Setelah berjalan cukup lama melewati lorong sempit, akhirnya Iofi menemukan jalan yang lebih lowong, yang sepertinya mengarah pada titik akhir perjalanannya. Sebuah pemukiman bawah tanah yang disebutkan sebelumnya.
Dan benar saja, di tempat yang dipenuhi oleh penerangan buatan dari lentera-lentera yang dipasang sepanjang jalan, atau mungkin ini berasal dari kunang-kunang? Atau ada pula penerangan alami yang secara magis datang dari celah bebatuan berwarna biru muda? Mulai terlihat rumah-rumah dari batu yang disusun sedemikian rupa. Ada juga rumah yang dibangun di dalam dinding gua itu sendiri, atau bahkan rumah yang menggantung di atas langit-langit?
Setelah dilihat lagi, ternyata tidak sedikit batuan yang menggantung–seperti stalaktit namun ukurannya 10x lebih besar–yang menjadi tempat untuk ditinggali oleh seseorang. Beberapa dari batuan itu dihubungkan dengan tali-tali zip line untuk menunjang mobilitas? Atau ada pula jembatan-jembatan yang lebih praktis di sekitarnya.
Tidak luput, banyak juga pilar-pilar besar untuk menopang keutuhan peradaban di bawah tanah ini, atau juga rel besi yang menyala terang yang menandakan bahwa kereta akan melintas. Kereta transportasi dibawah naungan Tuan Putri Moona, yang melintas tiap 30 menit sekali.
"Sana pergi!" usir sang penjual dengan kasar meski telah melakukan transaksi dengan Iofi.
Tidak masalah. Aku mendapatkan apa yang aku butuhkan, kata Iofi dalam hati saat dirinya tengah melihat-lihat pasar untuk mulai berbaur dengan sekitar. Lagipula, aku disini bukan untuk menetap juga, kan? Aku hanya istirahat dan mengisi tenaga.
Mendapatkan tangan exoskeleton palsu dan rangka aksesoris untuk punggungnya, serta kain compang-camping bekas jubah yang setidaknya dapat menutupi seragam militer putihnya (hasil curian dari para pembunuh bayaran tadi), Iofi kembali berjalan mencari sesuatu yang lain, yang dapat membantunya terus bertahan hidup.
Tidak perlu ambil hati cacian mereka. Itu hal yang wajar.
Yang lebih penting, apa yang aku butuhkan selanjutnya? Apakah aku bisa meminta bala bantuan? Tapi ... kepada siapa? Si Titan Terra itu pasti tidak bisa diandalkan. Dia adalah dalang yang memisahkanku dengan Tuan Putri Moona yang sekarang entahlah berada di mana, terka Iofi.
Aku pun tidak bisa begitu mengandalkan prajurit lainnya jika si Titan Terra masih memimpin.
Sepertinya, aku harus menjalani ini semua sendiri lagi.
Tidak masalah.
Sekarang, lebih baik aku mencari tempat untuk menetap!
Dimanapun tempatnya, di bawah tanah sekalipun, pasti ada hotel atau motel atau apapun yang berhubungan dengan jasa penyewaan tempat tinggal, kan?
Apalagi tempat ini merupakan tempat transit bagi para pekerja kereta yang beristirahat, bagi para masinis atau mungkin penumpang yang ingin mendapatkan hiburan, atau justru pemukiman yang Iofi pilih ini adalah pemukiman distrik lampu merah?
"Tidak. Kamu sumber masalah. Pergi dari sini!"
"Apa yang kamu lakukan disini? Jauh-jauh sana! Jangan dekat-dekat! Jangan ganggu kami!"
"Kamu tidak diinginkan! Pergi sekarang!"
"Penuh. Penuh! Kamar penuh! Kami tidak ingin orang sepertimu ada disini!"
"..."
"Cuih!"
"Aku lebih baik mati daripada menerimamu!" dan lebih banyak tolakan lain menghambat Iofi untuk mendapatkan tempat untuk menginap.
Serius. Iofi tidak pernah peduli tentang tolakan kasar mereka.
Masalah utama dari penolakan ini adalah tenaga yang terkuras begitu saja. Iofi harus kembali pergi kesana-kemari mencari tempat penginapan lain, harus melakukan negosiasi panjang lain, bahkan beberapa kasus mengharuskan Iofi membayar uang muka hanya untuk sekadar memasuki gedungnya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
HoloRoot - Hololive FanFiction
Fanfic⚠️ Rate 18+ ⚠️ Mengandung konten dewasa UNOFFICIAL HOLOLIVE FAN FICTION Bagaimana jika para member hololive memiliki kehidupan alternatif, kehidupan diluar menjadi idola, kehidupan yang tidak pernah terjadi sama sekali? NIKMATI !!!! - Kehidupan alte...