ACDD 33# BERJUANG UNTUK CINTA
"Biarpun statusku istrimu, tapi jika hatimu untuk yang lain, aku tetap akan kalah."
~Aisfa (Cinta dalam Doa)~
🕊🕊🕊
"Ais, gimana kabar kamu di sana? Udah bahagia ya? Kakak rindu," sapa Asyraf sendu.
"Setelah kamu tiada, duniaku berantakan, Ais. Aku gak punya penyemangat lagi. Aku lebih suka bekerja daripada mengajar, karena mengajar selalu mengingatkan aku sama kamu."
"Maafin aku sudah kelewatan seperti ini. Tapi kepergian kamu benar-benar berpengaruh. Rasanya hampa."
Asyraf mendongak menatap langit yang mendung seolah paham dengan suasana hatinya yang gundah. Pemuda itu berusaha menghalau air mata, tak ingin terlihat lemah.
"Sabar." Seseorang menepuk pundaknya.
Asyraf menoleh pada sang empu. Di sana berdiri seorang pemuda berkalung sorban. Tangan kirinya menggandeng tangan seorang gadis yang telah resmi menjadi istrinya.
"Eh, Al? Kamu ngapain di sini?" tanya Asyraf sedikit terkejut dengan kehadiran sahabatnya. Ditambah ada Ning Izza.
"Bertemu Aisfa."
"Ziarah ke makam Aisfa maksudnya?" Asyraf sedikit memelankan suaranya tidak enak hati pada Ning Izza.
"Iya. Apa kamu keberatan?"
Asyraf tergelak. "Ya nggak. Aisfa pasti senang banyak yang mendoakannya."
Gus Alfatih tersenyum. "Buku diary Aisfa ada di rumah. Dia menjatuhkannya saat pergi dari rumah."
Perkataan Gus Alfatih barusan berhasil membuat rahang Asyraf mengeras. Tanpa berpikir dua kali ia melayangkan satu pukulan di perut Gus Alfatih. Ning Izza refleks memekik kaget.
"Brengsek kamu, Al! Kalau kamu tahu Aisfa mencintaimu kenapa kamu tidak membalas perasaan dia? Kamu tahu? Gara-gara dia tahu kamu akan menikah, penyakitnya semakin parah," bentak Asyraf. Tangannya mencengkram kerah kemeja Gus Alfatih dengan kuat.
Gus Alfatih menatap Asyraf dengan alis menukik. "Aisfa sakit? Dia sakit apa?"
"Oh, jadi sekarang pura-pura gak tahu?"
"Demi Allah, Raf. Aku gak tahu kalau Aisfa meninggal karena sakit. Aku tahu berita Aisfa meninggal aja dari situs pesantren. Aku cukup kecewa sama kamu karena sebagai sahabatku, kamu tidak memberitahuku."
"Untuk apa aku memberitahumu? Aisfa tidak penting bagimu, Al!"
Sekarang berbalik Gus Alfatih yang mencengkram kerah baju Asyraf. Pemuda itu menatap muak wajah sahabatnya. "Dia penting bagiku! Aku mencintainya. Kamu pikir, aku tidak terluka ketika mendengar kabar kematiannya? Aku hampir gila, Raf!"
Asyraf berdecih. Ia membuang muka, enggan menatap Gus Alfatih. "Kalau kamu memang mencintainya kenapa kamu menikahi gadis lain, brengsek!"
"Aku dijodohkan! Kamu pikir jadi aku mudah? Aku dan Aisfa memang saling mencintai tapi tidak bisa bersama," teriak Gus Alfatih di depan wajah Asyraf.
Di tempatnya Ning Izza menunduk merasa bersalah. Semua ini terjadi karena kehadiran dirinya dalam hidup Gus Alfatih. Mata Ning Izza memanas seketika. Ia merasa menjadi pemeran antagonis dalam kisah Gus Alfatih dan Aisfa.
Mendadak Asyraf merasa menyesal. Ia tidak tahu kalau pernikahan sahabatnya terjadi karena perjodohan. Jadi selama ini, Aisfa dan sahabatnya itu sama-sama menderita? Namun, tetap saja lebih sakit jadi Asyraf yang selalu ada untuk Aisfa tapi tidak mendapatkan cintanya. Dan sekarang ia harus kehilangan dia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aisfa (Cinta dalam Doa)
EspiritualSeperti kata pepatah, berharap kepada manusia adalah patah hati paling disengaja. Hal itu pulalah yang dirasakan oleh Aisfa, mantan badgirl yang sedang memperbaiki dirinya. Ia yang trauma dengan cinta dan pernikahan mendadak merasakan getaran cinta...