A Midsummer Dream We've Ever Met

04. Always in My Mind

Haruto bersandar di ranjangnya, kala ini sudah dua pekan semenjak kedatangannya ke masa lalu, dan ada yang bisa Haruto ubah namun juga tidak. Haruto memandang surat yang ia bawa pada hari pemakaman Ruka dimana ia tulis sebelum Ruka memutuskan mengakhiri hidupnya.

Untuk Ruka, istriku tercinta
Bagiku kamu adalah anugerah dan kebaikan oleh Tuhan padaku
Aku tak peduli apa yang terjadi di masa lalu
Aku tahu sekarang kamu sangat terpukul dengan keadaan yang ada
Tapi aku selalu ingin menjadi suami yang terbaik untukmu
Berada disampingmu, memberikanmu kekuatan dan cinta
Tak peduli kamu tak bisa berjalan atau kita tidak mempunyai anak
Bersama denganmu itu sudah lebih dari cukup

Banyak hari yang baik menanti kita dimasa depan
Kamu jangan khawatirkan aku
Aku mencintaimu setulus hatiku dan dari dalam lubuk hatiku
Aku tidak peduli apa yang terjadi denganmu
Aku hanya tahu bahwa kamu mencintaiku dan aku mencintaimu

Kita berjanji di hari musim panas tiba akan memulai hari yang baru, aku harap kamu tidak pernah putus asa dan tetap berada bersamaku dan tak pernah meninggalkanmu.

Aku takkan pernah lelah merawatmu
Meski kamu selalu menganggap dirimu kurang
Aku akan selalu menganggapmu lebih

Ruka, aku sangat mencintaimu dan sayang padamu.
Jika aku bisa memutar ulang waktu, aku ingin mengubah semuanya. Aku ingin kenangan yang indah bagi kita dan semuanya berakhir happy ending.

Dari suamimu, Watanabe Haruto

Haruto menangis membaca surat itu, permintaannya terkabul dan dia senang bahwa ia masih bisa datang kembali mengubah hidup Ruka.

Keesokan harinya, ada pentas tari di auditorium kampus, Ruka dipercayakan sebagai pemimpin tari, Ruka menari ballet dan juga break dance dalam waktu bersamaan membuat semua mengagumi Ruka. Haruto tidak juga tahu apa yang membuatnya membawakan bunga untuk Ruka, bunga matahari kesukaan Ruka.

"Haruto, mengapa repot membawa bunga untukku?" tanya Ruka
"Sebagai bentuk apresiasi" jawab Haruto
"Kamu bisa tahu aku sangat suka bunga matahari?" tanya Ruka
"Aku mengetahuinya. Kamu suka?" tanya Haruto
Ruka mengangguk dan memegang tangan Haruto, mengucapkan terima kasih.

Usai itu, Ruka dan Haruto menjadi semakin dekat satu sama lain. Kala itu, Ruka dan Haruto baru sama-sama menyelesaikan ujian, Ruka menunggu Haruto didepan gedung departemen arsitek membuat Haruto diganggu oleh temannya dan banyak pria yang patah hati karena Haruto lah yang bisa mendekati Ruka. Itulah semacam garis takdir.

Haruto dan Ruka berjalan bersama, awalnya mereka canggung, namun Haruto memberanikan diri mengenggam tangan Ruka karena sekarang mereka dalam masa pendekatan.

"Haruto, bagaimana cita-citamu dimasa depan?" tanya Ruka
"Aku ingin menjadi pekerja kantor yang sukses dan tentunya aku ingin menjaga istriku kelak disuatu hari nanti" jawab Haruto
"Kamu masih kuliah, sudah berpikir tentang menikah? Aku tidak bisa menduganya sih, semenjak perceraian orangtuaku, aku enggan memikirkan soal hubungan dan ingin fokus menari saja. Menari adalah kehidupanku, aku akan merasa hidupku akan hancur jika aku tak bisa menari lagi" ucap Ruka

Haruto terdiam, karena ia tahu bahwa sesuatu akan terjadi dan menghancurkan kehidupan Ruka.

"Bagaimana kalau aku bilang jika saja suatu hari kamu tidak bisa menari lagi?" tanya Haruto
"Tidak mungkin, aku akan berusaha menghindari hal itu" jawab Ruka

Haruto menghadapkan dirinya di depan Ruka dan mencium kening Ruka.

"Ruka, dengarkan aku. Apapun yang terjadi di masa lalu atau masa depan, kamu janji akan tetap hidup dengan baik. Kamu tidak perlu takut, karena akulah sendiri yang akan mengubah mimpi burukmu menjadi mimpi yang indah, seperti yang sering kamu katakan bahwa musim panas selanjutnya kita akan masih bisa bertemu" ucap Haruto

Sebegitunya, Haruto menyayangi Ruka. Ia rela jika dirinya harus hilang dimasa ini demi kebaikan dan hidup Ruka dimasa depan.

Haruto juga bertanya-tanya

"Kalau aku bisa mengubah semua ini, apakah aku bisa hidup bahagia dengan Ruka dimasa depan? Atau aku yang akan hilang?"

~ to be continued ~