"Vanda, ada yang mau Mama bicarakan sama kamu." Mama tiba-tiba saja datang ke kamar Vanda. Sambil menyalin PR-nya Vanda membalas, "Mau ngomong apa Ma?"
"Kamu malam ini dandan yang cantik ya, karena Rudi mau ke sini. mau ngajak kamu jalan-jalan." Ternyata Mama datang ke sini hanya untuk memberi informasi tersebut. Vanda mengehentikan tulis menulisnya, beralih berdiri dan menatap Mamanya.
"Ma, kalau hanya sekedar jalan-jalan atau temenan aja aku mau. Tapi kalau dijodohin aku nggak mau."
"Kamu tuh, kenapa sih, Van?"
"Ma, aku itu nggak cinta sama dia. Mama sama Papa nggak bisa dong, maksa aku gitu aja."
"Tapi Van, kalau kamu punya pacar apalagai calon kamu pasti akan merasa aman dimanapun kamu berada."
Vanda melipat kedua tangan di depan dadanya, memalingkan wajahnya ke samping. Bersikap bodoh amat terhadap apa yang dikatakan Mamanya tersebut.
"Van, ayolah!" Mama membelai rambut panjang Vanda yang tergerai indah sebahu. "Sekarang gini aja, Mama sama Papa nggak akan melanjutkan perjodohan ini jika kamu udah punya pacar," lanjut Recha, Mama Vanda.
Mendengar apa yang dikatakan Mamanya tersebut Vanda langsung tersenyum tipis. Tatapan matanya beralih menatap Recha, "benar, Ma?"
"Iya, benar. Tapi ada syaratnya, kamu harus mengajak pacar kamu ke sini. sekarang. supaya Mama dan Papa tahu, apakah kamu udah punya pacar atau belum."Vanda kembali dibuat gagap oleh Mamanya. Bibirnya terangkat ke atas tapi bukan sebuah senyuman. Namun sebuah pemikiran. Baru saja ia merasa bahagia dengan perkataan Recha tadi, tapi sekarang berbalik, semakin kesal terhadap Mamanya.
"Gimana? Kamu setuju nggak?"
Vanda masih diam, berpikir bagaimana caranya perjodohan itu dibatalkan tanpa ia punya pacar.Apa gue cari cowok diluar aja ya? Terus gue ajak kompromi supaya mau pura-pura jadi pacar gue. pikirnya.
"Ma, aku mau keluar dulu!" Tanpa meminta persetujuan Mama, Vanda langsung meraih tas slempangan kecilnya dan blazernya yang tergantung di lemari. Setelah itu berlari pergi, meninggalkan Mamanya yang merasa bingung akan gerak-gerik anaknya.
_
Malam terasa sunyi, hanya suara jangkrik terdengar di jalanan. Vanda bingung, mau kemana lagi ia mencari lelaki yang mau ia jadikan sebagai pacar bohongan.
_
Fian berjalan santai di komplek perumahan sepulang dari les Bahasa Inggris di rumah buk Vita, guru privatnya. Tidak ada rasa takut sama sekali, meskipun terdengar suara yang berasal dari semak-semak dan angina yang terasa kencang.
"Vanda, ngapain lo di sini?" Di tengah perjalanan Fian tidak sengaja bertemu Vanda yang berjalan dan merasa kebingungan, seperti orang yang sedang tersesat di tengah hutan.
Vanda tak merespon pertanyan Fian itu, ia masih diam dan mencoba bermain akal, berpikir bagaimana caranya ia bisa mendapatakan pacar detik ini juga, dan akhirnya sebuah ide langsung terlintas di benaknya.
"Yan, lo mau bantuin gue nggak?"
Belum sempat Fian menjawab, Vanda langsung menggeret tangannya secara paksa, "lo, ikut gue!""Kemana?"
"Ke rumah gue."
Fian mendesah pelan, pasrah jika dirinya dibawa Vanda tanpa tujuan yang jelas.
_Pukul 19:42, berarti sudah setengah jam tadi Rudi berada di rumah Vanda, menunggu cewek itu yang belum pulang, padahal kata Recha, Vanda sudah keluar sejak tadi.
"Om, Tante, sebenarnya Vanda kemana, sih?" Tanya Rudi pada Recha dan Tama, Papa Hanna.
Tama yang juga tidak mengerti kepergian putrinya pun ikut menyahuti, "iya, Ma, memangnya Vanda tadi pamitan kemana?"
"Mama nggak tahu perginya Vanda kemana. Tadi dia cuma bilang mau pergi sebentar aja."
Tepat setelah itu Vanda datang dengan membawa seorang lelaki yang akan ia akui sebagai pacarnya.
"Ma, Pa, Vanda pulang. Ini pacar Vanda, namanya Fian," kata Vanda, tangannya menggenggam tangan Fian, berakting seperti orang pacaran.
"Jadi ini pacar kamu?"
Mata Fian melebar, kaget dengan apa yang dikatakan wanita tersebut, yang diyakininya jika perempuan itu adalah Mama Vanda."Em, Tante saya itu tema-" baru saja ia ingin mengenalkan siapa dia yang sebenarnya, namun semua itu gagal saat Vanda menginjak kakinya. Membuat ia menjerit dan merasa kesakitan.
"Iya Ma, ini pacar Vanda. Gimana? Keren, kan?" jawab Vanda tersenyum, "Ma, Pa, Rudi, aku sama Fian ke sana dulu, ya," lanjutnya.
Vanda mengajak Fian ke ruang keluarga karena ada sesuatu yang ingin Adsiti sampaikan pada Fian.
"Van, ini apa-apaan, sih?" Tanya Fian sambil menarik tangannya dari genggaman Vanda.
"Gini lho, Yan, malam ini gue mau lo bantuin gue. Pura-pura jadi pacar gue."
Dengan suara yang pelan. Fian mengerutkan dahinya. "hah? Jadi pacar pura-pura lo? Kenapa?"
"Besok aja gue jelasin. Pokoknya, sekarang ini lo harus bersikap manis sama gue, kayak orang pacaran gitu lho!"
"Tapi-"
Lagi dan lagi, mungkin sekarang Vanda memiliki hobi baru, memotong ucapan Fian yang tak pernah sampai selesai. Vanda menarik tangan Fian lagi, mengajaknya untuk kumpul bersama keluarga.
"Gimana Ma, aku nggak jadi dijodohin sama Rudi, kan?"
Rudi menelan salivinya, "maksudnya apa ya, Tan?"
"Gini lho, Rudi, kata Mamaku tadi perjodohan kita akan dibatalkan jika gue punya pacar," sahut Vanda, mewakili jawaban Mamanya.
Tama yang tidak mengerti apa-apa, kini mulai angkat suara juga, "benar itu, Ma?"
Recha dibuat kelimpungan, semua ini benar-benar rumit. Dan ia akui, kerumitan itu memang berasal dari dirinya sendiri yang tidak mengajukan pada suaminya dulu, membatalkan perjodohan Vanda dan Rudi jika Vanda telah memiliki pacar. Ia pikir anaknya itu masih singel, tapi ternyata ...
"Iya Pa, Mama bilang gitu sama Vanda. Habisnya sih, Mama kira Vanda itu belum punya pacar, makanya deh, Mama ngomong gitu. Eh, ternyata malah sebaliknya. Maaf ya, Pa, Rudi?"Papa diam dengan ekspresi yang tidak bisa diartikan oleh siapapun, marah, senang, bahagia, kecewa terasa campur jadi satu. Sedangkan Rudi berkacak pinggang, kecewa dengan momen yang seperti ini.
"Kalau gitu sia-sia dong saya datang ke sini! Om, Tante, hampir satu jam saya di sini, nunggu Vanda yang justru bikin saya kecewa."
"Sekali lagi maafin Tante sama Om, ya?"
Rudi mendengus sebal, dirinya serasa dipermainkan dengan semua ini. Waktunya sudah terbuang habis, padahal niatnya tadi ingin pergi ke masjid untuk ikut pengajian.
"saya pulang dulu."
Kepergian Rudi membuat Vanda tersenyum kecil, usahanya berhasil dan membuat Rudi marah, meskipun perjodohan itu belum ada keputusan dari orangtuanya malam ini. Recha dan Tama meringis, merasa tak enak hati terhadap Rudi, dan mau ditaruh mana mukanya jika Rudi mengadukan semua itu pada orangtuanya. Sedangkan Fian menggaruk kepalanya yang tak terasa gatal, masih tak mengerti dengan maksud semua ini.
Hello teman-teman... Aku kembali ke cerita ini karena banyak sekali dari kalian yang Alhamdulillah memasukkan cerita ini ke reading list kalian.... 😘
Sebenarnya cerita ini pernah aku update sampai end di wp. Sekitar tahun 2021, tapi aku tarik kembali karena sepi peminat.
Nah, di saat aku mulai fokus ke cerita baru, kalian justru mengapresiasi karya ini😫
Terharu... tapi juga bingung. Ok, aku akan berusaha update setiap hari. namun untuk menunggu cerita ini kalian juga bisa mampir ke ceritaku selanjutnya. Judulnya Bukannya Aku Takut Jatuh Cinta. Oke.
YOU ARE READING
10 Misi Meraih Cinta
ЮморHappy Reading (Cerita ini hasil pemikiran dan imajinasi saya sendiri) -Follow akun WP author karena cerita di priviasi. -Update setiap hari -Jangan lupa vote dan komen. ___ "Mana obat pengaman lo?" tanya gadis itu sedikit ketus. Sedangkan si laki...