Untuk mengurangi risiko persalinan, Andik akan dilahirkan melalui bedah Caesar dengan bius lokal. Semua keluarga berkumpul di depan ruang operasi persalinan. Tepat pukul enam sore Andik lahir.
Masih di meja operasi, Setengah sadar, untuk kali pertama Murti melihat Andik. Dokter mendekatkan wajah Andik yang masih merah ke wajah Murti.
"Bu, ini aku, bu, di sebelah kanan ibu," kata dokter meniru suara anak kecil.
Spontan Murti menoleh ke kanan dan melihat anaknya masih benar-benar merah baru lahir digendong oleh dokter di genggaman kedua telapak tangannya.
Bayi mungil dengan wajah imutnya menggemaskan.
"Bu, anak ibu laki-laki, seluruh anggota tubuh dan badannya lengkap, rambutnya lebat, hitam dan sedikit ikal. Tangisannya cukup kencang nih, bu. Selamat ya, bu," kata dokter itu dengan suara biasa.
Murti menangis haru. Akhirnya ia bisa melihat anaknya. Ya Allah, Alhamdulillah. Allahu Akbar. Betapa sempurna ciptaanMU Ya Allah.
Setelah itu Murti tertidur lagi dan terbangun di ruang pemulihan yang hangat. Rupanya tadi Murti sempat menggigil kedinginan lalu perawat menghangatkan tubuhnya. Ada dua lampu besar di kiri kanannya memberikan sinarnya yang hangat ke arah tubuhnya.
Keesokan paginya, untuk kedua kalinya Murti melihat anaknya, Andik.
Kali ini Andik sudah mandi dan tubuhnya wangi. Wangi bayi. Seluruh tubuh dan lengannya terbungkus selimut kecil warna biru lembut.
Andik dalam gendongan suster diberikan kepada Murti untuk menyusu. Muhtar memandang bayi mungil Andik dengan perasaan takjub yang tidak bisa diceritakan. Telah hadir lagi satu ciptaan Allah di muka bumi, ciptaanNYA yang sempurna.
Semalam Muhtar menemani Murti bermalam di rumah sakit. Muhtar sengaja memilihkan kamar dengan satu tempat tidur untuk Murti agar mereka lebih leluasa menyambut hadirnya anak istimewa di tengah keluarga besar mereka.
Murti duduk bersandar di tempat tidur yang sudah ditegakkan oleh Muhtar dan mengganjal punggung Murti dengan bantal agar nyaman saat menyusui.
Suster mengajari Murti cara menggendong dan menyusui Andik. Bekas luka Caesar masih terasa nyeri tidak terlalu Murti rasakan. Kalah dengan rasa bahagia Murti menyambut Andik dalam hidupnya.
Dipandangnya Andik dengan rasa takjub luar biasa. Maa Syaa Allah. Seperti belum percaya bahwa sekarang Murti benar-benar seorang ibu dengan anak yang sedang menyusu padanya.
Dengan sabar dan telaten, Murti membantu Andik yang mengalami kesulitan menyusu untuk pertama kalinya. Air mata Murti spontan merebak di matanya. Terharu melihat Andik bertambah sulit menyusu karena bibir atasnya terbelah. Andik menangis kencang mungkin ia sudah sangat lapar atau marah karena air susu ibunya susah didapat…
Dibelai-belainya puncak kepala Andik sambil bershalawat sehingga akhirnya Andik bisa menyusu dengan tenang dan ia mendapatkan air susu ibunya dengan melimpah. Tak lama Andik pun tertidur di pangkuan ibunya. Murti membiarkannya. Tatapannya lekat pada wajah jagoannya.
Hanya orang-orang berimanlah yang meyakini bahwa semua makhluk ciptaanNYA adalah sempurna. Dan melalui ciptaanNYA itulah manusia yang beriman pandai memetik hikmah dibalik penciptaanNYA itu.
—--
Ketika dokter Lita memberitahukan bahwa Andik akan lahir dengan bakat Syndrom, Murti mempunyai rencana bagus.
Tanpa setahu Muhtar, tiga bulan menjelang kelahiran Andik, Murti sudah menyampaikan kepada Kepala Sekolah bahwa ia akan berhenti mengajar dan berkonsentrasi penuh mengasuh Andik. Murti menceritakan semua tentang Andik.
KAMU SEDANG MEMBACA
KILAS
RomanceHubungan itu mengalir begitu saja tanpa seorang pun tahu itu akan terjadi. Ketidaktahuannya kadang memunculkan kisah penuh tanya. Mengapa? Mengapa? Dan mengapa? Tidak ada yang harus disalahkan dan tidak ada yang salah. Kembali ke jalan yang benar i...