11. Sebuah Akhir

46 8 0
                                    

[Bonus bagian]

••• 🌻 •••

Beberapa tahun kemudian. Beberapa orang-orang itu berjalan memasuki sebuah desa dengan penuh barang bawaan di tangan mereka.

Mereka menyusuri jalan setapak dan menemukan rumah-rumah tanpa penghuni di sana. Namun, mereka tetap berjalan hingga terlihat satu laki-laki yang sibuk memotong-motong kayu.

"Pratama!"

Laki-laki itu menoleh menemukan teman-temannya waktu di bangku SMA tiba.

Segera seorang perempuan berambut pendek itu memukul Pratama dengan begitu kuat.

"Apa kabar?" Tanyanya. Perempuan itu adalah Selfia. Semenjak kejadian itu, perempuan yang selalu diam dan jarang bergaul itu, akhirnya mencoba untuk membuka diri dan berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

"Main peluk-peluk cowok lain, gue ini calon suami lo, ya!" ucap David.

"Hust. Perdebatan dua pasangan nggak boleh di bawa disini! Berisik lo berdua!" ucap Brama.

"Bener banget! Apaan si pamer!" Ersa menambahi.

"Lo pasti kesepian? Gue bawa beberapa buku buat lo, edisi khusus di perpustakaan gue." ucap Bisma. Remaja laki-laki itu menunjukan satu kardus yang dirinya pegang itu.

"Kenapa nggak lo turunin? Nggak sakit itu tangan lo?" Tanya Shiwa.

Nova dan Aza memilih untuk memakan jagung rebus yang mereka lihat itu. Kedua perempuan itu tidak peduli dengan kekacauan kakak kelas mereka.

Pratama hanya bisa tersenyum melihat tingkah teman-temannya yang sudah lama tidak bertemu.

"Lo semua Dateng nggak bilang-bilang. Gue nggak siapin apa-apa." ucap Pratama.

"Emang sengaja. Kita mau bakar-bakaran sama berkemah disini, biasakan ketua desa?" tanya Selfia.

Pratama mengangguk saja. Mereka nampak senang dan memilih untuk bersiap.

"Nova, Aza! Ayo bantu!" Teriak Ersa.

Kedua perempuan itu segera menghampiri Ersa.

Mereka mulai sibuk. Bagaimana keempat perempuan itu memilih untuk mempersiapkan makanan yang akan menjadi makan malam mereka. Sedangkan para laki-laki sibuk memasang tenda.

Di sisi lain Pratama hanya diam duduk di bawah pohon, bukan karena tidak ingin membantu. Dirinya dilarang membantu dan meminta agar dirinya beristirahat saja.

Malam berlalu dan bagaimana mereka duduk didepan api unggun. Bagaimana remaja-remaja itu sekarang telah menjadi sosok para orang dewasa.

Mereka sibuk bercanda dan memasak dan para laki-laki bernyanyi. Seakan-akan tidak pernah ada hal buruk yang pernah terjadi di hidup mereka.

"Udah Mateng belum?" Tanya Brama.

"Udah." Ersa membawa beberapa jagung, sosis dan semua makanan yang cocok untuk acara berkemah.

Semuanya memakannya dengan lahap. Bisma melihat jam tangannya di sela-sela makannya. "Kayaknya ini jam Sasaka mulai balapan mobilnya." ucap Bisma.

"Semoga menang." ucap Brama.

"Lo yakin? Cara dia naik mobil ngawur." ujar David dengan mulut penuh itu.

Segera sebuah lemparan dari tusuk itu mengenai kepalanya. "Sasaka pembalap mobil. Yang pasti dia lebih baik daripada lo kalo naik mobil!" jelas Selfia.

"Gue lebih baik, ya!" ucap David tidak terima.

"Lo lupa nabrak tiang dan bikin gue hampir mati? Ini lo lihat bekas luka di kepala gue yang nggak bisa hilang." ujar Selfia. Perempuan itu menunjukkan bekas luka itu ke David.

UDARA || TREASURE ft SECRET NUMBER✅ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang