03🕊

12 3 0
                                    

"Tidak perlu menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tidak butuh itu. Dan yang membencimu tidak akan percaya itu"
-Ali Bin Abi Thalib-

•○•○•

Keadaan sekolah cukup ramai tapi keheningan terjadi pada empat orang berbeda jenis kelamin. Mereka sama-sama enggan membuka suara membuat gadis berbadan mungil dibelakang kesal.

Sesuai permintaan Adel semalam Alara menemani dirinya menemui Bara. Tapi Bara membawa satu temannya yaitu Altav. Ia tidak ingin ada fitnah jika berdua saja bertemu apalagi perempuan itu Adel.

Dan lima menit berlalu tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka. Alara berada tepat dipintu masuk rooftop sementara Altav duduk dibangku depan menatap langit.

Bara dan Adel bersebelahan namun tetap menjaga jarak membelakangi kedua temannya. Mereka sama-sama menatap lurus kedepan.

Alara menghembuskan nafas kasar. "Kalian kalo mau jadi patung ngomong daritadi. Gue capek nungguin lo berdua pada ngomong!" Celetuk Alara.


Ia cukup kesal karna terus berdiri lama menahan lapar. Bel istirahat sebentar lagi berakhir dan Alara harus menunggu patung bicara.

Bara menghela nafas pelan. "Gak ada maksud gue kasih lo coklat Del. Jangan geer, itu cuma kebetulan aja pas gue disuruh kasih tugas dikelas lo." Ucap Bara menjelaskan maksud kejadian kemarin.

"Kenapa harus gue? Kan banyak cewek yang lo temuin sebelum dateng kekelas gue." Ucapnya.

"Gue udah bilang kalo itu cuma kebetulan doang. Kenapa lo perpanjang sih?!" Tanya Bara sedikit kesal.

Sebelum bertemu Adel dirooftop ia sempat memberi pesan agar mau menemuinya dirooftop saat istirahat. Bara mengiyakan jika mereka membawa satu teman agar tidak menimbulkan fitnah.

Keduanya saling setuju dan berakhir disini. Adel hanya bertanya maksud dari coklat kemarin saja tapi dirinya malah memperpanjang masalah.

Adel tersenyum tipis mendengar ucapan Bara padanya. "Lo yakin? Tapi surat kemaren bilang itu bentuk perasaan lo buat gue." Adel balik bertanya.

Sesudah Bara memberi coklat padanya Adel menemukan surat ditas miliknya. Disana tertulis jika maksud dari coklat tersebut adalah bentuk perasaan Bara pada Adel.

Bara menautkan alis merasa bingung. "Surat? Gue gak pernah kirim lo surat. Kalo pun iya gue gak bakal lakuin itu, secara gue bisa ngomong langsung." Jelasnya.

Adel terkekeh singkat. "Bahkan gue masih simpan surat itu kalau lo mau. Tapi lo emang gak ada perasaan apapun sama gue Bar? Gue gak ada maksud lo jawab sekarang kok. Gue cuma pastiin aja kalo nantinya gue gak berharap lebih sama lo." Ungkapnya.

Bara terdiam mendengar ucapan Adel. Apa yang dikatakan gadis itu? Sudah memperpanjang masalah sekarang melibatkan perasaan pula.

Bara menggeleng pelan. "Lo gak malu tanya itu sama gue? Soal perasaan gak ada yang tahu Del."

"Gue tahu, tapi alasan lo kirim surat itu buat apa Bara. Gue cuma pengen tahu aja biar gak ada kesalahpahaman."

"Gue gak pernah kirim apapun buat lo. Bahkan gue sendiri bisa kasih langsung sama lo tanpa cara begitu."

Perdebatan kian memanas setelah Adel membahas soal surat. "Tapi surat itu jelas tertulis dari Barakha untuk Adeliana soal perasaan lo sama gue selama ini." Paparnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Love In The PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang