2. Takdir Allah

1.9K 185 12
                                    

WANITA setengah baya itu mondar-mandir dengan memijat pelipisnya, ia berulang kali menelpon seseorang namun tak kunjung ada jawaban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

WANITA setengah baya itu mondar-mandir dengan memijat pelipisnya, ia berulang kali menelpon seseorang namun tak kunjung ada jawaban.

Hingga suara di seberang sana berbicara, wanita itu sedikit merasa lega. "Mahen, saya Luna. Kamu sekarang ada dimana, kami disini sudah menunggu." Luna bertanya dengan suara halusnya.

"Maaf Tante, aku ga bisa nikahin Alya. Sekarang aku ada di Luar Negeri, batalkan saja pernikahannya," ujar enteng seorang laki-laki yang diduga colan suami Zareen.

"Loh ya ga bisa Mahen, semua sudah dipersiapkan. Kamu juga udah janji sama saya untuk memberikan mahar sepuluh milyar, kamu ga bisa seenaknya membatalkan pernikahan ini!" Luna tampak marah.

"Aku benar-benar ga bisa Tante, udah ya ga usah hubungi aku lagi!" Setelah mengucapkan itu Mahen menutup telponnya dan segera memblokir nomor Luna sehingga wanita itu mendesis kesal.

"Bener-bener nih orang, terus ini gimana jadinya. Kalau kayak gini aku yang malu, emang Alya tuh pembawa sial banget sih!" Luna mendudukkan tubuhnya di sofa dengan memijat pelipisnya.

Sekian lama Luna memijat pelipisnya, ia teralihkan dengan ketukan pintu utama. Wanita itu menoleh, terlihat seorang laki-laki dengan kurta bewarna abu-abu serta celana jeans hitam berdiri diambang pintu.

"Siapa kamu?" tanya Luna sedikit tidak ramah, akibat terlalu banyak pikiran membuat suasana hatinya memburuk.

"Boleh saya berbicara dengan anda?" Laki-laki itu bertanya.

Luna menghembuskan nafasnya, kemudian mempersilakan laki-laki yang tidak tahu namanya itu untuk masuk dan duduk di depannya.

"Saya mendengar semua percakapan anda dengan seseorang ditelpon tadi, sebelumnya saya minta maaf karena sudah lancang menguping pembicaraan anda." Laki-laki itu berkata, Luna hanya mendengarkan baginya itu tidak terlalu menjadi masalah untuknya selagi laki-laki ini tidak mempermalukannya.

"Terus, mau kamu apa?" Luna berbicara ketus.

"Sebelumnya perkenalkan saya Zhafi, jika diizinkan bolehkah saya menggantikan mempelai pria. Saya akan menikahi keponakan anda, dan untuk mahar anda tenang saja. Saya akan memberinya dua kali lipat." Zhafi tampak berbicara serius membuat Luna sedikit bernafas lega.

"Oke, siapapun kamu. Saya akan menyerahkan Alya untuk kamu, dan mahar akan diberikan pada saya!" putus Luna, ia tidak terlalu memikirkan siapa laki-laki itu.

Bagaimanapun, ia harus tetap menikahkan Zareen. Luna tidak mau menanggung malu karena keponakannya itu, apalagi mahar yang diberikan Zhafi dua kali lipat dari mahar yang diberikan Mahen.

Seperti itulah awal dari semua pernikahan ini, Zhafi seorang Gus di salah satu pondok pesantren Jawa Timur tiba-tiba saja menggantikan posisi mempelai pria.

OUR DESTINY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang