3. katanya, peduli

79 14 0
                                    

“Gue boleh duduk di sini nggak?” Chaya sedang sibuk memainkan ponsel sementara Ningning menghentikan suapannya karena selera makannya mendadak hilang melihat sosok yang baru saja menyapa; Citra Karina, yang katanya most wanted di angkatan mereka.

“Duduk aja. Lo nggak lagi bisul kan?” ujar Ningning savage tapi Chaya menyikut lengannya pelan agar sedikit ramah pada Karina.

Chaya sama seperti orang lainnya yang kagum pada Karina dan tidak menyangka orang seperti Karina ingin makan satu meja dengannya.

Karina tidak tampak tersinggung dengan tanggapan Ningning, malah tersenyum lebar. “Makasih, temannya Chaya.”

Temannya Chaya. Hell, apa Karina benar-benar tidak mengenal Ningning meski sekelas? Ningning mencebik sebal.

Dia kenal gue? Entah kenapa, Chaya merasa senang karena dikenal Karina. Meskipun sekelas, mereka tidak pernah berbicara sekalipun.

“Kalian kenal gue? Kita sekelas.”
Ningning tidak bisa menahan diri untuk memutar bola matanya, meskipun Karina hanya berbasa basi tapi entah kenapa begitu menyebalkan bagi Ningning. Hatinya menjerit; “Hellooooooo, iya iya semua orang tau lo, anjing. Because you’re pretty and you’re smart, you’re rich, and princess of college. PUAS?!”

“Semua orang tau lo, Karina.” Ningning rasanya ingin menyumpal mulut Chaya, kenapa dia harus merespon dengan kalimat yang diharapkan Karina?

“Masa sih? Gue pikir lo nggak bakal kenal gue Chaya, secara lo kan populer?”

Tawa Chaya lolos dari bibirnya, seorang Karina berkata dirinya populer terdengar seperti lelucon terlucu abad ini. “Gue? Populer?”

Karina tidak mengerti kenapa Chaya tertawa geli dengan perkataannya barusan. Ia mengangguk polos, “Lo pacaran sama Jake kan ya?”

Chaya yang baru saja menyeruput jeruk peras pesanannya tersedak karena pertanyaan frontal Karina, untung Ningning sigap menyodorkan air putih miliknya sambil membagikan tatapan bombastic side eyes pada Karina.

“Eh, sorry, sorry..gara-gara gue lo malah tersedak.” Karina menunjukkan ekspresi bersalah.

“Bukan salah lo.” Jawab Chaya datar. “Dan gue bukan pacar Jake, astaga.”

“Serius? Syukurlah.” Pernyataan Karina terdengar ambigu membuat Chaya dan Ningning kompak menatapnya dengan asumsi masing-masing dan Karina menyadari itu. “Syukur karena gue baru aja mau memperingatkan lo Chaya.”

Alis Chaya bertaut, “Lo suka sama Jake?” ujar Chaya ragu dengan dugaannya.

Karina menggeleng, “Kebalikannya, dia ngejar-ngejar gue dari OSPEK you know, dan kayaknya dia cuma jadiin lo pelarian untuk bersenang-senang. Makanya gue nggak mau lo sampai masuk perangkap dia.”

Chaya tampak sedikit terperangah, jadi ini jawaban dari tanda tanyanya selama ini karena tindakan Jake? Chaya sempat berpikir Jake mungkin menyukainya, tapi itu terdenngar tidak masuk akal dan liar. Kenapa Jake menyukainya? Bahkan dirinya sendiri tidak menyukai dirinya.

Chaya bersyukur Karina speak up mengenai hal ini padanya sebelum terlambat, karena jujur saja Chaya tidak tau apakah ia akan selamat dari pesona seorang Jake Radeva atau tidak. Kalau punya alasan begini, Chaya bisa bertahan menguatkan dirinya untuk tidak terjatuh.

“Gue tau dia brengsek, tapi nggak tau ternyata sebrengsek ini.” Gumam Chaya.

“Maaf nih ya, gue ikut berpendapat, tapi atas dasar apa lo bilang kalau niat Jake deketin Chaya cuma pelarian kalau lo nolak dia? Dia pernah bikin pernyataan sama lo atau semua itu cuma asumsi lo doang?” Ningning sipaling kritis tidak akan membiarkan semua opini dipercaya begitu saja dan dianggap kebenaran tanpa argumen yang kuat dan dapat diterima akalnya.

Karina menatap Ningning agak terganggu dengan responnya. “Lo nuduh gue mengada-ada? Niat gue baik loh, gue peduli sama Chaya sebagai sesama perempuan. Ada untungnya buat gue kalau mengada-ada?”

Alis Ningning terangkat, “Jawaban lo nggak menjawab pertanyaan gue, lebih terdengar defensif.”

“Lo ada masalah ya sama gue? Dari awal lo keliatan banget nggak sukanya.” Ningning tertawa sarkasme, sifat Karina memang sesuai tebakannya.

“Jangan mengalihkan pembicaraan, kayaknya beneran hanya asumsi lo aja ya Jake deketin Chaya karena pelarian dari lo?” Karina kehabisan kata-kata, menarik nafas lelah dan menatap Ningning sebal.

“Gue nggak ngerti kenapa niat baik gue malah jadi ajang lo memojokkan gue. DAN gue ngomongnya sama Chaya, nggak butuh pendapat lo.”

“Lo ngerasa terpojokkan?” Ningning merasa makin seru meladeni manusia sinetron macam Karina.

“Ning, udah. lo kenapa sih? Bukannya lo juga nggak suka sama Jake?” Chaya angkat bicara untuk meredakan tensi yang meninggi antara Karina dan Ningning.

“Ini bukan tentang suka nggak suka, Cha. Ini tentang kebenaran.”

”Fine, gue pergi sekarang, baru kali ini gue punya niat baik tapi disepelekan.” Karina segera mengambil totebagnya dan pergi meninggalkan kantin tanpa sepatah kata lagi.

Sementara Chaya dan Ningning hanya melihat punggungnya menjauh. “Ning, lo kenapa gitu sih?”

“Lo nggak ngerasa kalau Karina itu aneh? Kenapa dia harus peduli sama lo saat kalian nggak pernah bicara sekali pun?”

Chaya benar-benar kurang mengerti cara berpikir Ningning, “Emang salah kalau dia peduli? Anggap aja woman support woman.”

“Ah, tai, Cha! Orang kayak Karina setiap tindakannya pasti ada tujuan.”

“Lo terlalu banyak nonton drakor, Ning. Jadi over analysis.”

Ningning terdiam sejenak. Apa iya? Tapi instingnya mengatakan kalau Karina itu tidak beres.

“Hmmm, okay, kita anggap aja sekarang terlalu dini untuk menyimpulkan tujuannya Karina. tapi, insting gue nggak pernah salah. Let’s see, lo mau taruhan sama gue?”

Chaya lanjut menyeruput es jeruk perasnya, “Ogah.” Jawabnya singkat. “Gue suka liat Karina, gue sedikit iri juga, karena dia punya kualitas yang nggak gue punya. Apalagi penampilan badainya itu, bikin gue termotivasi skincare-an.”

“Ya,ya, gak heran sikap lo yang kayak gitu bikin lo attract banyak orang jahat dihidup lo.” Tanggap Ningning kesal.

“Gapapa, sekarang gue punya lo, Ning.”

“Sekarang gue diakui sebagai sahabat?”

Chaya pura-pura berpikir keras. “Gue mau sahabatan sama Karina.”

“Najis lo mau jadi kaum pick me.”

“Kalau Karina pick me semua orang juga pick dia,Ning.”

“Kecuali gue.”

“Iya kecuali lo. Kapan lo suka sama manusia?”

“Iyalah, mending juga kucing kemana-mana.”

ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang