, membereskan meja dan mengecek semua persediaan. Ia juga menelpon kakak iparnya yang ada di Indramayu untuk mengecek ketersediaan kue yang akan disajikan di kafe ini. Kakak Bentala yaitu Ancala menikah dengan orang Indramayu dan tinggal bersama di sana. Sementara itu Bentala tinggal sendirian di rumah dan sering dipercaya mengurus kafe sendirian. Ibu Bentala sudah lama meninggal, sementara itu ayah Bentala— Bentala tidak suka membicarakan ayahnya atau ayahnya menjadi topik pembicaraan.

Dia mengambil bubuk kopi, menekannya lalu menambahkan air pada mesin kopi. Kalibrasi lidah perlu dilakukan tiap barista untuk mengecek kesesuaian rasa pada kopi yang akan disajikan pada pengunjung kafe, oleh sebab itu perlu dilakukan sebelum kafe benar-benar di buka. Bentala menuangkan kopi yang akan menjadi sampel di sebuah gelas kecil dan langsung meminumnya sekali teguk. Ia mengecap lidahnya memastikan rasa, tidak jadi masalah. Kadar kopi nya pas, rasa nya seperti belaian sang ibu yang begitu lembut, dan after taste yang tidak terlalu buruk. Kemudian telpon masuk dan ia mengangkatnya.

"Halo kak, ya? Oke cheese cake, strawberry cake, ah iya pesanan aku yang kue pandan ada kan kak? Pengunjung banyak yang suka jadi aku tambahkan ke dalam menu. Oh sudah? Ah oke siap kak. Abang sudah di Jakarta kak? Kue dibawa Herlambang? Ya sudah. Kafe sudah siap dibuka kak, hanya menunggu kue." Dari seberang telpon terdengar suara anak kecil yang memanggil-manggil nama Bentala namun tidak jelas apa yang dia ucapkan "Hai Rian, iya nanti om main ke sana. Om bawa gajah mau?" Anak kecil yang dipanggil Rian itu tertawa di seberang telpon "Sudah ya kak Indah, Tala mau telpon orang kopi. Titip salam untuk Mimi dan Mama. Dahhhh Rian". Mimi dan Mama adalah mertua Ancala yang artinya orang tua Indah (istri Ancala) Mimi artinya Ibu sedangkan Mama artinya Ayah. Bentala cukup dekat dengan keluarga Indah. "Tala, jaga diri baik-baik ya" ucap Indah di seberang telpon, Tala ialah nama panggilan Bentala. "Tala sudah besar kak, tak perlu lah tiap kita telponkan kak Indah mengatakan hal yang sama" Bentala tertawa renyah. Di seberang sana Indah hanya menarik napas "Ya sudah, kakak mau masak, kue sudah diambil Herlambang." Obrolan berakhir.

Suara bel tanda pintu dibuka terdengar "Ah maaf, kami belum benar-benar buka" Bentala sedang mengocok susu dengan mesin boiler untuk membuat latte untuk dirinya sendiri dan tidak menyadari yang datang adalah Sari. "Ah— tidak ada kelas, Sari?" Sari yang berambut pendek, tinggi dan putih hanya menggeleng pelan. Sari adalah waiters mahasiswa yang part-time di kafe Kusuma. Dia bisa dibilang tomboy karena lebih sering menggunakan celana panjang dan kemeja. Ia jarang menggunakan pakaian perempuan pada umumnya. Ia bahkan tak memiliki gaun di lemari pakaiannya. Namun sebagai waiters, dia harus menggunakan seragam. Ia langsung menuju ruang belakang konter dan berganti baju menggunakan baju putih, celana panjang dan celemek hitam serta dasi kupu-kupu, dia mengambil block note untuk digunakan mencatat pesanan. Sari bisa dibilang cukup pendiam, tidak banyak bicara dan dia sering menyampaikan apa yang dia rasa hanya dengan menggunakan gitar dan nyanyian. Dia juga vokalis band di kampusnya, kampus yang sama dengan Bentala namun berbeda fakultas.

"Bang Ancala ke mana?" Sari berpikir apakah sekarang ia dan Bentala hanya berdua saja di kafe ini? Menyadari hal itu membuat Sari tersipu malu. Hal yang sudah menjadi rahasia umum di kafe ini ialah Sari yang mencintai Bentala, namun Bentala tak pernah tahu dan tak pernah menyadarinya. Sari pun tak terang-terangan menyatakannya pada Bentala, ia lebih suka mendekati Bentala pelan-pelan dan membuat Bentala sadar akan rasa cintanya. Selain dari gelagat Sari, orang lain mengetahui bahwa Sari menyukai Bentala ialah saat kafe ini membuka booth di festival makanan Cirebon, saat itu Sari sampai membawakan tiga lagu cinta di panggung festival yang sudah tentu lagu itu ia susun sendiri. Lagu yang menyatakan bagaimana perasaan Sari pada Bentala, orang yang kenal mereka berdua sudah pasti akan paham apa yang disampaikan Sari lewat lagu-lagunya. Namun, hanya Bentala yang tak paham dan menganggap lagu itu hanya sekadar lagu yang bagus. Sari tak putus asa sampai di situ, sekarang pun ia tengah memperjuangkan cintanya dan berharap mereka bisa bersama.

Cirebon dan Pohon Balas Dendam (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang