Seorang perempuan melangkah dirinya pelan ke depan, ia bernama Catherine. Tanpa disadari depannya menyilau pandangan Catherine sehingga ia reflek menyipitkan mata dan telapak tangannya menutupi pandangannya sebagian. Ini silaunya bagaikan cahaya layar handphone ayah aku, gumam Catherine.
Catherine membuka matanya pelan-pelan. Ia menemukan lubang bercahaya depannya sekitar dua meter. Ia menghampirinya dengan hati-hati.
Lubang tersebut berupa perosotan. Uniknya perosotan ini memiliki unsur warna pelangi, yaitu merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Terang karena didukung oleh cahaya lampu.
"Hmm, biasanya tempat terang itu jalan keluarnya? Tetapi, ini mencolok, mencurigakan juga," urai Catherine sambil melihat situasi kanan-kiri. Ia memang berbicara dengan diri dia sendiri, karena ia adalah orang terakhir yang dapat bertahan di sini.
Catherine lekas menyiapkan dirinya duduk di posisi start perosotan. Kakinya lurus sedangkan tangannya memegang bahu menyilang seperti X dan menggerakan dirinya untuk meluncur perosotan tersebut.
Perosotan ini banyak lengkungan, "AaAAaaA," teriaknya dengan vokal naik-turun tergantung sebesar apa kagetnya.
Catherine hampir mencapai garis finish perosotan! Catherine bergirang senang karena ia merasa sebentar lagi akan kembali kota yang ia tinggal. Catherine mencoba untuk menghentikan dirinya agar ia tidak cium lantai, lebih tepatnya mencegah luka fisik, tetapi perosotan ini benar-benar licin walaupun tidak didukung air.
Brakkk, Catherine menabrak sesuatu.
"Perosotan gak jelas," tanggapnya. Catherine mengurut pelan punggungnya dan membangun dirinya agar menyeimbangkan tubuhnya.
Ini termasuk beruntung, benda yang ditimpa ia bukan berbahan kaca, melainkan berbahan plastik solid, yaitu mainan lego-lego tebal yang sudah terpasang menjadi sebuah bangunan, colosseum, peninggalan sejarah dari Roma, Italia. Bangunan lego tersebut hancur, tetapi ada yang menyatu, namun tergolong hancur.
Catherine memutarkan dirinya pelan untuk mengamati suasana ruangan ini. Ruangan ini benar-benar beda 360° dari ruangan sebelumnya. Tampak dari fisik, ruangan ini bertema vintage. Berantakan, tetapi aesthetic didukung barang antik.
Terdapat rak buku berbahan kayu, penampilan susunan buku tersebut kuno, langka. Terdapat gramophone, jarang sekali melihat gramophone secara langsung. Catherine seolah-olah mengucapkan, "wow," dengan pelan. Terdapat radio, telepon, dan lain-lain. Jika penasaran, datang ke sini saja.
Terdapat pizza di hadap depannya Catherine sekarang. Catherine menghampirinya dan mendekati pizza tersebut ke hidungnya, "ini belum basi, berarti ruangan ini pernah dihuni manusia? Gak berani makan, takut ini jebakan. Tahan, Cat." Catherine berbicara sendiri bukan karena dia orang gila, tetapi ini tujuannya agar ia menghafal informasi yang ia temukan. Pernah dengar kalau hafal dengan cara berbicara? Agar kita dengar lagi apa yang kita katakan.
Terdapat pintu di samping rak buku. Pintu ini tentu tidak mudah dibuka seperti ruangan sebelumnya. Di atas knop pintu terdapat pac man board. Ya, pac man yang biasanya kalian main pada masa kecil ataupun sekarang juga jika mau main.
Catherine mencoba untuk meraba-raba board ini. Krek, matanya membelangkak. Catherine mengalihkan perhatian, ia buru melihat kanan-kiri dengan cepat.
Dindingnya bergeser, sulit dipercaya. Detik-detik dinding semakin dekat dengan pintu.
Kalau gini terus, gue bisa jadi manusia penyet! Gumam Catherine.
Tolonglah, untuk saat ini saja aku mohon otak Catherine harus berjalan, lanjutnya.
***
Apakah kamu mau explore berbagai ruangan bersama Catherine dengan teman-temannya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Jalan Keluar
Mystery / ThrillerGue bolak-balik mencari jalan keluar. Gue harap cepat lulus. Bukan lulus ujian sekolah, melainkan lulus dalam permainan game! Asal lo tahu, kalau di game meninggal tentu bisa hidup kembali. Nah, ini dalam dunia nyata! Mana bisa hidup kembali? Lo bis...