Suara sirine polisi terdengar semakin dekat. Dan saat itu juga kawanan baju hitam lari berhamburan menyisakan dua preman yang sudah tak berdaya juga Natta yang satu-satunya masih bertahan walau keadaannya sama kacaunya dengan yang ada di sana.Natta cepat-cepat berlari keluar menemui polisi itu dan meminta pertolongan.
"Pak..." Natta tersadar saat ternyata ada sosok yang ia kenal di sana. Papa Hilmy keluar dari mobil miliknya dengan panik. Natta akhirnya memilih untuk meminta bantuan dengan pria setengah baya itu. "Om... Tolongin Hilmy, om..."
Papa Hilmy yang seperti paham langsung berlari masuk ke dalam kontainer yang kini keadaannya sudah sangat kacau. Papa mendudukkan dirinya lalu menekan bagian dada Hilmy yang sudah penuh dengan darah.
"Hilmy kenapa?" Tanya papa panik.
Natta menjelaskan semuanya dan untung saja ambulance datang tepat waktu. Natta sendiri bingung, siapa yang niat memanggil polisi hingga ambulance seperti tahu apa yang sedang terjadi. Tak berpikir panjang, papa langsung menggendong Hilmy di punggungnya lalu berlari menuju ambulance.
"Natta, tolong titip Biru, ya?" Natta mengangguki papa Hilmy dengan panik.
Setelah mengurus Nabiru dan beberapa penjahat, Natta pun ikut bergegas membawa gadisnya ke rumah sakit tempat Hilmy berada. Sebelum itu, ia melirik sekitarnya.
"Kalingga mana?" Tanyanya entah dengan siapa.
Tak peduli lagi, Natta kembali membawa Nabiru yang sekarang berada di punggungnya menuju mobil miliknya. Ia akan ke rumah sakit terdekat sesuai perkataan papa Hilmy.
Di sisi lain, Kalingga mengintip pada kontainer lain tak jauh dari sana. Pemuda itu melega mengetahui semua baik-baik saja. Lalu, pemuda itu berbalik ke belakang, ada pria berperawakan tinggi di sana.
"Makasih, Om Elang. Kalo om gak cepet panggil ambulance, mungkin keadaannya bisa gawat."
Om Elang tak berekspresi, "saya malah bingung sama kamu. Ayo ikut om, kita harus bicara sama papa kamu."
Om Elang menjewer kuping Kalingga membuat pemuda itu meringis. "Aduh, om, ampun. Lingga juga korban tau!" Pekik Kalingga kemudian.
"Apa? Korban? Yang suruh kamu keluar pagi siapa?" Ujar om Elang lagi tak mau kalah.
"Tapi, bawa gue ke papa apa gak kelewatan? Harusnya gue juga dapat perawatan intensif karena trauma, liat nih liat lengan gue penuh darah!" Tutur Kalingga lagi.
Om Elang melirik sebentar ke lengan Kalingga, pria itu hanya mengangguk apatis lalu berkata, "Ikut aja."
—
Mama Hilmy berlari panik setelah mendengar kabar bahwa anak-anaknya dalam bahaya. Dirinya menjadi kalang kabut dan langsung lari dari rapat yang sempat ia hadiri.
Setelah sampai di rumah sakit, mama bisa menebak siapa yang terduduk di sana. Ada Natta, dan juga sang suami.
"Mas," panik mama memanggil sang suami.
Papa Hilmy bangkit saat bersitatap dengan sang istri lalu memeluk perempuannya itu dengan erat. Air wajah mama terlihat sangat panik dan papa beralih mengelus surai sang istri dengan lembut.
"Anak-anak gimana?" Tanya mama yang sudah menangis.
"Mereka bakal baik-baik aja." Ucap papa kemudian
Dokter keluar bersamaan dengan papa yang melepaskan pelukan mama. Natta juga ikut berdiri.
"Gimana keadaan anak saya?" Tanya papa lebih dulu.
Dokter itu tersenyum sebelum menjelaskan, "untuk pasien Nabiru, tidak ada cedera apapun, hanya saja pasien mengalami trauma di tempat kejadian membuat pasien pingsan, kami sudah memberi beberapa perawatan dan pasien akan baik-baik saja dalam beberapa jam."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Journey Of Us
FanfictionKisah melankolis para remaja sekolah menengah yang merasakan pahit, asam, manis-nya kehidupan dengan hati yang bergejolak bermekaran saat musim bersemi. Written by @lavidamys