Happy reading 🖤
“Sayang?”
Nanda tidak bisa menahan diri untuk tidak berbalik. Matanya membulat sempurna. Tepat di depannya saat ini bukan hanya satu orang melainkan lebih dari 100 orang datang. Beberapa bendera hitam berlambang singa dengan mahkota di kepala berkibar gagah. Dan yang lebih mengejutkannya adalah ia hampir mengenali semua wajah orang yang datang sebagai lawan sparing sekolahnya. Sungguh Nanda tidak menyangka hari ini akan tiba begitu cepat.
“Halo Bu bos!” sapa salah satu laki-laki yang berdiri menjulang di sebelah kanan kapten mereka. Dengan senyum lebar yang terkesan mengerikan sampai membuat bulu kuduk Nanda berdiri.
“Akhirnya war is over!” sorak laki-laki lain yang berdiri di sebelah kiri dengan tangan menengadah seperti sedang mengucapkan rasa syukur yang teramat sangat.
“Gavi ngga kangen?” suara perempuan menarik perhatian setiap siswa SMA Bina Bangsa yang berada di sekitar lapangan indoor. Mereka bertanya-tanya siapa perempuan cantik yang memanggil Nanda dan apa hubungan mereka.
“Gavi, kami kesini buat jemput Lo pulang.” Salah satu perempuan lain ikut bersuara. Sorot rindu terpancar dimata semua orang. Mereka menginginkan sosok kekasih sang kapten kembali pulang. “Ayo.” Perempuan itu mulai melangkah ke arah Nanda. Tangan terulur menyambut Nanda untuk kembali.
Sosok jangkung yang berdiri paling depan mengangkat salah satu tangan. Si perempuan berhenti mendekati Nanda dan kembali ke tempatnya sesuai perintah. Langkah tenang semakin mencekam saat situasi area lapangan berubah sunyi. Bunyi ketukan sepatu mengisi di antara mereka. Kini hanya berjarak 1 meter antara Nanda dan sosok di depannya. Mata teduh yang hanya bisa dilihat Nanda sedari dulu tidak berubah sampai sekarang.
“Gue ke sini buat jemput milik Gue.” Suara bariton dengan klaim mutlak atas nama Gavinanda Zohan Yudanta menggema jelas. Tanpa emosi, intonasi, maupun ekspresi. Mata tajamnya menatap dua laki-laki berparas mirip yang berdiri tepat di belakang Nanda. Ada keangkuhan di selapis kilatan matanya.
“Akh!” tarikan kasar dari belakang membuat Nanda terkesiap menubruk dada bidang Lian. Cengkeraman Lian di pergelangan tangannya terus mengerat seperti akan meremukkan tulangnya.
“Siapa yang jadi milik Lo di sini?” tak kalah dingin, Lian membalas tatapan angkuh dengan ekspresi datarnya. Samar ada ejekan yang ditujukan untuk laki-laki yang dengan berani mengusik wilayah teritorialnya.
Geovandra Greyson, laki-laki itu kini menatap Nanda yang berusaha melepaskan cengkeraman Lian. Urat nadi di sekitar lehernya muncul. Gigi bergemeletuk melihat kekasihnya diperlakukan kasar. Dirinya saja yang mengenal Nanda lebih lama tidak pernah mengasarinya. Tapi dua saudara itu dengan berani-beraninya menyakiti Nanda tepat di depan matanya.
Geo mengambil langkah lebar. Menendang Lian dengan keras dan menarik Nanda ke pelukannya. “Lo berani nyakitin milik Gue!” lengan kokoh Geo merangkul lembut pinggang Nanda. Matanya masih menatap Lian yang terhuyung beberapa langkah ke belakang dan menabrak tembok.
KAMU SEDANG MEMBACA
PRISON [END]
Teen Fiction[END] Terjebak seperti dalam penjara? Begitu dingin dan juga mengekang. Posesif dan juga menggairahkan. Romantis dan juga cemburu. Sakit tapi candu. Nanda dengan kedua kakak tirinya. Sanggupkah Nanda menahan rasa sakit yang 'mereka' berikan? Nanda h...