Kemusuhan

806 169 35
                                    

Haechan menatap tajam sang suami yang sekarang ini tengah merengek meminta nenen padanya, ingin rasanya pemuda manis itu menendang wajah sok sedih sang suami sekarang juga.

"Mbul, mas mau nenen sayang" pinta Renjun sembari menatap wajah manis sang istri dengan tatapan memohon nya.

"Gak mau!!, nenen aku udah lecet ya gara-gara mas sedotin mulu dari kemarin. Kalau mas mau nenen sekarang mending mas minta aja sama Chenle dan Jisung di belakang sana" kata si manis kesal sembari menatap wajah tampan sang suami dengan penuh permusuhan.

Chenle dan Jisung yang si manis maksud adalah kedua sapi berwarna coklat yang dulu di belikan oleh sang suami, berhubung ketika Chenle dan Jisung lahir kedua sapi berwarna coklat itu sama sekali belum si manis beri nama maka entah inisiatif dari mana Haechan dan Jeno menamai kedua sapi itu menggunakan nama anak mereka.

"Gak mau sayang, mas kan maunya nenen kamu mbul" kata Renjun sembari meremas dada berisi sang istri dengan gemas, membuat sang pemilik terlonjak kaget karenanya.

"Mas ih!!, mas itu udah tua loh jangan bersikap kaya anak kecil terus dong mas. Apa mas gak malu sama anak kita? Dia aja udah berhenti nenen loh
masa mas mau terus-terusan minta nenen sama aku di umur mas yang udah gak muda lagi, mas gak malu apa?" kata si manis sembari berdiri dari duduknya, kemudian dengan kesal pemuda manis itu memilih berlalu meninggalkan sang suami yang sekarang ini tengah menatapnya dengan sedih.

Haechan memilih pergi ke belakang rumah untuk mencari angin sekalian memastikan jikalau kedua sapi kesayangannya itu sudah di beri makan.

"Chenle sama Jisung udah di kasih makan mang?" tanya kepada mang ujang, tukang mencari makanan Chenle dan Jisung.

"Sudah a', baru saja mereka berdua mamang kasih makan" Haechan tersenyum senang begitu mendengar ucapan mang ujang barusan.

"Ya udah kalau begitu mang ujang bisa langsung pulang aja sekarang, ini gaji mamang untuk hari ini" kata Haechan sembari menyodorkan satu gepok uang berwarna merah ke arah mang ujang.

"Makasih ya a', kalau begitu mamang pulang dulu ya a'." si manis hanya mengangguk menanggapi ucapan mang ujang barusan.

"Hmm, sekarang badannya Chenle sama Jisung udah gede banget kalau di sembelih dagingnya pasti banyak banget nih. Tapi gue juga gak tega kalau harus nyembelih mereka secara mereka udah lama banget tinggal sama gue" kata Haechan sembari mendudukkan tubuh berisi nya di atas saung, tempat di mana ciuman pertamanya di ambil oleh sang suami.

"Mama!!"

"Mbul!!"

Haechan menoleh ke arah sang suami dan sang anak yang sekarang ini tengah berjalan ke arahnya.

"Kenapa?" tanya si manis sembari menatap wajah tampan sang suami dengan sebal.

"Lele sama baba beliin mama bakso loh" kata Chenle bangga sembari menunjuk ke arah kantong plastik kresek hitam yang tengah di bawa oleh sang ayah.

"Tumben banget Lele mau beliin mama sesuatu" kata Haechan sembari menggendong tubuh mungil sang anak.

"Karena sekarang ini hatinya Lele lagi berbunga-bunga, jadi Lele beliin mama bakso karena Lele mau minta restu dari mama" baik Renjun ataupun Haechan keduanya di buat kaget begitu mendengar ucapan sang anak barusan.

"Restu?, emangnya Lele mau ngapain sampe minta restu segala" tanya Renjun sembari mendudukkan tubuhnya di samping si manis.

"Lele mau nikahin anaknya pak rt, minggu depan Lele mau nikah sama dia jadi sekarang Lele mau minta restu nya mama dulu" Jeno dan Jeno, nama pemuda sipit itulah yang sendari tadi si manis maki di dalam hati begitu mendengar ucapan sang anak barusan.

"Jisung maksudnya?" tanya Renjun memastikan.

"Iya Icung , Lele mau nikah sama Icung soalnya Icung lucu banget!!" Renjun meringis pelan begitu melihat sang istri yang sekarang ini tengah menatapnya dengan tajam.

"Besok kita pindah rumah lah mas"

~~~~~~~~~~~~~~~~~

Haechan menatap tajam Jeno yang sekarang ini tengah memakan semangkuk bakso bersama dengan Jisung.

"No sini lu!!" kata si manis sembari berjalan menghampiri Jeno yang sekarang ini tengah menatapnya dengan bingung.

"Kenapa lu brot?" tanya Jeno bingung.

"Lu apain isi pikiran anak gue sih njing?, anak gue jadi gila gara-gara lu tuh" kata Haechan kesal sembari menarik lengan Jeno dengan kasar.

"Anak lu kenapa emangnya?" tanya Jeno bingung sembari menatap wajah si manis dengan penuh tanda tanya.

"Pengen nikahin anak lu noh dia, stres anying Kecil-kecil udah mikirin nikah aja" Jeno hanya mengangguk paham begitu mendengar ucapan Haechan barusan.

"Bagus dong" kata Jeno santai sembari menyuapkan satu bakso berukuran kecil ke dalam mulutnya.

"Bagus dari mananya anjir?, pikiran lu kayaknya udah bener-bener bermasalah deh no. Perasaan dulu lu gak begini dah lu makan apaan sih no sampe bisa kaya begini?" kata si manis kesal sembari menatap pemuda sipit itu dengan penuh permusuhan.

"Gara-gara makan peju kakak lu gue jadi begini!" si manis hanya mampu meringis pelan begitu mendengar ucapan frontal Jeno barusan.

"Nda peju itu apa?" keduanya terlonjak kaget begitu tiba-tiba mendengar suara Jisung, kemudian keduanya menoleh ke arah Jisung yang sekarang ini tengah menatap mereka dengan Polos.

"Jeno bangke!!!"

TBC

Update lagi nih

kakak ustadz Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang