"Di semesta ini, kamu‐aku adalah matahari dan bulan, Yeonjun."
-o-
Gadis yang berbaring di atas kasur itu senyum-senyum sendiri tatkala teringat kejadian tujuh hari lalu. Ketika dia dan tiga sahabatnya menikmati macaron—oleh-oleh dari bibinya, Su-ji—di atap sekolah, setelah makan siang. Yeonjun dan Beomgyu saling mengganggu satu sama lain secara bergantian. Membuat suasana diselimuti hawa menyenangkan dan menyebalkan secara bersamaan.
Ekspresi kesal Beomgyu yang seolah mengadu padanya lewat tatapan juga tangan yang menunjuk pada Yeonjun karena berani memotong kalimatnya merupakan kenangan menggemaskan yang terus mencuri senyum Yeji malam ini. Ditambah lagi ketika Yeonjun bertanya:
"Kenapa, Beomgyu? Kenapa?"
Bibir bebek Beomgyu memilih untuk acuh dan kembali menikmati macaron-nya dibanding mengindahkan pertanyaan Yeonjun yang memang ingin mengusilinya. Akh! Yeji merasa jadi orang gila karena dimakan memori otaknya sendiri.
Drrrttt ... drrrtttt ... drrrttt ....
Getaran ponsel di atas nakas menyadarkan kewarasan Yeji. Melihat nama sang penelpon, Yeji segera bangkit dari posisinya.
"Ha-halo, Yeonjun?"
"Halo, Yeji? Kamu belum tidur?"
"Belum. Ada apa malam-malam telepon?"
"Aku ... ingin minta maaf."
"Untuk?" tanya Yeji dengan kening berkerut.
"Itu ... ehm ... tadi aku tidak jadi menemanimu berbelanja kebutuhan kelas."
"Ah ...,"-Yeji mengangguk paham-"... tidak apa-apa, Yeonjun. Beomgyu tadi menemaniku pergi kesana."
"Apa dia juga mengantarmu pulang?"
"Hehe, iya," jawab Yeji sedikit canggung.
"Dia tidak macam-macam, 'kan?"
Apa dia sedang cemburu? Batin Yeji.
"Tidak, kok. Beomgyu hanya menolongku membawa barang. Itu pun karena dia memaksa."
Yeji menggigit bibir bawahnya.
"Ck! Anak itu memang keras kepala," decak kesal Yeonjun tak luput menciptakan senyum simpul Yeji. Bisa terbayangkan olehnya akan ekspresi apa yang Yeonjun tampilkan di wajah tampan itu.
"Yeji?"
"Iya."
"Aku benar-benar minta maaf."
"Hehehe. Tidak apa-apa, Yeonjun. Sudah jangan dipikirkan lagi. Aku tahu, urusanmu itu lebih penting."
Memang kau tahu, apa yang membuatnya tidak menepati janji?
Entah. Tidak perlu diambil pusing!
"Terima kasih banyak atas pengertianmu. Baiklah. Sudah malam. Kita lanjutkan besok lagi, ya."
"Iya."
"Goodnight, Yeji."
"Goodnight, Yeonjun."
"Have a nice dream."
"Have a nice dream, too."
"Aku tutup teleponnya, ya."
"Okay."
Tuttt ... tuttt ... tuttt ....
Sambungan terputus. Yeji langsung merebahkan tubuhnya dan memandang lamat langit-langit kamar yang terpasangi stiker glow in the dark berbentuk bintang dan sebuah bulan sabit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Èvasion • Yeji&Yeonjun
Fanfic"Di semesta ini, kamu-aku adalah matahari dan bulan, Yeonjun." 𝐄̀𝐕𝐀𝐒𝐈𝐎𝐍 noun /ɪˈveɪʒ(ə)n/ (tindakan menghindari sesuatu) Yeji merasa menjadi manusia paling beruntung saat Yeonjun-teman seangkatannya sekaligus kapten basket sekolah-mau membala...