Elara 45 : ••• Kabar Buruk •••

459 19 2
                                    

Budayakan vote dulu sebelum membaca >3

Haii!! Ini cerita pertama aku. Mungkin kalo masih banyak yang kurang dimaklumin aja karena baru pertama hehehe.

🏵️🏵️🏵️

Sendirian di dalam kelas itu sangat tidak enak. Hanya bisa duduk termenung di kelas, menunggu sahabat berbicaranya datang. "Gue kecepatan nih!" dumel Ara, melihat jam di ponselnya yang masih pagi.

"Bosan juga sendirian di sini. Bisa jadi patung gue," gumam Ara pelan.

"Keliling sekolah deh." Ara bangkit berdiri berjalan keluar kelas. Ia terlalu bosan sendirian di kelas, tidak ada seseorang untuk diajaknya bercerita.

"Ku hamil duluan... sudah tiga bulan." Ara berani bernyanyi karena memang koridor masih sunyi. Suasana SMANKAR masih dingin dan juga sepi, sehingga membuat Ara sedikit merinding.

Sudah tujuh bulan Ara mengejar cinta El yang berujung menyerah. Dan tidak terasa, Ara sudah bersekolah di SMANKAR selama delapan bulan lebih.

Niatnya yang ingin mengelilingi sekolah berubah, karena langkah kaki yang malah menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi terdengar suara aneh, seperti seseorang yang sedang muntah.

"Siapa?" Ara melangkah masuk kamar mandi untuk melihat seseorang tersebut.

"Lo kenapa, Ser?" Ara berlari panik, menghampiri Serah yang muntah-muntah di depan wastafel. Ia langsung berdiri di belakang Serah lalu memijat tengkuk Serah.

"Hueek!" Serah semakin memuntahkan cairan putih yang terus keluar. Ia membasuh wajahnya lalu membilas bibir dan tangannya.

"Gue ngapapa," jawab Serah begitu pelan.

"Lo yakin? Wajah lo pucat banget."

"Nga usah sok baik sama gue. Gue tahu, semua kebaikan lo cuma sandiwara."

Ara hanya bisa membuang nafas panjang dengan perilaku Serah yang masih sama padanya. Padahal, kebaikan Ara alami keluar untuk menolong sesama.

Udah gue bantuin, bukannya terimakasih. Untung nga gue bacok kepala lo

Serah kembali menatap dirinya di cermin sembari merapikan rambut dan seragamnya. Ia membuang nafas lega, rasa mualnya sudah berhenti, jadi ia bisa pergi dari kamar mandi.

"Wajahnya pucat. Mungkin sakit," monolog Ara mengedikkan bahu acuh lalu  membasuh wajahnya.

🏵️🏵️🏵️

"Lo dari mana? Dari tadi gue nyariin lo." Nabila langsung memberikan beribu pertanyaan pada Ara yang baru balik ke kelas.

Semenjak balas dendam yang dilakukan Nara, Nabila selalu khawatir pada Ara. Melihat hanya tas Ara yang ada di dalam kelas tanpa orangnya, membuat rasa khawatirnya kembali muncul. Kelas sudah ramai, tapi, Meka dan Tio tidak juga datang.

"Kamar mandi." Nabila mengangguk sembari berjalan mengikuti Ara yang berjalan menuju kursi.

"Bil, sinilah Bil." Ara menyuruh Nabila untuk merapatkan posisi tubuh keduanya.

"Apaan?"

"Wajah Serah pucat kan?" tanya Ara berbisik.

Nara menatap Serah lalu mengangguk cepat. "Emang kenapa?" tanya Nabila kembali menatap Ara.

"Gue takut dia sakit. Soalnya, tadi di kamar mandi dia muntah-muntah."

"Nga usah ngurusin hidup orang. Mau dia sakit, mau dia mati, gue nga peduli." Dari kata yang Nabila sampaikan, ada rasa tidak suka karena melihat Ara yang begitu khawatir.

ELARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang