5. save me

113 16 2
                                    

Playlist|

Die for You - The Weeknd

“CHAYA KENAPA BI??” Jake muncul dengan wajah bareface khas wajah bangun tidur. Dengan kemeja flanel kotak-kotak yang dikancing sembarangan, berjalan sempoyongan membawa siku dan lututnya yang tampak lecet dan terus mengeluarkan darah——Ia tampak kacau.

"Jake, lo nggak apa-apa?” sejenak kekhawatiran Abista akan Chaya teralihkan pada Jake dengan tampilan seperti itu.

“Ck, bukan itu yang penting Bi, Chaya dimana?!” Jake meninggikan suara. Abista makin tremor karena panik, jika sudah begini Abista adalah tipe orang yang tidak bisa berpikir jernih di situasi seperti ini.

“Chaya masuk dalam toilet cewek dan udah sejam di sana nggak keluar, gue bingung, tadi dia tampak nggak baik-baik aja, gue nggak tau harus minta tolong siapa, Ningning nggak bisa dihubungi..”

Rahang Jake mengencang. Jika akal sehatnya tidak tersisa ia sudah meninju Abista saat itu juga, namun ia masih memikirkan jika Abista mengalami masalah kesehatan.

“Gila lo ya, Bi..” Jake mencengkram kerah kemeja yang Abista gunakan dengan memberinya tatapan nyalang, “Gimana kalo Chaya pingsan. DOBRAK ANJING!!!” tanpa menunggu respon Abista, Jake melepas cengkramannya dan dengan beringas masuk ke toilet tersebut.

Jake menerobos toilet dan mengedor semua pintu toilet sembari memanggil nama Chaya sehingga menciptakan keributan. Apalagi Jake kemudian dengan nekat mendobrak pintu-pintu itu.

Beberapa cewek malang yang berada di dalam toilet berteriak heboh, segera menutup pintu toilet sambil menyumpah serapah Jake dan kelakuan bar-barnya.

Usaha gila Jake membuahkan hasil karena di pintu ke empat ia berhasil menemukan Chaya—dalam keadaan memprihatinkan.

Lutut Jake langsung lemas dan tangannya tremor, tidak ada Chaya yang sok galak menatapnya dengan mata kucing yang tajam, atau memberinya side eyes tiap melihatnya. Mata Chaya yang berbinar itu redup, mata yang memberi Jake harapan dan cahaya dalam kegelapannya yang dingin meredup.

“TOLONG GUE.. GUE SENDIRIAN… GUE TAKUT…” keadaan Chaya saat ini antara sadar dan tidak, terkapar di lantai toilet.

Jake mengamati kuku Chaya yang patah, sepertinya Chaya terkena serangan panik lalu menggigit kukunya hingga terlepas. 

Ini bukan pertama kalinya Jake melihatnya demikian, ia pernah menyaksikan Chaya dititik terendahnya saat OSPEK dan perempuan malang ini menyembunyikan diri di toilet seperti saat ini.

Jake mendekati Chaya hati-hati, berjongkok mengabaikan lututnya yang terluka. “Gue disini, Cha. Lo nggak sendirian. Lo aman.”

Chaya mengangkat wajah, dengan matanya yang redup menatap Jake. “Gue takut, Jake.” Lirihnya dengan bibir pucat yang bergetar.

“Ada gue, nanti gue tonjok siapapun yang udah bikin lo kayak gini.” Bisik Jake, sambil merengkuh Chaya dalam pelukannya.

“HEH, LO ADA ADAB NGGAK? INI TOILET CEWEK, ADA AKHLAK LO NEROBOS KAYAK GITU? DASAR MESUM! AWAS LO GUE LAPORIN KE PIHAK KAMPUS!— atau mau gue viralin?!” Seorang cewek yang menjadi korban tindakan anarkis Jake, bersedekap dada melabraknya.  Jake tidak merespon, masih memeluk Chaya dan mengusap bahunya pelan.

“MALAH PACARAN LO ANJING! DENGAR NGGAK?!” Cewek itu menendang pintu toilet untuk mendapatkan atensi.

“Kak, saya mohon maaf atas kelakuan teman saya, tapi semua itu ada alasannya, teman saya yang cewek itu sedang sakit kak!” Abista mencoba menenangkan situasi.

“Kenapa nggak laporin ke pihak kampus atau minta teman yang cewek buat ngebantuin? Gitu aja masa harus didikte? Udah kuliah loh, kalau sakit jangan manja!” omel cewek itu tidak menyadari kuping Jake yang rasanya terbakar mendengarnya.

“Lo bisa diam nggak selagi gue berusaha sabar?” Jake perlahan melepaskan rengkuhannya, Chaya tampak sedikit mendingan.

Ketika melihat wajah Jake, cewek itu tampak terkejut. Sedari tadi Jake merengkuh Chaya dalam posisi membelakanginya dan ia tidak mengenali Jake dari punggungnya. Kini, cewek itu menciut. Siapa yang tidak kenal sosok Jake yang pintar tapi kelakuannya bikin istigfar. Ia hanya bergeming.

“Gue bawa ke dokter ya..?” Melihat cewek itu terdiam, Jake kembali memfokuskan atensinya pada Chaya.

“Nggak mau ke rumah sakit! Pulang ke kosaaan, Jake, gue mau pulang! Gue takut!” Chaya mendadak memberontak.

“Oke,kita ke kosan sekarang… sssttt tenang.. tenang, oke?” Jake menggenggam jemari Chaya.

“Gue mau mati..” jawab Chaya ngawur. “Harusnya saat itu gue bunuh diri.”

Jake menggigit bibirnya, Chaya sudah tidak sadar akan dirinya. Maka, Jake memutuskan untuk menggendongnya ala bridal style.

“Lo kalau mau berurusan sama gue, lanjut lusa. Masa skorsing gue berakhir.” Jake menyempatkan diri mengintimidasi cewek yang tadi melabraknya yang kini tampak pucat sebelum meninggalkan toilet diiringi keterkejutan banyak cewek yang menemukan ada cowok ganteng di toilet khusus perempuan ditambah kondisi Chaya yang tampak pingsan dalam gendongan Jake.

Ningning baru saja menyelesaikan kelasnya dan melihat banyak panggilan tak terjawab dari Abista, juga spam chat menginformasikan kondisi Chaya. Ia baru sampai ke toilet dan langsung histeris melihat kondisi Chaya.

“CHAYA KENAPA?!” Ujarnya shock. Jake tidak berniat menjelaskan, Ningning mendekati Abista, “Bi, ada apa Bi, Chaya kenapa?!”

“Panjang ceritanya, Ning. Intinya jangan biarin Jake bawa kendaraan, kayaknya  dia abis kecelakaan..” Abista berlari kecil untuk menyamakan langkah dengan Jake yang setengah berlari sambil membawa Chaya dalam gendongannya. “Jake, gue telpon Sangkara ya? lo jangan nyetir, dia kan selalu bawa mobil.”

“Cepat, Bi. Bisa nggak lo memutuskan sesuatu tanpa banyak bacot dan persetujuan orang lain?” geram Jake.

***
“Gue kacau banget ya, Ning?” Ningning segera meletakkan makanan yang baru saja ia pesan dari gofood di atas nakas Chaya dan merebut ponselnya. Ningning menghela nafas kesal melihat Abista yang tertidur nyenyak di atas karpet vicose di kamar Chaya saat Ningning memintanya memantau Chaya—terutama menjauhkannya dari ponsel.

“Lo liat apa?” Interogasi Ningning.

Chaya tersenyum getir yang menyakiti hati Ningning kala melihatnya, “Emang paling bener gue sendirian, Ning. Semua orang disekeliling gue hanya akan kena sial. Gue bisanya cuma nyusahin..”

“Itu nggak bener, jangan dengerin suara di kepala lo, Chaya. Gue nggak tau hal mengerikan apa yang udah lo laluin, tapi gue yakin lo hanya korban..” Ningning memeluk Chaya yang mulai menangisi dirinya, Ningning malah ikut menangis.

“Ning, Jake berkelahi lagi gara-gara gue, dia mukulin kak Hira.. videonya tersebar di base kampus di twitter kata orang-orang di komentar padahal mereka sahabat. Semua orang nyalahin gue, Ning… gue takut..”

Ningning merenggangkan pelukan mereka, “Chaya dengar gue, they’re just people, a bunch of fucking people trying to fucked up others life. Lo nggak usah takut, lo nggak salah. Apa lo yang minta Jake mukulin Hira? Itu keputusan dia sendiri dan dia emang bermasalah, Cha..”

“Ning, Jake peduli sama gue, jangan ngomongin dia kayak gitu.”

“Gue capek sama dia yang nggak pakai otak, main otot mulu. Kayaknya hidup lo bakal aman kalau nggak kenal dia dari awal, Cha.. he’s the problem.”

“Tapi, gue bisa aja udah mati kalau nggak ketemu dia saat OSPEK, Ning. Dan kali ini, dia juga bantu gue. You never know.”

Ningning terdiam seribu bahasa, Chaya tidak pernah berbicara dengan intonasi seperti barusan. Artinya, Chaya sedang sangat serius—serius mulai menyimpan Jake di hidupnya.

ENIGMA : Tanda Tanya (?) |wintkeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang