CHAPTER 10

1.9K 69 0
                                    

Hari ini adalah hari, semua siswa SMA Tunas Bangsa akan mengadakan camping tahunan. Semua siswa sudah mempersiapkan diri untuk mengikut acara tersebut.

Sama halnya dengan Reina, ia juga antusias dengan kegiatan sekolah yang berhubungan langsung dengan alam, seperti camping kali ini yang diadakan di sebuah hutan di pinggir kota.

Kini ia sedang bersama para sahabat–sahabatnya di depan gerbang sekolah, mereka bersiap akan menaiki bus yang membawa mereka ke puncak.

Pisty dan Alisa duduk berdampingan sedangkan Reina duduk sendiri di kursi didepan mereka. Baru saja Reina ingin meletakkan ranselnya di kursi sampingnya, tiba–tiba ada seseorang yang malah nyelonong dan duduk di kursi tersebut.

"Lo ngapain di sini? Bus kelas lo kan disebelah sana," ucap Reina.

"Terserah gue dong. Lagian nggak ada orang yang akan negur gue juga," ucap pria tersebut tersebut seraya menyandarkan kepalanya ke kursi.

"Balik ke kelas lo Farel, nanti Bu Dewi lihat bisa kena hukum lo nanti," ucap Reina.

"Tenang aja, Bu Dewi nggak akan tau kok kalo nggak ada yang ngomong," ucap Farel. "Jadi mending lo diam dan dan duduk yang tenang."

"Terserah lo deh, nggak ada gunanya juga gue debat sama kepala batu kayak lo," ucap Reina, seraya memasukkan aerphone ke telinganya.

Lima menit kemudian bus pun mulai bergerak meninggalkan area sekolah menuju  tempat dimana camping akan dilaksanakan.

*******

Saat di tengah perjalan, tiba–tiba Reina merasa mengantuk. Akhirnya ia pun tertidur dengan meyenderkan kepalanya ke jendela bus.

Sementara Farel yang sedari tadi bermain game dengan ponselnya merasa tergantung dengan suara benturan kecil dari arah bagian sampingnya. Ia pun menoleh dan mendapati Reina yang sedang tertidur pulas dengan kepala yang terbentur dengan jendela bus.

Farel geleng–geleng kepal."Dasar kebo! Emangnya nggak ke ganggu tuh kepala kebentur kayak gitu," gumam Farel.

Akhirnya ia pun menarik kepala Reina dan menyandarkan nya ke dada bidang nya, ia pun mendekap Reina dalam pelukannya. Akhirnya Reina tidur dalam dekapan Farel.

*******

Setelah beberapa saat perjalanan, ahirnya mereka pun sampai ke tempat tujuan, namun Reina masih tertidur pulas dalam dekapan Farel.

"Rel, lo nggak turun?" tanya Risky yang tiba–tiba sudah ada di bus yang Farel tumpangi.

"Kalian turun duluan aja. Gue turun nanti, saat Reina bangun. Oh ya, bawain tas gue sama Reina," ucap Farel yang masih setia dengan posisinya.

"Dasar teman luknut!" umpat Risky.

Akhirnya semua penghuni bus tersebut turun dan hanya menyisakan Reina dan Farel disana.

Reina belum menampakkan tanda–tanda ia akan segera bangun. Akhirnya karena merasa bosan, akhirnya Farel pun ikut memejamkan kedua matanya.

Sekitar limabelas menit kemudian, Reina mulai membuka kedua bola matanya.

"Eugh..." lenguhnya.

"Ehh, kok?" beo Reina saat ia sadar sedang berada dalam dekapan seseorang. Ia pun mendongakkan kepalanya dan melihat wajah teduh Farel yang sedang terlelap.

"Farel, bangun!" ucap Reina seraya menggoyang kan sedikit badan Farel, pasalnya sekarang ia sulit bergerak.
Namun bukannya bangun, Farel malah makin mendekap Reina denga erat.

"Ihh, gue susah nafas Farel," gerutu Reina.

"Apasih Rei? Nggak tau cara romantis apa loh," kesal Farel dan melepas dekapannya.

"Yaelah, romantis darimana coba, yang ada mati gue Rel, nggak bisa nafas," ucap Reina.

"Ck," Farel hanya berdecak kesal.

"Oh ya, yang lain mana?" tanya Reina.

"Udah keluar dari tadi," jawab Farel.

"Oohh, yaudah minggir, gue mau lewat," ucap Reina.

"Nggak, sebelum lo kasih gue kiss," ucap Farel seraya menunjuk pipinya.

Reina memutar bola matanya malas.

'Puk!'

Bukannya mencium pipi Farel, Reina malah menamparnya.

"Nah akhirnya bisa keluar juga," ucap Reina saat ia melihat cela untuk keluar.

"Sakit Rei," rengek Farel. Sebenarnya tamparan Reina tidak terlalu keras, jadi tidak mungkin akan terasa sakit, apalagi bagi Farel yang notabennya seorang laki–laki.

"Ble, makannya jangan modus," ucap Reina seraya turun dari bus meninggalkan Farel yang sedang mengerutu tidak jelas.

******

"Udah bangun si Reina?" tanya Rizky saat Farel sudah bergabung dengan mereka.

"Dapat kiss nggak?" tanya Alam sambil menaik turunkan alisnya.

"Jangankan dapat kiss, malah ditabok pipi gue," gerutu Farel, yang langsung mendapat gelak tawa dari keduanya. Kenapa dua? Karena Aldo seperti biasa hanya menunjukkan muka datarnya.

"Ck, nggak usah ketawa lo berdua. Kalian juga yang gue tabok ntar," kesal Farel.

"Yaelah santai bang jago," ucap Risky yang sedang menahan tawanya.

"Baru kali ini ada cewek yang nggak minat sama gue. Heran gue sama dia, bukannya dia yang jatuh cinta sama gue, eehh malah gue yang jatuh cinta sama dia," ucap Farel.

"Lo mau tau ngga, Reina itu suka atau nggak sama lo?" tanya Alam.

"Gimana caranya?"

Alam pun membisikkan sesuatu ke telinga Farel.

"Emang bisa? Kan yang atur group itu guru,"

"Tenang, biar gue sama Risky yang urus kalo masalah itu," ucap Alam.

"Iya tenang aja, lo tinggal ikutin permainan nya aja," timpal Risky.

"Yaudah ok, ide kalian emang bagus," ucap Farel.

Next

#Acc_min

BAD BOY VS BAD GIRL (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang