39. Penculikan (2)

81 23 1
                                    







.





.





.








Alam bawah sadar memaksanya untuk membuka mata kala pening menghantam telak tengkoraknya hingga ia terpaksa menjaga kesadaran yang ingin kembali pergi.

"Uh.." lenguhan kecil keluar dari pemuda Lee yang sekarang sedang berusaha memfokuskan pandangannya yang serasa berputar mempermainkan bola matanya.

Hal yang pertama kali ia lihat adalah langit-langit beton kusam disangga dengan dinding berbahan serupa dan beberapa jendela yang tidak memiliki bingkai menganga disisi kiri tubuhnya hingga angin bebas keluar masuk.

Mark mencoba mendudukkan dirinya. Otaknya memaksa untuk mencari tahu bagaimana caranya ia dapat berakhir disini.

Ia terperanjat kala potongan memori yang ia cari berhasil ditemukan. Segera saja Mark diserang kepanikan sesaat.

"A-aku diculik?"

Masih belum percaya dengan apa yang sudah terjadi padanya, Mark bawa tubuhnya berdiri dan memeriksa setiap inchi dari tubuhnya.

Pakaiannya masih lengkap, tubuhnya pun tidak terikat dan tidak mendapati goresan ataupun luka serius lainnya, kecuali..

"Sshh.."

Mark mencoba menarik tangannya yang sempat menyentuh belakang kepalanya. Jemarinya berhias darahnya sendiri yang hampir mengering.

Alarm peringatan berkumandang di benaknya. Dirinya harus segera pergi dari sini sebelum para penculik itu datang.

Dengan pikiran yang minim, matanya langsung tertuju pada jendela besar itu. Mark tahu jika satu-satunya pintu disana pasti terkunci. Ia tidak bodoh untuk mendobrak paksa pintu itu yang berakhir membuat kegaduhan yang pastinya akan mengundang para penculik itu datang.

Dengan langkah ragu ia bawa kakinya menuju jendela itu. Belum sampai meraih tepian jendela, tiba-tiba saja bau darah menyeruak memasuki indera penciumannya.

Sebisa mungkin Mark menghalau bau itu menggunakan telapak tangannya, namun usaha itu sia-sia, ia tetap tidak bisa menghindari bau itu.

Seketika ingatannya kembali pada saat dimana dirinya terbangun tengah malam karena merasa perutnya diaduk-aduk. Penyebabnya adalah karena mencium bau yang serupa seperti ini.

Mark mulai paham sekarang. Dari penjelasan Sungchan tentang para asterisk dan musuh bebuyutannya. Dapat Mark simpulkan bahwa dirinya adalah seorang asterisk pembau. Cukup mudah memahami bagi otaknya yang peka ini.

Lalu sekarang, jika bau darah itu ada disekitar sini, berarti para penculik itu adalah bangsa setan dan mereka ada di sekitar sini!

"Gawat, aku harus segera kabur!"

Sol sepatu Mark hampir berhasil menginjak tepian bawah jendela itu jika saja tidak ada lengan kekar yang melingkari tubuhnya, menggagalkan aksi kabur tersebut.

"Hei, kau mau kemana? Kita berada di lantai dua omong-omong. Kau mau terjun di ketinggian empat meter, hm?"

Tubuh Mark menegang. Ia tidak dapat bergerak karena tubuhnya didekap erat oleh orang - atau lebih tepatnya seorang setan - di belakangnya. Deru nafas setan itu terasa mengenai tengkuknya yang berdarah. Mark memberanikan diri untuk menoleh ke samping.

Dapat terlihat setan itu tersenyum menampilkan dua gigi taring tajam yang mencuat di sela bibirnya, bola mata berwarna merah dan satu tanduk hitam di dahinya.

Asterisk 2 || NCT WayV✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang