One

2.3K 116 9
                                    

Suara desahan, geraman  dan erangan pelan masih bersautan dalam sebuah kamar di lantai dua kediaman mewah itu. Ruangan kamar yang gelap walaupan saat ini masih menunjukan pukul enam sore hari, tapi sepasang manusia ditengah ranjang itu tidak memperdulikannya, atau lebih tepatnya sang pria yang tidak ambil pusing, sedangkan wanita itu hanya mengikuti dengan pasrah. Memasrahkan dirinya yang di atur dalam berbagai posisi oleh sang pria, membolak-balikan dirinya dengan mudah.

Jika di telisik lebih dalam, bau dan aura percintaan sangat kental terasa, entah sudah berapa lama dua manusia di tengah ranjang itu menghabiskan waktu untuk menuntaskan hasrat duniawi atau mungkin rasa cinta yang menggebu.

Ranjang itu sudah tidak berbentuk, pakaian dan bantal terserak dilantai, yang makin menunjukan seberapa panas dan ganas kegiatan yang sedang mereka lakukan.

Wanita cantik itu yang di kenal dengan nama Hinata, hanya pasrah di dalam dekapan erat pria di belakangnya, rasanya tubuh kecilnya sudah mulai mati rasa, jika dia ingat, pria itu, Naruto sudah melakukan ini lebih dari beberapa kali, mengingat pria itu yang manariknya masuk dalam ruangan ini dari jam tiga sore tadi.

Hujaman dan hentakan yang lumayan keras itu masih membuat Hinata tersadar, walaupun dia saat ini ingin pingsan rasanya. "Kau masih sanggup Hinata ?" Naruto menggigit dan menggulum gemas daun telinga wanita cantik di dekapannya, entah kenapa dia tidak pernah dan tidak akan bisa bosan melakukan hal ini dengan Hinata, rasanya candu dan dia ingin lagi dan lagi sampai batas yang dia rasa akan bisa memuaskannya.

Walaupun dia tau Hinata mungkin tidak akan sanggup mengimbangi, tapi sejauh ini wanita itu selalu bisa menuntaskan bersamanya sampai akhir. Hinata hanya menggangguk pelan untuk menjawab pria itu, ingin rasanya dia mengatakan tidak sanggup lagi dan ingin berhenti, tapi itu tidak mungkin, mengingat disini dia hanyalah alat pemuas bagi pria yang menindih punggungnya saat ini.

"Jika kau lelah, beritahu aku, kita bisa berhenti, walaupun aku belum ingin berhenti" Lanjut Naruto. Pria itu kembali membalikan tubuh Hinata menjadi terlentang, dia tau waktunya semakin dekat mencapai puncak, dan seperti biasanya, dia ingin selalu menatap wajah wanita cantik itu saat dia mengisinya dengan deras.

Hinata kembali tersentak-sentak, dia tau pria itu sudah akan mencapai akhir, Hinata memejamkan matanya dengan erat, karena jujur saja, rasanya selalu malu melihat keadaannya seperti ini. "Buka matamu Hinata, tatap aku" Naruto ingin sekali saja Hinata menatapnya saat dia ingin mengisinya penuh.

"Ba-baik tuan" Wanita itu menjawab dengan pelan seraya membuka matanya, memandang sayu kearah sang pria di atasnya yang masih bergerak cepat dan teratur namun menghentak kuat.

Erangan dan desahan pelan masih keluar dari bibir merah Hinata, bagaikan bahan bakar yang menaikan gairah Naruto. Dia meremat pelan pinggul gadis itu, tetapan mereka saat ini beradu, dia suka ini, sangat suka, rasanya dia bisa mati dalam keadaan ini dengan Hinata di bawahnya menatap sayu walaupun dia tau tatapan itu hanya kosong, tidak ada rasa disana, atau mungkin hanya tatapan kecewa.

Selang beberapa menit, pria itu mengejang, diikuti geraman sensual yang keluar dari bibir tegas kecoklatannya. Naruto mengigit pelan pundak wanita itu untuk meredam geraman yang keluar dari mulutnya. Ini luar biasa, selalu menyenangkan. Hinata terengah, tangannya berada dibahu dan kepala pria itu, sedangkan dia bisa merasakan aliran deras dan hangat di bawah sana, dia diisi penuh.

Benar, pria itu tidak pernah menggunakan pengaman dan Hinata tidak ada kuasa untuk menolak, maka dari itu dia hanya menjaga dirinya secara sembunyi-sembunyi dengan mengkonsumsi obat penghalang kehamilan. Hinata sebenarnya takut jika nanti terjadi sesuatu dengan dirinya dan dia tidak bisa berbuat apa-apa.

Naruto memejamkan mata dalam dekapan wanita itu, masih menikmati sisa pelepasannya barusan yang sangat melegakan, pria itu tau Hinata sudah lelah dan terkulai lemas di bawahnya.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang