14 . Time; 23 Mei.

39 5 6
                                    

o

Dulu, Ryujin bilang jika Yeonjun tidak memiliki kekasih—a.k.a single. Sedangkan Beomgyu, ia menjelaskan bahwa kakaknya itu terlalu baik menjadi teman laki-laki para gadis di luar sana. Bahkan, untuk menolak ajakan mereka guna menemani pergi ke suatu tempat pun tidak bisa. Tentang orang-orang yang sering memukul Yeonjun, Beomgyu pun menjelaskan dengan hembusan napas sarat keraguan kalau itu akibat dari kesalahpahaman yang terjadi antara orang-orang yang tidak terima atas sifat Yeonjun yang terlihat seperti seorang playboy; mempermainkan saudara mereka yang jelas-jelas tidak begitu kenyataannya.

Dan petang tadi Yeonjun datang untuk meminta maaf atas kejadian semalam. Ia juga memberi alasan yang dirinya katakan sebagai kebenaran bahwasanya ia tidak sebaik yang semua orang-orang di sekolah kira. Beast's attitude, demikian teman-teman di dunia lain mengatainya. Kesalahpahaman atas tindak-tanduk dirinya sebagai seorang teman membuat Yeonjun mendapat julukan dan penindasan-penindasan tersebut.

Yeonjun juga bilang jika ia sangat menyesal atas kesalahan fatalnya itu. Berulang kali dia meminta maaf dan menanyakan apakah aku benar baik-baik saja. Untungnya, aku sudah mendapat sebagian informasi tentang hidup Yeonjun dari anak beruang. Dan, ya. Ada satu alasan yang membuatku bisa mentolerir kejadian yang benar-benar membuat otakku berpikir yang tidak-tidak.

Dear MOA .... Honestly, I am scared. I don't even know why and what that make me feeling like this. It's keep disturbing me. My mind. My heart.

Like in the maze. I am keep messing around inside there. I don't know yet how to getting out of that place. Ask and answer. I do it in monolog and I only can find the statement that 'I will be Okay, I will not getting hurt, and nothing to be worried with.'

Dear MOA. Jika-dan ini hanya jika; kami berakhir, apakah aku akan dengan mudah melupakannya?

Yeji tertegun mendapati kalimatnya sendiri. Lamat, dia memandangi tulisan tangan dalam salah satu halaman buku diari tersebut.

"Akh~ Tidak, tidak. Apa yang kamu pikirkan, Yeji?" gumamnya frustasi seraya menggeleng dengan antusias. Namun, tidak lama kemudian, dia kembali pada mode merenung dengan awalan kata, "Tapi ...,"

"... sebenarnya bagaimana, ya, perasaan Yeonjun padaku?"

Ujung pulpen itu Yeji selipkan di sela-sela bibir. Menerawang pada biasan lampu belajarnya, Yeji bergeming juga memikirkan kemungkinan dari pertanyaannya sendiri.

I don't know. Ialah, kalimat akhir dari catatan hariannya kali ini; Minggu, 23 Mei 2021.

Menyipitkan mata demi bisa melihat angka jarum jam, Yeji pun menyimpan barang-barang pada tempat semula dan tidak ketinggalan untuk mengecek perlengkapan sekolah untuk hari esok. Dirasa semua sudah beres, dia merebahkan tubuh pada pulau kapuk, membalut diri dengan selimut dan kembali hanyut dalam pikiran yang masih berkecamuk.

"Yeonjun ...," panggil Yeji pada langit-langit kamar, "... seberapa percaya kamu padaku? Sedangkan aku sendiri terkadang masih merasa sangat ragu," tanya Yeji pada Yeonjun yang ia sendiri yakini tidak dapat didengar oleh pemuda tersebut.

Mengubah posisi dari telentang menjadi miring ke kanan, rasa kantuk perlahan merambat pada kedua kelopak mata gadis itu. Detik demi detik dari jarum jam yang berdentum, membuai kesadarannya hingga pandangan itu kian sayu, dan akhirnya ia pun tenggelam dalam tidur yang sangat lelap.

•••

Bersenandung ria kala menuruni anak tangga, Yeonjun harus mempercepat langkah begitu gendang telinganya bergetar akibat suara seseorang yang sudah hampir satu bulan tidak terdengar. Sampai di pintu ruang makan keluarga Choi, ain Yeonjun menangkap perawakan tinggi semampai seorang wanita berbalut jas putih. Berdiri dekat meja makan, wanita tersebut sedang berbicara dengan Bibik Ahn selagi membelakangi pintu masuk ruangan itu—tempat Yeonjun masih berdiri mematung.

Èvasion • Yeji&YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang