02. Hiking

209 176 53
                                    

┏━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┓
THE GOLDEN EYES
&

DRAGON SWORD
┗━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━┛

.
.
.

Singkatnya, malam itu, Aku dan Reno diganggu sesuatu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Singkatnya, malam itu, Aku dan Reno diganggu sesuatu. Entah apa, yang jelas tidak bersahabat yang semisal kala itu bertemu kami yang kesusahan masuk kelas akan menawarkan bantuan. "Biar kupecahkan jendelanya, setelah dapat tasnya, kamu yang kumakan." Semisal begitu, lebih baik aku trabas pulang menembus pagar. Nyatanya, keesokan harinya, Aku dan Reno ditemukan pingsan di Gedung Pancasila, bersisihan dengan Reno yang dahinya benjol, hidungnya pengkor. Lalu, aku yang berdarah-darah. Yang kuingat, padahal malam itu hanya betisku yang terluka. Setelah Mama ceritakan, lenganku penuh lebam, pipiku hadir bekas tamparan, dan mataku bengkak sebelah.

Kami ditemukan warga yang mau berangkat ke kebun. Awalnya mereka kira kami habis buat mesum. Setelah sadar, mereka malah lanjut berasumsi Aku dan Reno korban pembunuhan karena penuh darah.

Sekedar informasi. Gedung Pancasila bukan bagian dari sekolah. Letaknya tepat di belakang sekolah. Dikelilingi kebun tebu, bambu dan penuh rumput terpangkas rapi. Memang terkenal angker. Tetapi, bagaimana kami bisa berpindah dari sana yang awalnya di kelas, semua orang memutuskan, itu bukan ulah manusia. Jadi, Papa tidak ambil pusing. Mama Reno juga hanya tersenyum dan beri kami sedikit wejangan yang sempat mau bolos dan malah ketiduran di UKS. Di sekolah juga tidak ada yang mengungkit lebih jauh.

Yang kutahu, mereka juga takut.

Sebagai murid baru, masih junior dan bau kencur ( ini kata para senior pada kami saat MPLS lalu ) kami diwajibkan mengikuti PTA dari pihak sekolah. Penerimaan Tamu Ambalan. Wajib. Semua.

Sudah dipastikan menginap di sekolah. Pasang tenda, bermain api unggun. Jangan lupakan juga hawa dingin menjelang pagi yang menusuk tubuh, aku tidak suka itu. Mau bagaimana juga, PTA wajib. Sudah ada surat edarannya sejak dua hari lalu. Kakiku masih sakit, agak pincang. Lukanya kering di luar, tapi linu di dalam. Para guru sepakat aku tidak perlu ikut hiking.

Namun, senior yang Maha Benar itu beranggapan aku berbohong. Padahal mereka tahu aku dan Reno sempat mengalami hal mistis yang berujung luka parah. Akhirnya, aku ikut hiking ke tempat yang sudah diarahkan.

Hal yang menyebalkan lainnya adalah, aku sekelompok dengan Ica. Dari namanya saja sudah kelihatan. Dia memang berpengalaman dalam hal-hal beginian. Tetapi, sifatnya yang sok superior itu menjijikkan.

Aku terus menahan diri melempar kepalanya dengan wajan yang baru kucuci ini. Kami sedang masak nasi, tololnya, Zara mencuci sendok tidak sampai bersih. Sendoknya masih penuh sabun dan bekas nasi. Ditambah, dibuatnya mengaduk nasi yang sedang kami masak.

The Golden Eyes & Dragon SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang