Dua bulan kemudian...
Hari-hari berjalan bagai merangkak. Karina selalu mendapat nilai terbaik di setiap materi terutama saat mata pelajaran "Sejarah Nebbia" dan Guru menyuruh seisi kelas menghafal nama-nama pemimpin Nebbia yang memimpin pada abad pertama sampai abad ke-5. Berkat ajaran ibunya, Karina hafal dan maju terlebih dahulu.
Selain "Sejarah Nebbia", Karina juga pandai dalam mata pelajaran "Dasar Biologi", atau hal-hal yang bersangkutpaut dengan tubuh manusia. Tidak sia-sia saat dirinya iseng mencuri buku sang Ibu dan diam-diam pula membacanya.
Orbit sangat kagum dengan kemampuan Karina—tetapi terkadang dia menjadi rendah diri karena berteman dengan perempuan yang jauh lebih cerdas darinya. Dan Karina tidak pernah mengeluh saat Orbit meminta belajar bersama saat jam istirahat.
"Makanan ibumu selalu enak, Karina."
Esther selalu menyediakan kotak makan siang untuk Orbit. Sebab saat kembali ke rumah, Karina selalu menceritakan Orbit dengan gamblang kepada ayah dan ibunya. Itu membuat mereka penasaran, seperti apa teman pertama Karina di akademi?
Jam istirahat usai, materi pelajaran berlanjut.
"Anak-anak, selama empat belas hari mulai besok, kalian akan belajar di rumah. Untuk murid yang tinggal di asrama, kalian tidak diperbolehkan keluar dari wilayah akademi selama waktu yang ditentukan."
Semua murid bersorak senang karena bisa libur lama. Namun, tidak dengan Karina. Selain tidak bisa merasakan sensasi belajar di akademi, Karina juga tidak akan bisa bertemu dengan Orbit.
Anak laki-laki itu tersenyum simpul—tentu dia merasa sedih karena tidak akan bisa merasakan masakan Ibu Esther, serta tidak dapat belajar bersama Karina.
Lonceng tanda pulang berbunyi kencang. Orbit dan Karina berpisah di koridor, sementara Karina berlari ke arah gerbang untuk bertemu dengan ibunya.
"Ibu, mulai besok libur selama empat belas hari." Wajah Karina lesu.
"Eh? Libur? Kenapa?" Esther kebingungan saat menyambut putrinya.
Karina mengangkat bahu, lemas. "Tidak tahu. Pokoknya libur. Ibu bisa menemani Karina belajar di rumah, kan?"
"Tentu..." Esther tertawa kecil, padahal isi kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan. "Sekarang kita pulang, ya. Ayah sudah menunggu di rumah."
Karina bersemangat, hilang sudah lesu di wajahnya. Dia tidak akan menunggu Ayah pulang malam-malam lagi.
Sesampainya di rumah, Eric terkejut dengan kabar mengenai hari libur di akademi. Eric mulai memberi isyarat kepada Esther, seolah akan membicarakan hal serius.
"Eh, Karina ganti baju dulu, ya? Lalu ambil makan di wajan atas tungku." Esther mengambil tas selempang Karina lantas meletakkannya di pojok ruang tamu.
Anak kecil itu mengangguk, berlari-lari kecil menuju ke kamarnya. Kamar Karina sengaja dipisah sejak usia Karina lima tahun. Walau kamarnya dipisah, kerap kali Karina berpindah dan tidur meringkuk di kamar ayah dan ibunya. Takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEPARATED [Vol. 2]
FantasyDalam kehidupan ini, suka dan duka silih berganti. Manusia bermimpi, berusaha, lantas memperoleh keberhasilan atas usahanya. Kehidupan Karina tak semulus apa yang ia impikan. Karina melewati begitu banyak rintangan ketika mulai memasuki dunia masa l...