Terrien

39 13 14
                                    

Note:

Cerpen ini didedikasikan untuk memperingati ulang tahun WIA Indonesia

***

Seorang anak kecil termangu di halaman rumah.

Rumah berpagar kayu itu terletak di tepi jalan raya yang ramai lalu lalang kendaraan.

Mata anak itu memperhatikan satu per satu kendaraan, harap-harap ada yang berhenti atau memelankan lajunya.

Ia menantikan sesuatu.

Penantian panjang itu akhirnya membuahkan hasil.

Mobil sedan abu-abu berhenti. Sosok berseragam loreng turun. Sosok itu menggeser pagar rumah yang menimbulkan bunyi berdecit.

Wajah sosok itu semakin jelas kini. Ia adalah seorang laki-laki dewasa berbadan tegap. Laki-laki itu tersenyum, meski kumis di wajahnya membuat senyumannya tampak mengerikan.

Anak kecil yang sedari tadi melamun itu tiba-tiba berlari menghampirinya.

"Ayah!" dia menabrakkan diri ke pelukan laki-laki itu.

"Aku pulang, Pharna," jawab sang ayah. Tangan-tangannya membelai rambut hitam sang anak.

Seorang wanita berdaster muncul di ambang pintu. Rambutnya yang hitam panjang diikat disamping bahu.

Wanita itu menghampiri suami dan anaknya yang tengah melepas rindu.

"Akhirnya pulang juga, sayang," ucapnya, "mari masuk."

***

Berpindah ke meja makan.

Ayah Pharna meletakkan seragam kusutnya ke atas meja.

"Sayang!" istrinya berseru memperingatkan.

Seolah membaca pikiran, yang dipanggil menghela nafas.

"Iya-iya," dengan malas laki-laki itu beralih ke kamar–tentunya sambil membawa seragam itu.

Pharna duduk di seberang meja. Matanya berseri-seri. Hari ini adalah hari yang amat penting.

Sang ibu membawa kue berlapiskan coklat. Bagian atasnya dilumuri cairan susu yang dicetak membentuk tulisan, "SELAMAT ULANG TAHUN YANG KE-5."

Pharna meneteskan air liur. Tak sanggup lagi. Tangan jahilnya menggapai-gapai kue itu.

"Tunggu ayahmu, ya," sang ibu menangkupkan tudung transparan mengelilingi kue itu. Pharna mengangguk.

Tak lama, ayah dari keluarga kecil itu telah siap. Wajahnya lebih segar kini. Ia telah berganti pakaian menjadi kaos singlet dan celana pendek.

"Siapa yang ulang tahun?" laki-laki itu berkata ramah.

"Aku! Aku! Aku!" Pharna melompat-lompat. Sang ibu kepayahan memegangi anak itu agar tak terjatuh dari kursi.

Sang ayah duduk di samping Pharna, lantas bernyanyi.

"Happy birthday to you."

"Happy birthday to you."

"Happy birthday, happy birthday. Happy birthday to you."

Tepuk tangan bergemuruh.

"Apa harapanmu, Pharna?" ibunya bertanya.

Pharna memejamkan mata. Lalu anak itu meniup lilin.

Padamnya lilin bersamaan dengan padamnya seluruh sumber pencahayaan di rumah itu.

"Apa yang terjadi?" tanya ayah Pharna.

TerrienTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang