Jantung gue berdebar saat melangkah masuk ke 'Ruang Bermain' bawah tanah kami, ruangan itu adalah gabungan dari gym dan tempat dimana gue memajang semua koleksi mainan gue.
Dirancang dan dibangun oleh salah satu klien kami. Ruangan itu kedap suara, sehingga jeritan dan teriakan di dalam tidak akan terdengar oleh dunia luar.
Biaya pembuatan dungeon ini memang tidak murah, namun buat gue adalah investasi yang bijaksana, sebab di dalam sini gue bisa mewujudkan semua fantasi tergelap gue, sebebas-bebasnya.
Di atas tempat tidur, Pak Brengos dan Boas sudah menunggu dengan posisi yang sangat menggoda.
Cahaya merah yang membelai kedua tubuh perkasa mereka membuat mulut gue banjir liur. Mereka berbaring telanjang, hanya mengenakan seragam kalung anjing dan cock cage yang mengekang ereksi mereka. Kamera-kamera tersembunyi di berbagai sudut merekam semua adegan yang akan terjadi di sini.
Wajah mereka terlihat penuh antusiasme dan penyerahan total kepada gue, otot-otot mereka yang terpompa maksimal karena baru saja melakukan latihan berat terlihat mengkilap karena lapisan keringat tipis.
Gue mencubit lengan gue, memastikan gue lagi nggak mimpi. Rasa sakit di lengan gue bikin gue menyeringai lebar.
Setelah shooting di tambang batu minggu lalu, Boas langsung ngajak kolaborasi lagi, dan yang bikin jadi spesial, di konten inilah pertama kali Boas secara perdana berperan bukan sebagai Master.
Konsep kali ini datang dari Boas sendiri dimana gue berperan sebagai Master, sementara Pak Brengos adalah budak Senior, dan Boas memerankan seorang budak Junior yang sedang dilatih.
Ngedenger itu gue langsung mikir, apa itu nggak akan melukai citra yang dibangunnya sebagai Dom? Apa agent-nya akan setuju?
Tapi gue diam seribu bahasa dan langsung menyetujuinya.
Waktu gue bertanya ke Pak Brengos, ia menjawab "Saya ngikut aja, Mas Sayang otaknya, saya ototnya."
Gue merasa seperti menang lotre, seperti planet-planet di tata surya berjajar untuk mengabulkan hasrat gue. Sepanjang malam gue ragu apakah Boas benar-benar akan menepati janjinya, gue harusnya menyuruh Boas menandatangani surat perjanjian lengkap dengan notaris.
Tapi untungnya Boas adalah orang yang selalu menepati janjinya. Ia bahkan datang pagi buta, untuk mengikuti jadwal tugas-tugas keseharian Pak Brengos.
Baguslah, Pak Brengos pasti senang mendapat tenaga bantuan untuk mengurus rumah baru kami yang ukurannya jauh lebih besar dari rumah sebelumnya.
"Selamat datang, Tuan," kata mereka berbarengan, "Budak senior dan budak junior siap untuk melayani Tuan." Suara mereka yang berat dan jantan bagaikan akapela indah di telinga gue.
"Kalian berdua tahu apa yang harus dilakukan, kan?" sahut gue, sambil berjalan ke arah mereka setenang mungkin, menahan dorongan ingin memperkosa mereka sekarang juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonte Kekarku, Pak Brengos
RomanceKamu homophobic? Cerita ini bukan buat kamu. Disclaimer ⚠️ BDSM: Hargai dan hormati batasan serta keinginanmu sendiri. Jika ada elemen dalam BDSM yang terasa tidak nyaman atau tidak sesuai dengan nilai-nilaimu, jangan ragu untuk menghindarinya. "Ci...