~◉~
Sinar matahari terbenam di ufuk barat, mewarnai langit dengan nuansa oranye yang indah. Milky dan Claren duduk berhadapan di atas rumput lapangan yang lembut, menghirup udara prima di dalam Goa luas yang sangat sepi. Mereka saling menatap, penuh dengan rasa keingintahuan dan kegembiraan.
Milky dengan penuh semangatnya, memberi pertanyaan. "Hei, Claren. Apakah benar jika pesawat angkasa berkecepatan Phuton benar-benar mampu menembus Lubang Hitam?"
Claren tertawa lembut, menunjukkan ekspresi lucu yang membuat Milky semakin penasaran. Dengan senyum di wajahnya, Claren menjawab, "Kamu pasti menjadi salah satu korban cerita dari para Agen muda yang tidak tahu kebenarannya. Aku tidak menyalahkan mereka, sih, haha. Lagipula, aku tidak memberitahukan kebenarannya," ucap Claren dengan sangat jujur. "Tetapi, aku percaya kepadamu, Milky. Aku akan menceritakan kebenarannya padamu."
Kisah ini dimulai pada tanggal 1 Januari 2116, ketika bumi terjerumus di dalam suatu krisis yang mematikan, kehidupan di bumi sudah tidak layak lagi. Pemanasan global mengancam kehidupan manusia dan menciptakan kekacauan di seluruh dunia. Di saat yang genting itu, para pemimpin Amerika akhirnya memutuskan untuk mengesahkan mesin berkecepatan Cahaya revolusioner, yang telah sukses dikembangkan oleh keluarga Kavinsky.
Pihak Amerika membentuk tim "Irish", sekelompok astronot yang dipilih untuk naik ke dalam pesawat angkasa dengan mesin berkecepatan Cahaya yang disebut "Lightning". Mereka ditugaskan untuk menguji kemampuan pesawat itu dalam sebuah uji coba rahasia. Salah satu astronot yang bernama Johnson, membagikan pengetahuannya tentang proses pembuatan mesin berkecepatan Cahaya dan bagaimana keluarga Kavinsky berhasil menciptakannya.
Ketika hari uji coba tiba, para anggota tim Irish sudah siap berada di dalam pesawat Lightning. Operator-operator sibuk mempersiapkan penerbangan, sembari melayani Presiden Amerika dan para tokoh berpengaruh yang sedang memantau dengan diam-diam. Setelah pesawat lepas landas dan mulai mengorbit di sekitaran bumi, para astronot itu mempersiapkan dirinya, beberapa di antaranya memeriksa kesiapan mesin berkecepatan Cahaya.
Setelah semua persiapan sudah selesai, saatnya untuk menghidupkan mesin berkecepatan Cahaya. Namun, tiba-tiba ada entitas misterius yang mengganggu proses penghidupan mesin tersebut. Entitas itu berhasil diusir dan menjauh dari pesawat. Namun, serangannya menyebabkan suatu kecelakaan fatal.
Tanpa peringatan, pesawat Lightning mulai membuka portal misterius yang membawanya ke dalam lompatan antar galaksi. Para astronot di dalam pesawat bingung, mereka tidak bisa memahami hal apa yang sedang terjadi. Mereka berusaha menghubungi pusat, tetapi lompatan antar galaksi itu membuat semuanya menjadi kacau. Akhirnya, Johnson berhasil mematikan mesin berkecepatan Cahaya dan pesawat itu mulai berhenti melompat antar galaksi.
Johnson memandang keluar jendela pesawat antariksa itu dengan tatapan kagum. Dia melihat lokasi koordinat mereka dan menyadari bahwa mereka semua telah kembali ke dalam Galaksi Bimasakti, tetapi kali ini berada tepat di tengah-tengahnya. Johnson merasa panik, kembali melihat ke arah jendela, kedua matanya terbelalak saat melihat kehadiran Black Hole Supermasif yang menjulang tinggi di hadapan wajahnya.
Semua astronot bergabung melihat pemandangan itu. Black Hole tersebut sedang menyerap cahaya bintang, membentuk lengkungan cincin biru tua yang tampak indah, dengan suara mengerikan memekik telinga mereka.
Johnson dengan cepat menghidupkan mesin berkecepatan Cahaya, tetapi terlambat. Gravitasi kuat dari Black Hole mulai menarik pesawat mereka, mendekatkannya menuju peristiwa horison yang menyeramkan. Waktu mulai meregang, tetapi para astronot tidak menyadarinya. Tubuh mereka terombang-ambing di dalam kabin pesawat, dan mengalami fenomena Spaghetifikasi ketika mereka semakin mendekati kedalaman lubang hitam itu.
Perbedaan gaya gravitasi yang sangat kuat mulai meremas dan melenturkan tubuh mereka, menyebabkan distorsi yang mengerikan. Pada akhirnya, pesawat itu mencapai titik Singularitas, di mana massa terkonsentrasi menjadi tak terhingga dan volume menjadi nol.
Tiba-tiba, Claren memutuskan untuk berbicara. Suaranya terdengar lembut di tengah ketenangan Goa. "Aku tidak akan membicarakan kelanjutannya, belum saatnya kamu mengetahuinya," ucap Claren dengan senyuman jahil di wajahnya. "Maka dari itu, jangan menganggap jika teori yang dikatakan oleh Agen lain, adalah kebenaran, ya!"
"Kamu jahat," ujar Milky.
"Baiklah, akan aku bocorkan sedikit. Sebenarnya, pada saat mereka berada di dalam lubang hitam, pesawat itu meledak dan kemudian tiba-tiba ada 'sesuatu' yang mencoba membantu mereka. Ujar para tetua, sih, sesuatu yang membantu mereka ialah seorang pria yang sangat tampan dengan bekas luka robek di pipi bagian kirinya. Yah, aku tidak tahu, sih, tetapi, katanya pria itu sangat mirip dengan seseorang di sini. Itulah mengapa aku membimbing dan menjaganya." Claren tersenyum dengan manis dan memberikan satu misteri di balik wajahnya yang cantik.
"Apa maksudnya itu?" tanya Milky.
"Entahlah," ucap Claren, mengejek.
"Bagaimana bisa ada seorang pria yang tampan di sana, ya? Hmm ... aku pikir ini adalah salah satu kegilaan dari segala teoriku yang mengatakan jika ada makhluk hidup dalam singularitas Black Hole. Aku tidak gila, kan?" tanya Milky dengan wajah datar yang polos. "Apabila aku sudah gila, bunuhlah aku."
"Kamu bodoh," ujar Claren, tertawa.
Dalam kegelapan yang memenuhi Goa yang luas, Milky dan Claren terdiam, memandangi langit-langit bebatuan yang terbentuk indah. Meskipun gelap, terdapat organisme-organisme kecil yang bercahaya dengan terang seperti bintang-bintang di langit, memberikan cahaya samar-samar, menciptakan suasana mistis yang mempesona mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bimasakti - Dark Beggining Of All
Science-Fiction"Sebagai subjek eksperimen, kamu tidak pantas untuk mendapatkan sebuah kebahagiaan." • Di depan pintu gerbang SMA yang megah, sebuah babak baru dalam perjalanan kehidupan Milky telah dimulai. Hatinya penuh harap dan penasaran, menghadapi dunia sekol...