1

492 55 8
                                    

Autumn. Udara rasanya terasa sejuk dan menyenangkan. Harusnya itu bisa sedikit berpengaruh untuk pula menyejukan hati dan perasaan seorang gadis yang kini terdiam dengan mata yang nampaknya lebih asyik menikmati jalanan dari jendela besar di sudut restaurant china. Tidak ada gairah, pikirannya berkelana walau raganya nampak jelas disini.

Beberapa kali helaan nafasnya terdengar cukup bising, memberi paham kedua orang tuanya bahwasannya dia sungguh kesal. Namun sekali lagi, keluhan Sungyoung nampaknya bukan sesuatu serius yang perlu dihentikan.

"Bu, seriuskah kalian melakukan ini?" nada bicara Sungyoung melemah. Seperti banyak sekali energi yang harus dia keluarkan dalam setiap kalimat yang dia katakan.

Yuri tersenyum manis. "Tentu, sayang. Ibu dan ayah sangat mencintaimu, tidak mungkin pilihan kami akan membawa bencana untukmu. Percaya pada ibu!"

Yang diajak bicara kini melabuhkan kepalanya diatas meja makan. Makanan belum tersaji karena ada satu keluarga yang sedang mereka tunggu kehadirannya. Sungyoung  berkali-kali berdoa dalam hati semoga tiba-tiba badai turun untuk menghalangi mereka datang.

"Sayang, kau dimana?" 

Sebuah pesan singkat dari kekasihnya, Jaehyun. Sore ini rencananya dia akan bertemu dengan pria itu, menemui kekasih tercintanya berkedok pekerjaan. Jaehyun dipiih sebagai model pakaian perusahaan yang dikelola oleh Sungyoung. Semua ini penuh dengan kesengajaan, Sungyoung selalu berusaha menggunakan kekuasaannya untuk bisa berdekatan dengan prianya.

"Aku akan makan malam dengan orang tuaku dulu. Aku akan menemuimu langsung setelah ini." Sungyoung membalas pesan kekasihnya.

"Baik, sayang. Aku tunggu, Han. Aku mencintaimu."

Ayahnya selalu bilang bahwa Sungyoung harus selalu membuka mata dan telinganya terhadap apapun yang menyangkut Jaehyun. Tapi selama ini yang Sungyoung rasa adalah besarnya cinta dan kasih Jaehyun padanya. Hampir jarang mereka bertengkar karena masalah orang ketiga atau apapun, baik Sungyoung maupun Jaehyun sama-sama saling mengerti tentang kesibukan mereka. Bertemu pun bisa dikatakan sering. Dua-duanya cukup dewasa menyikapi hubungan ini. Tidak ada yang saling menuntut, jika memang salah satunya punya waktu luang, pasti akan datang menemui yang satunya.

"Mereka datang."

Ucapan ayahnya sontak membuat Sungyoung terduduk tegak. Rasanya campur aduk tapi yang paling mendominasi adalah ketidaksenangan Sungyoung terhadap acara ini. 

Matanya terpaku pada sosok pria tinggi yang datang. Tak bisa sedikitpun Sungyoung bantah betapa sangat ia terpukau dengan ketampanan Mingyu. Yang dulu hanya dilihat dari beberapa artikel atau berita tentang Mingyu, kini tersaji dengan nyata dihadapannya.

Namun itu tetap tidak bisa menggetarkan hatinya.

"Maaf menunggu lama! Ada sedikit macet tadi." Tuan Kim Siwon yang tak lain adalah ayah dari Mingyu.

Minho memeluk sebentar tubuh kekar sahabatnya. Walau hampir memasuki 50 tahun, Siwon masih mempertahankan tubuh atletisnya. "Tak masalah. Kami juga baru datang."

Kim Yoona sang ibunda dari Mingyu pun memeluk Yuri. Nampaknya kedua keluarga ini sudah sangat dekat dan sangat siap untuk menjadi besan.

Sementara Mingyu dan Sungyoung saling berhadapan dengan penuh keheningan. Mingyu menatap ramah lawan jenis dihadapannya, siap untuk berkenalan. Berbeda dengan Sungyoung yang nampak menelisik penampilan pria dengan tinggi 187 cm itu dari bawah ke atas. 

Perfect!

Secara visual, Mingyu memang hampir tidak ada cacat. Ditambah statusnya sebagai seorang idol membuatnya mampu mencocokan pakaian apa yang ia kenakan. Sebagai orang yang mengerti fashion, dengan adilnya Sungyoung mengakui bahwa Mingyu keren.

PattieboTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang