1. Tamu Penting

1.2K 138 9
                                    

Dengan gelas sampanye di tangan, Barbara sengaja bersembunyi dari keramaian-ralat, perhatian para pria hidung belang lebih tepatnya. Sebab ini baru minggu kedua dirinya bergabung di La lolita dan menjadi salah satu wanita penghibur milik Madam Perez, para pengunjung menatapnya bagai daging segar namun tubuhnya sudah terlanjur remuk oleh salah satu pelanggan kasar yang ia layani kemarin malam.

Sebenarnya Barbara berpikir untuk libur malam ini agar dia dapat beristirahat, tapi Madam Perez memohon supaya ia hadir sekedar untuk menjadi pajangan atau hanya menemani tamu penting yang akan datang. Kabarnya mereka adalah pelanggan setia La lolita, komplotan mafia narkoba yang berbahaya dari Kuba. Mereka selalu menyempatkan diri datang ke La lolita untuk mencari hiburan setiap kali mereka datang mengurus 'bisnis' di Kosta Rika.

Baru dua minggu berada di sini dan Barbara sudah tahu banyak tentang tamu penting di bar tempatnya bekerja, aneh? Tidak, sebab sejak lima hari yang lalu para wanita penghibur La lolita menjadi heboh dan gempar seakan para mafia itu datang untuk melamar.

Barbara terkesiap saat satu telapak tangan mendarat pada bahu telanjangnya, jika saja ia tidak langsung menyadari bahwa pemilik tangan lancang itu adalah rekannya, Eliza, dia pasti sudah mengumpat. Menyengir, Eliza mendaratkan bokongnya pada kursi kosong di samping Barbara, "Tolong satu gelas whiskey dengan es, Santiago" ucapnya kepada bartender yang langsung mengacungkan ibu jarinya. Perhatian gadis itu kembali kepada Barbara sebelum ia bertanya, "Aku pikir kau tidak hadir malam ini?"

"Madam Perez ingin aku menemani tamu penting"

"Oh, para mafia dari Kuba itu ya? Aku juga ditugaskan untuk menemani mereka" sahut Eliza.

Muncul sebuah pertanyaan di benak Barbara ketika ia ingat kalau Eliza telah bekerja di La lolita lima tahun lamanya, gadis itu pasti pernah bertemu dengan tamu penting mereka sebelumnya dan itu membuat Barbara merasa penasaran, "Bagaimana mereka?" tanya Barb.

Pertanyaan itu membuat sepasang alis Eliza terangkat naik, "Para mafia itu maksudmu?" Barbara mengangguk sambil meneguk anggurnya, "Aku tidak terlalu ingat, aku hanya punya kesempatan melayani mereka satu kali dan itu sudah lima tahun yang lalu ketika aku menjadi gadis baru di sini"

Oh.

"Tapi seingatku mereka itu sialan sangat seksi, muy caliente! Kau tidak akan menyesal hadir malam ini" sahut Eliza sambil mengedipkan satu matanya.

Mendengus, Barbara berhenti bertanya dan membiarkan rekannya menikmati whiskey yang baru saja datang. Mata yang tadinya hanya terfokus pada gelas di tangan kini memandang ke arah pintu masuk, diam-diam ia merasa gelisah menanti kedatangan tamu penting mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi tamu penting La lolita tak kunjung datang. Sementara itu, Madam Perez yang sudah mempersiapkan semuanya dengan matang tak bisa duduk dengan tenang. Wanita itu senantiasa berdiri di dekat pintu masuk sambil berbicara kepada penjaga seolah yang akan datang adalah Duta Besar Amerika beserta bawahannya.

Merasa jenuh, Barb turun dari kursinya dan menepuk pundak Eliza, "Aku ke toilet dulu" ucapnya. Eliza mengangguk acuh.

Dengan heels setinggi 8 centimeter Barbara melangkah menuju ke toilet wanita. Di sana ia memandangi pantulan dirinya lewat cermin berbentuk persegi panjang. Di dalam benaknya bercampur perasaan miris, sedih, dan kecewa melihat siapa dirinya yang sekarang. Namun kemudian ia sadar ia harus menghadapi kenyataan, untuk mendapatkan apa yang dia inginkan dia harus berjuang sebab di dunia yang kejam ini keadilan hanyalah sebuah kata tak bermakna.

Barbara keluar dari toilet setelah memperbaiki sedikit riasan di wajahnya. Ia baru saja melewati lorong ketika Madam Perez menarik lengannya dan membawanya berjalan dengan tergesa-gesa, "Tersenyumlah, tamu pentingnya sudah datang!" suara wanita itu terdengar panik.

Don Juan Mistress (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang