Chapter 1 : The Wish Tree

1.6K 55 6
                                    


Sinar matahari masuk melalui celah-celah pohon tinggi. Angin pagi berhembus menggoyangkan rerumputan dan bunga-bunga liar di taman tersembunyi. Suara gesekan daun dan rumput bagaikan musik merdu menemani. Seorang pemuda menarik resleting jaketnya yang terbuka dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya masih memegang kamera. Tubuhnya menelungkup diatas rerumputan, menunggu tangkapan.

Seekor kupu-kupu putih hinggap diatas sebatang bunga poppy. Walaupun hanya memiliki warna tunggal di seluruh sayapnya tetapi ia terlihat sangat cantik dengan warna kontras dari merekahnya bunga poppy yang menyala oranye.
Setidaknya itulah yang terlihat dari balik kamera milik Zee Pruk, seorang pemuda tampan yang dengan sigap menekan tombol shutter sebelum kupu-kupu manis itu terbang setelah angin pagi kembali menggoyangkan padang bunga liar tempatnya berada sekarang.

Zee memeriksa hasil tangkapan pada layar kameranya. Kedua sudut mulutnya tertarik keatas, ia berhasil mengabadikan moment kupu-kupu tadi. Ia melirik jam di tangannya, pukul 08.15, masih ada waktu 45 menit sebelum ia terlambat hadir di tempat kerjanya. Kamera tersimpan aman dalam tas khusus.

Kaki jenjangnya melangkah melalui semak-semak setinggi 2 meter untuk keluar dari padang bunga liar tempat ia banyak menghabiskan waktu menyalurkan kegemarannya akan fotografi.
Tidak banyak orang yang mengunjungi padang bunga liar ini, walaupun sangat indah tetapi membutuhkan usaha ekstra untuk sampai kesini. Hanya orang-orang yang rela pakaian dan sepatunya terkena tanah atau tergores ranting yang mau kesini.

____

Zee melangkahkan kakinya masuk ke sebuah cafe dengan jendela-jendela besar di bagian depannya. Interiornya bergaya minimalis dan terlihat nyaman.

"Oh! Kau sudah datang? Pagi sekali."

Seoham sang pemilik Cafe menyapanya saat Zee memasuki pintu depan.
Masih ada 20 menit dari jadwal kerjanya. Mereka memulai kerjanya jam 9 pagi dengan membersihkan dan menyiapkan segala keperluan Cafe, dan Cafe baru akan dibuka pukul 10.

"Celana jeans mu kotor lagi. Apa yang kau dapat pagi ini?"

Jaechan salah satu rekan kerjanya menghampiri Zee, berjinjit untuk mengambil sesuatu dari rambutnya krn Zee jauh lebih tinggi dari Jaechan.

"Dandelions!"

ia menunjukkan beberapa helai dandelion yang tersangkut di rambutnya kedepan wajahnya

"Ah, terima kasih Jae! Aku tidak sadar itu ada di rambutku."

"Kau perlu melihat cermin kawan! Jaket dan celanamu kotor dengan tanah dan rambutmu seperti habis keramas dengan rumput. Untung saja kau tampan!"

Mereka bertiga tertawa dengan lelucon Seoham.

"Baiklah, aku akan ganti baju sekarang sebelum kekasihmu terus berkomentar dan membuatku kehilangan 20menit untuk istirahat."

Zee balas menggoda Seoham sambil menyundul Jaechan dengan sikunya lalu pergi ke ruang ganti. Berganti pakaian dan menyimpan kamera kesayangannya dengan aman.

Ya, Jaechan adalah kekasih Seoham sang pemilik Cafe. Pria imut tersebut sangat manja pada kekasihnya, mungkin karena perbedaan umur yang cukup jauh membuat Seoham senang memanjakan Jaechan.
Selain perbedaan umur, mereka berdua juga memilki perbedaan tinggi yang sangat kentara. Zee sudah jauh lebih tinggi dari Jaechan dan Seoham lebih tinggi 7cm dari Zee. Dan itu membuat Jaechan harus medongakkan kepalanya tiap kali berbicara dengan kekasihnya.

Capture Your WishesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang