1. Anak Baru

48 13 8
                                    

Armila Eliana atau yg dikenal dengan Mila. Gadis biasa yang baru saja naik kelas di kelas 12 SMA.

Mendapatkan beasiswa di sekolah itu awalnya merupakan sebuah anugerah dalam hidupnya, akan tapi seiring berjalannya waktu semangat belajarnya telah menurun dalam beberapa waktu karena alasan tertentu.

Gurauan teman-teman sekelasnya yang terdengar riuh itu seketika hening karena sesosok cowok jangkung berambut hitam masuk bersamaan dengan Bu Erna. Mila mendengar bisikan-bisikan dari teman cewek sekelasnya memuji anak baru yang sekarang tengah berdiri didepan kelas itu.

Sungguh, hanya Mila yang tidak tertarik.

"Silahkan perkenalkan diri kamu." Ucap Bu Erna memecah keheningan.

Cowok itu mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan kelas. Mengamati satu persatu dengan wajah datarnya hingga akhirnya matanya menangkap sosok Mila, telihat sudut bibirnya langsung tertarik ke atas. Seolah telah menangkap sosok yg dicarinya.

"Nama saya Giovanno Mahasta. Boleh panggil saya Gio." Ujar cowok itu singkat mulai memperkenalkan diri.

Sorakan dari cewek-cewek mulai terdengar. Nindy menyikut lengan Mila yang sedang bertopang dagu tak bersemangat. "Ganteng banget, gila!"

Mila sama sekali tak peduli.

"OMG, Mila! Sorotan matanya tajam banget. Lihat hidungnya kayak perosotan anak paud, beda banget sama hidung gue." Jeda Nindy sebentar mengusap hidung minimalisnya. "Bibirnya tipis uhhh seksi, jakunnya menonjol keluar seksiiiiiii bangetttt."

Mila bergidik ngeri mendelik ke arah Nindy yang semakin menggila, baru kali ini ia mendengar langsung seorang cewek mendeskripsikan cowok dengan brutalnya.

Benar-benar definisi cewek gila yg sesungguhnya.

"Eh, kayaknya dia lihatin gue, deh." Ucap Nindy lagi seraya merapikan poni rambutnya.

Mila membuang nafasnya pelan sama sekali tak tertarik. Sungguh, Mila lebih tertarik dengan Matematika dari pada harus memberi perhatian lebih kepada cowok yang sekarang masih tersenyum ke arahnya tanpa alasan.

"Aku jomblo, Gio." Ucap Nindy akhirnya setengah teriak menunjukkan sisi centilnya dengan memainkan rambutnya.

Bu Erna menggelengkan kepalanya diiringi sorakan dari seisi kelas itu, sedangkan Mila merasa terbiasa dengan teman sebangkunya itu. Tak satupun orang yang kuat berteman dengan Nindy, hanya Mila yang masih bertahan dengan sikap centilnya itu.

"Sudah-sudah." Ucap Bu Erna menyela sorakan muridnya. "Ada yg mau bertanya tentang Gio?"

Nindy dengan cepat mengangkat tangannya, Mila dapat menebak pertanyaan yang keluar dari mulut Nindy pasti pertanyaan yang tidak beres.

"Nomor WA kamu berapa?"

Tebakan Mila benar.

Lagi-lagi seisi kelas riuh kompak bersorak untuk Nindy. Mila memutar bola matanya merasa jengah, entah apa yang spesial dari diri cowok itu.

Semua cowok sama saja, pikirnya.

Seulas ide muncul didalam otaknya, Mila nekat mengangkat tangannya—tanpa alasan langsung dipersilahkan berbicara oleh Bu Erna.

"Bu, kita ada ulangan hari ini." Ucapnya singkat sukses mendapat tatapan maut dari teman sekelasnya.

Nindy melotot ke arah Mila seolah tak percaya. "Anjir Mila jangan gitu, bego!"

Dan benar saja, suasana kelas pagi ini jauh lebih riuh dari sebelumnya.

"MILA!!! KENAPA DIINGATIN."

"MILA BANGKE!"

ARMILATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang