15

146 0 0
                                    


Sakitnya Ibu Latifah membuat risau Murti dan Muhtar. Ibu Latifah tidak banyak bicara lagi dengan Murti terlebih pada Muhtar.
Andik sering bertanya kenapa Eyang Utinya sejak pingsan tidak mau lagi keluar kamar?

"Mama Cinta, Eyang Uti sakit apa?" Tanya Andik

"Mama Cinta juga tidak tahu, sayang," jawab Murti sedih.

"Kenapa tidak ke dokter biar diperiksa lalu dikasih obat?" Tanya Andik lagi.

"Eyang Uti tidak mau berobat ke dokter,"

"Takut? Tapi nanti lama sembuhnya. Kata Mama Cinta orang sakit mesti berobat ke dokter biar cepat sembuh," kata Andik sedih.

"Eyang Uti tidak takut ke dokter, Nak. Andik banyak berdoa saja ya supaya Eyang Uti cepat sembuh," Kata Murti sambil mengusap-usap puncak kepala Andik.

"Andik selalu berdoa minta sama Tuhan supaya Eyang Uti cepat disembuhkan," kata Andik.

Berita sakitnya ibu Latifah terdengar sampai di Bapak dan Ibu Subondo yang kemudian segera menjenguknya.

Ibu Subondo sangat prihatin melihat kondisi ibu Latifah. Badannya semakin kurus. Suaranya lemah. Sinar matanya redup seperti menanggung beban berat dalam batin dan pikirannya. Ibu Latifah lebih banyak merebahkan tubuhnya di pembaringan.

Murti mengantarkan ibu Subondo menemui ibu Latifah di dalam kamarnya. Murti kembali keluar kamar karena ibu Latifah hanya ingin berdua saja dengan ibu Subondo.

"Ibu Subondo, maaf kalau saya bertanya, mohon jangan tersinggung," kata ibu Latifah.

Saat itu di kamar hanya ada mereka berdua. Muhtar menemani bapak Subondo mengobrol di ruang keluarga. Sedangkan Murti pergi ke warung seberang rumah atas permintaan ibu Latifah membeli kue disana.

"Waktu Muhtar melamar Murti, bapak Subondo mengatakan kalau Muhtar adalah anak angkat bapak dan ibu," kata ibu Latifah hati-hati sekali.

Ibu Subondo tidak terkejut dengan pertanyaan itu. Keadaan pada waktu itu semua agak kacau. Ilham yang tiba-tiba sakit lalu meninggal hanya beberapa hari menjelang pernikahannya dengan Murti. Lalu Muhtar yang juga tiba-tiba memohon agar bisa melamar Murti dan menikahinya menggantikan almarhum Ilham. Sehingga Bapak Ibu Subondo tidak sempat bercerita lebih rinci tentang asal usul Muhtar. Ibu Subondo bisa memaklumi kalau setelah lama Murti dan Muhtar menikah barulah sekarang ibu Latifah bertanya.

"Maukah ibu bercerita tentang Muhtar?" Pinta ibu Latifah.

Lalu ibu Subondo bercerita bahwa ia dan suaminya juga tidak menyangka bahwa Muhtar akan menjadi anak angkatnya. Bagi keluarga Bapak Subondo, Muhtar adalah anugerah Tuhan.

Ketika itu ibu Subondo beserta ibu-ibu di organisasi sedang mengadakan Bakti Sosial mengunjungi sebuah Panti Asuhan.

Tiba-tiba di tengah acara ada seorang anak kecil laki-laki yang menghampirinya dan langsung minta dipangku. Sampai acara selesai anak laki-laki itu terus saja berdekatan dengan ibu Subondo.

Tentu saja ibu Subondo tidak tega untuk menjauhkan anak itu darinya. Naluri keibuannya mengatakan bahwa anak laki-laki ini pasti rindu ibunya. Anak laki-laki itu lalu memeluk paha ibu Subondo yang berdiri menyaksikan acara demi acara.

Begitulah keadaan anak-anak di Panti Asuhan. Berbagai alasan dan sebab membuat mereka terpaksa harus berpisah dengan ibu kandungnya.

Disaat anak-anak lain bisa menikmati hangatnya pelukan dan belaian ibu, mereka harus puas dalam kedinginan dan kesepian hati. Apalagi kalau malam tiba, dongengan ibu Asuh tak mampu menghangatkan lelap anak-anak namun karena letih seharian belajar atau bermain merekapun akhirnya tertidur juga.

KILASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang