Di kelas dengan suasana yang menegangkan, Haechan mencoba untuk menyingkir dari Jeno. Pria tan itu mendorong tubuh hingga pria Jung melangkah mundur "jangan macam macam dengan ku, Jung Jeno!" Ujarnya, dengan mengarahkan jari telunjuknya tepat di wajah Jeno.
Yang ditunjuk hanya mengembangkan senyumannya sambil mengangkat kedua tangannya ke atas. Di rasa tak ada lagi perlawanan dari musuh sekelasnya, Haechan bergegas keluar dari kelas mencari keberadaan kekasih mungilnya yang di culik oleh Jaemin.
Dan Jeno melihat kepergian Haechan yang tergesa gesa itu menghela nafasnya "padahal aku ingin memberitahunya keberadaan Renjun, tapi dia langsung pergi begitu saja" katanya "tapi, dia memang terlihat manis" sambungnya lalu, berjalan keluar kelas menuju atap sekolah dimana keberadaan kembarannya berada bersama pria mungilnya Haechan.
Haechan berlarian di penjuru lorong sekolah mencari keberadaan Renjunnya. Pria tan itu terus mencari dan mencari hingga ia kembali bertemu dengan Jung Jeno di ujung lorong sana. Jeno berdiri di depan tangga menuju atap sekolah mengarah ke Haechan, dan ia mengangkat jari telunjuknya menunjuk ke sana.
Segera Haechan berlari mendekati Jeno dang langsung menapakkan kakinya di anak tangga. Melewati Jeno begitu saja, Jeno mendengus karena tak mendapatkan ucapan terima kasih "dia orang yang cukup sulit ternyata"
Sesampainya Haechan di depan pintu yang sedikit berkarat itu, ia langsung meraih kenopnya dan membukanya, akan tetapi, pintu itu tidak bisa dibuka. Haechan kembali menaik-turukan kenopnya dan hasilnya tetap nihil, ia juga menggedor gedor pintu agar ada yang membuka dari luar sana.
"JUNG JAEMIN! BUKA PINTUNYA!!" serunya.
Beberapa menit Haechan mencoba membuka pintu berkarat itu, muncul sosok Jeno dibelakangnya. Dengan santainya pria Jung itu menepuk pundak Haechan yang langsung membuat si empunya menolehkan kepalanya.
"Tenanglah, aku yakin kekasih mungil mu itu baik baik saja" ujarnya dengan santai.
Haechan semakin menukikkan kedua alisnya "tidak jika bersama salah satu diantara kalian!" Balasnya dengan penekanan. Jeno menghela nafasnya panjang, menggaruk garuk satu alisnya "memangnya apa yang kau pikirkan jika Renjun bersama kami?"
"Apa saja yang mungkin bisa menyakitinya!"
"Segitunya kau mencintai Renjun? Sampai sampai kau berpikiran buruk tentang kami?"
"Iya! Dan semua hal tentang kalian adalah hal yang buruk di mataku!"
Jeno mengangkat satu tangannya dan menaruhnya disamping kepala Haechan. Mendekatkan wajahnya dengan pria tan "kalau begitu, apakah ada cara untuk menghilangkan segala pikiran buruk mu tentang kami?"
"Tidak ada! Dan tidak akan pernah ada!"
Jeno semakin mendekatkan wajahnya hingga kedua ujung hidung mereka saling menempel. Dan Haechan langsung memalingkannya.
Di saat mereka sedang berbincang, terdengar suara pintu yang terbuka. Tubuh Haechan yang bersandar pada pintu besi berkarat itu hampir jatuh jika saja seseorang tak berdiri dibelakangnya. Punggungnya mengenai sesuatu, ia menoleh kan dan sedikit mengangkat wajahnya yang ternyata ia mendapati Jaemin dibelakangnya.
Segera Haechan menegakkan tubuhnya lalu berbalik, mencari keberadaan Renjun dibalik tubuh Jaemin. Haechan menemukan Renjun tengah duduk meringkuk dekat dinding pembatasan dengan air matanya yang mengalir membasahi pipinya.
"Renjun!"
Haechan langsung lari ke arah kekasih mungilnya berada, dan langsung memeluknya erat. Saat tubuh Haechan menutupi tubuh kecil Renjun, di sanalah suara tangis mulai terdengar. Tak terima kekasihnya menangis, Haechan menolehkan wajahnya di mana Jaemin berada dengan tatapan tajamnya "apa yang kau lakukan kepada Renjun?!"
Haechan hendak berdiri, tapi Renjun menahannya sambil menggelengkan kepalanya. Niat Haechan menghajar Jaemin jadi urung berkat kekasihnya. Lalu Jaemin pergi begitu saja meninggalkan dua sejoli itu bersama.
Ia berjalan tanpa memperdulikan kehadiran kembarannya, dan Jeno menatap punggung Haechan yang sedang memeluk Renjun "dia benar benar akan sulit"
Keduanya kembali ke kelas dan bersamaan dengan itu, seorang guru masuk kedalam kelasnya pertanda jam istirahat berakhir dan kembali memasuki waktu pembelajaran. Jeno dan Jaemin kembali ke bangku mereka dengan santainya seolah tak terjadi apapun dengan mereka.
Sedangkan Haechan dan Renjun masih menetap di atap sekolah sampai keadaan Renjun kembali pulih.
Di kampus, anak sulung dari keluarga Jung itu berjalan menuju mobilnya yang terparkir bersama dengan sahabatnya yang setia menemani. Pintu mobil bagian belakang telah terbuka untuk tuannya, dan dengan begitu, Jaehyun membalikkan tubuhnya menghadapkan dirinya kepada sahabatnya, Doyoung.
"Kalau begitu, aku pulang dulu" katanya.
Doyoung menganggukkan kepalanya "berhati hatilah"
Kemudian Jaehyun masuk kedalam dan pintu langsung ditutup. Sebelum pergi, Jaehyun menyempatkan untuk menurunkan kaca mobilnya, menyampaikan salam perpisahannya lagi melalui senyum dan lambaian tangannya.
Doyoung membalasnya dengan senyum yang tak kalah lembut. Setelah itu, mobil melaju dengan kecepatan normal meninggalkan area kampus dan Doyoung di sana. Setelah mobil Jaehyun menghilang dari pandangannya, Seulgi muncul dari arah samping dengan nafasnya yang terengah-engah.
Doyoung menoleh dan mendapati Seulgi yang membungkuk. Hendak akan pergi, tapi tangan wanita itu menahan lengannya "apa baru saja Jaehyun pergi?" Tanyanya di sela sela deru nafasnya.
Doyoung menghempaskan tangan Seulgi dari lengannya "hm" jawabnya dengan acuh, setelah itu pergi meninggalkan wanita itu ditempatnya.
"Aish... Dasar Kim sialan Doyoung! Kenapa tak menghentikannya?!"
Sesampainya mobil Jaehyun di rumah. Mobil itu diparkiran di halamannya, dan sopir mematikan mesin lalu segera keluar untuk membukakan pintu. Setelah pintu terbuka, Jaehyun keluar dari sana dengan pelan pelan juga berhati-hati. Jaehyun membawa langkahnya masuk ke dalam, dan setelah pintu terbuka, ia dikejutkan dengan kehadiran kedua orang tuanya yang menyambut kedatangannya.
Seluruh tubuh Jaehyun bagaikan disambar ribuan petir, jantungnya berhenti berdetak bersamaan dengan waktu yang terasa mendadak berhenti di menit ini juga. Jaehyun tak menduga kedua orang tuanya akan datang secepat ini, padahal hari ini bukan hari seharusnya mereka pulang.
Kedua orang tua Jaehyun berjalan mendekat dengan kedua lengan mereka yang rentangkan. Ingin memberikan pelukan hangat untuk putra sulung mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hyung
Fanfiction"Kak Jahyun hanya milik kami!!!" "Dan tak ada yang bisa memiliki kak Jaehyun selain kita!!!"