Chap 44 : Tears and hope

9 1 0
                                    


Jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, dan semenjak Abigail dan Anan sampai, Abigail tak hentinya menangis di depan Nabiru yang kini sudah sadar dan terduduk di ranjangnya sembari menenangkan Abigail yang masih menangis.

"Bigel udah dong, gue gak papa..." Lirih Nabiru.

Sebenarnya, dibanding kata 'tidak papa' Nabiru lebih memilih untuk tegar. Karena, saat sadar tadi, Nabiru sempat berbicara dengan kedua orangtuanya. Gadis itu sempat tantrum saat mengingat bahwa dirinya melihat jelas saudara kembarnya ditusuk di depan matanya. Setiap mengingat hal itu, kepala Nabiru menjadi pusing dan terasa berat.

Namun, Abigail tiba-tiba datang dan menangis sambil memeluknya membuat gadis itu merasa sedikit lebih tenang. Mendengar suara tangis Abigail saja sudah cukup, dirinya seperti merasa aman melupakan bagaimana wajah buruk para preman itu.

"Lo kasian banget, Biru... Maafin gue gak ada di samping Lo pas tau Lo diculik." Kata Abigail, suaranya sudah hampir habis karena menangis.

"Jangan ngomong gitu, ah. Gue gak papa. Emang Lo bakal ada di samping gue terus?"

Abigail kini menatap Nabiru, wajahnya cemberut melihat sahabatnya yang kini terlihat lemah dan kacau.

Braak

Pintu ruangan Nabiru tiba-tiba dibuka kasar oleh seseorang menampilkan raut wajah panik dan penuh keringat. Itu Sheana yang kini berjalan cepat berhambur ke pelukan Nabiru.

"Biru, Lo gak papa?"

Nabiru tersenyum lagi. "Nggak papa, Shea."

"Kirain Lo nggak bakal baca chat dari gue. Lo dari mana sih?! Rumah Lo juga dikunci, gue sampe panik, tau gak?!" Cercah Abigail kesal.

Sheana hanya terkekeh setelah melepas pelukannya dari Nabiru. "Maaf, gue ada urusan ke luar kota sama papa. Beberapa hari juga gak diizinin pegang hp."

"Shea..." Nabiru berkata lirih pada Sheana membuat gadis itu menatap dalam manik milik Nabiru.

"Ada apa?"

"Tentang Hilmy... Lo nggak tau?" Tanya Nabiru kemudian.

Sheana terlihat seperti orang linglung. Abigail langsung berdiri dari duduknya.

"Gue lupa kasih tau Lo. Gue cuma bilang kalau Nabiru masuk rumah sakit, gue juga baru tau kabar Hilmy dari Natta pas sampai sini."

Seperti menemukan firasat buruk, jantung gadis itu berdetak menjadi tidak karuan.

"A-ada apa?" Tanyanya tergugup. Gadis itu mengepal tangannya kuat menahan rasa takutnya.

"Lo temuin dia deh, tiga kamar dari kamar ini..." Hanya itu yang bisa Abigail sampaikan.

Sheana bergegas meninggalkan tempat Nabiru menuju ruangan yang Abigail sebutkan. Gadis itu memeriksa satu persatu ruangan mencari sosok Hilmy di sana. Dan, saat pintu kamar ke-empat dibuka, Sheana mendapati Anan dan Natta yang sedang duduk di sofa ruangan, sambil menundukkan kepalanya tanpa ada satupun yang bersuara.

Saat suara pintu dibuka, barulah keduanya berdiri dari duduknya.

"Shea?"

Sheana berjalan memasuki ruangan dengan kakinya yang terasa lemas. Ia menatap Hilmy yang penampilannya tak berubah, masih memakai masker oksigen dan belum sadarkan diri.

"Shea," Natta mendekati Sheana berdiri di sana berjaga agar gadis itu tak tumbang tiba-tiba.

"Hilmy..." Sheana menatap kedua pemuda di depannya nanar. "Hilmy kenapa? Dia... Kenapa dia gini?" Tanya Sheana lagi seperti meminta penjelasan.

The Journey Of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang