illustration of Xici
----------------------------------------
Suara mesin kopi mengisi kafe seperti hari-hari biasanya, dan Ann menghabiskan waktu membuat hiasan cappucino untuk pelanggan, serta kedua temannya sibuk mengurus bagian lain. Kafe terasa lebih ramai hari ini hingga sore tiba. Pelanggan yang semula padat, kini mulai berkurang, hingga ia dan kedua temannya bisa duduk beristirahat.
"Huff... Capek juga."
"Pinggangku udah jompo banget rasanya."
Ann menghela napas panjang. Rasanya memang lelah, tapi ia lumayan menikmatinya. Pandangannya mengedar keluar kafe, melihat lalu lalang kendaraan yang terlihat lebih sepi karena sudah sore.
"Nanti malam pasti rame lagi," ucap Roma sambil meminum air.
"Biasanya gitu," balas Via ikut mengambil air lalu duduk membawa handphone-nya. "Eh btw, Ann. Kamu lagi banyak digosipin, loh," ucap Via sedikit berbisik dan Roma yang mendengarnya ikut mengiyakan.
"Iya, waktu aku nganter pesenan tadi, langsung pada diem semua. Terus ngeliatin kamu."
Ann hanya mengangguk. Ia tahu itu pasti karena kejadian tadi pagi, tak heran jika tiba-tiba ia menjadi topik pembicaraan secara diam-diam apalagi ditonton oleh warga sipil sebanyak itu.
"Wah, seriusan? Ann kamu masuk headline news gibahan anak muda," heboh Via yang terkejut melihat handphone-nya, dan Roma yang mendengar itu langsung melirik penasaran.
"Gilakkk, judul headline-nya aksi heroik pemuda barista dong. Nama kafe juga keseret masuk headline," balas Roma takjub sambil menggelengkan kepalanya saat membaca berita di handphone Via.
"Ya jelas kena, sih. Akhir-akhir ini Ann baru tersorot gara-gara cappucinonya. Ketambahan ini lagi. Jadi sebenernya udah nggak heran sih, lihat, nih... Postingan tren cappucinonya juga belum lama," jelas Via sambil menunjukkan layar handphone-nya.
Ann hanya melirik sebentar. Ia baru tahu beritanya akan jadi seramai itu. Entah itu akan mencoreng namanya dan merugikan kafe atau sebaliknya. "Itu berita serius, kah? Aku merusak nama kafe, ya?" tanya Ann ada rasa khawatir dibenaknya jika ia merusak nama kafe.
"Nggak sih... Mungkin, toh kamu kan di sini nyelametin bukan yang nyandera. Lagian ini juga cuma akun gosip anak-anak muda. Paling nggak lama ilang sendiri, udah deh. Mau makan, Ann? Roma masak ebi furai lebihan tuh di dapur, yuk ke belakang makan dulu," ajak Via seolah-olah tak perduli dengan berita itu. Ann paham Via hanya mengalihkan topik. Tapi ia diam saja mengikuti ajakan gadis itu. Selesai makan, Ann kembali ke meja barista. Duduk diam menunggu pelanggan. Di tengah lamunan hening itu handphone-nya berbunyi, nama Nao lah yang tersemat di sana.
Nao: [Ann, kamu nggak papa?]
Ann langsung tau arah pembicaraan Nao. Ia tahu jika ada masalah berita di internet seperti ini, Nao adalah nomor satunya.
Ann: [Aman]
Nao: [serius? jangan bohong, aku liat berita kamu sama si Alva Edison itu, kamu diancem dia, kah? Ann jujur]
Ann: [Aman, aku cuman nyelametin adeknya]
Nao: [adeknya? gitu aja? dia nggak ngancem atau apa gitu kan?]
Ann: [Iya]
Nao: [oh, syukur aja, aku takut gara-gara misi gila itu, kamu jadi sasaran dia]
Ann: [Nggak kok, ada apa?]
Nao: [kamu digosipin jadi mata-mata agen dari AI gara-gara si Alva itu bilang kamu anggotanya, ada warga yang bersaksi gitu, berita yang ini belum rame sih, soalnya cuman kesaksian tertulis, mau aku hapus kah?]

KAMU SEDANG MEMBACA
I'm not Enigma [TERBIT]
RomanceAnn, seorang pembunuh bayaran yang beralih profesi menjadi barista, tetapi diam diam ia bekerja lagi dengan seorang Enigma berbahaya bernama Alva Edison, kerjasama yang dibangun secara sepihak ini membuatnya harus memutar otak untuk menolak setiap m...