20. Mading

147 7 3
                                    

Karna sedang berhalangan untuk shalat, maka isoma kali ini Ayra memutuskan untuk ke perpustakaan saja. Mencari novel-novel yang belum sempat ia baca padahal sudah tertulis di wishlist miliknya.

Nesa

nes
abis shalat ke perpus aja ya?
gue lagi ga shalat.
jadi gue tunggu di perpus oke?
di meja biasa.

Bruk!

Asik bermain ponsel, Ayra tak menyadari ada orang yang lewat didepannya.

"Aws," gadis itu meringis pelan memegang bahunya yang sengaja disenggol keras oleh seorang gadis yang hanya menatapnya bersedekap dada tanpa ada rasa untuk meminta maaf.

Menyadari handphone miliknya yang tidak berada ditangan, Ayra cepat-cepat melangkah ke temoat dimana hapenya sudah tergelatak disana. "Hape guee."

"Dih, ini ya yang lo bilang cewek gatel itu ya, Bil?"

Ayra yang hendak pergi untuk mengabaikan kedua gadis itu, memilih untuk mengurungkan niatnya karna mendengar ucapan dari salah satu gadis itu. Apa katanya tadi? Cewek gatel?

Ayra menatap sekeliling. Koridor ini lumayan sepi, karna letaknya yang sedikit jauh dari masjid sekolah. Siapa lagi yang mereka bilang jika bukan dirinya? Hanya mereka bertiga disini.

Ayra berbalik badan. Mendekat kearah mereka, sembari memutar-mutar ponsel yang ia genggam. "Cewek gatel? Gimana maksud lo?"

Cewek dengan nametag Sabila Fransisca itu, ikut melangkah kedepan yang membuat kedua langkah mereka terhenti. Jadi menatap satu sama lain.  "Kenapa? Ngerasa lo?" tanyanya menantang.

"Menurut lo? Siapa lagi yang lo bilang kalau bukan gue? Sementara cuma ada gue, lo, dan temen lo itu disini."

"Casey Ghania Indriani," Ayra menatap Caca dan Bila bergantian. Merasa familiar dengan wajah ini.

"Berdua aja? Nadya nya mana?" tanyanya sebelum memilih duduk di salah satu kursi  yang ada disana. Mendongak dengan mata menyipit, karna matahari siang ini semangat untuk menampkkan sinarnya.

Caca memutar bola matanya malas. "Heh cewek ganjen! Jangan banyak bacot deh. Mending lo ngaku! Lo pasti pengen ngerebut Heksa dari sahabat kita kan?!" sentaknya melangkah maju mendekati Ayra.

"Aaaa takuut," Ayra menampilkan raut wajah pura-pura takutnya, sebelum sepersekian detik berubah menjadi tawa yang sedikit menggelegar.

"Aduh. Huh." Ayra merapikan anak rambutnya yang keluar jalur, sebelum lanjut berbicara.

"Ada bukti, dimana letak gue yang lo bilang cewek ganjen itu?" balasnya bertanya menatap nyalang Bila dan Caca.

"Lo nyebelin banget ya!"

Bila maju. Hendak menjambak rambut Ayra, tetapi gadis itu sudah lebih dulu berdiri. "Eits, jangan kasar dulu dong. Kan gue cuma nanya. Ada buktinya nggak? Kok tante langsung emosi sih? Eh salah. Bukan tante ya?" gadis itu menutup mulut seperti orang yang kaget karna salah bicara. Mematut matut wajah Bila yang ada di hadapannya saat ini.

"Abis, bedaknya dempul banget sih." lanjutnya dengan suara pelan menunjuk wajah Bila yang sangat kontras dengan kulit tangan gadis itu.

Diary Ayra: Cerita Cinta SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang