12. Shadow

84 9 0
                                    

Asahi dan Riki sedang asyik bercengkrama, tiba-tiba seorang gadis menyapa Asahi bernama Hirokawa Mao.

"Halo, aku Hirokawa Mao, mahasiswa semester tiga di jurusan Fashion, apa benar ini ruang departemen arsitektur?" tanya Mao

"Benar. Ada keperluan apa?" tanya Asahi

"Aku disuruh oleh temanku kesini untuk bertemu Hamada Asahi. Dia mengatakan dia teman kencan butaku" jawab Mao

Riki langsung mendorong Asahi mendekati Mao.

"Orang yang kamu cari ini didepanmu sekarang. Dia Hamada Asahi, pasti temanmu adalah Yuko Kitohara kan? Aku yang berteman dengan Yuko untuk mengenalkanmu dengan temanku, Asahi" ucap Riki

"Oh, jadi kamu namanya Asahi?" tanya Mao

"Iya, namaku Hamada Asahi" jawab Asahi

Mao tersenyum dan menjabat tangan Asahi.

"Aku rasa kita bisa memulai hari sebagai teman, Asahi-kun" ucap Mao

Haruto sedang membaca buku dan dikagetkan dengan oleh Riki yang menceritakan dugaan Haruto benar tentang mengatur kencan buta Mao dengan Asahi.

"Akhirnya aku bisa menemukan pasangan untuk Asahi, semua berkatmu, Haruto dan Ruka. Kalian berdua benar sangat sempurna, jadi Asahi tidak perlu mengoceh tentang belum mempunyai pasangan" kata Riki

"Lalu, kamu kapan punya pasangan? Aku tahu besok kamu akan naksir dengan Mashiro, temannya Ruka" ucap Haruto

"Kamu punya kemampuan apa bisa menebak seperti itu? Tentunya aku tidak mau dengan Mashiro, bukankah dia lebih tua setahun dariku, aku mau mencari yang lebih muda dariku" kata Riki

"Awas omonganmu adalah doa, Riki. Kalau kamu naksir Mashiro, jangan salahkan aku, aku berbicara kenyataannya" tutur Haruto

"Oh ya, mau ikut acara camping bersama pada hari minggu nanti? Sepertinya akan menyenangkan, aku akan mengajak Asahi dan Mao, serta Asa dan Mashiro. Ajak Ruka juga kalau dia tidak sibuk"ucap Riki

"Asa bukannya lagi sibuk latihan balet? Sepertinya aku hanya bisa mengajak Ruka dan Mashiro saja" kata Haruto

"Baiklah, tidak keberatan juga" ucap Riki

Haruto rajin pergi ke rumah Ruka dan membantu ibu Ruka, tentu saja ibu Ruka menyetujui hubungan anaknya dengan Haruto. Haruto tahu hal itu, Ruka juga sangat senang ibunya mau terbuka dan menerima Haruto.

Haruto menjemput Ruka menuju tempat camping dihari minggu, Haruto hanya menyetel lagu tanpa berbicara dengan Ruka. Ruka merasakan kesedihan Haruto dan keduanya hanya terdiam sampai tiba disana.

"Mari kita rayakan hari ini bersama-sama" ucap Riki
"Dasar aneh" cetus Mashiro

Riki hanya terdiam menatap Mashiro dan keduanya terlibat adu mulut sedikit, membuat mereka tertawa bersama. Mao dan Asahi juga menjadi lebih dekat, Riki dan Mashiro saling bercengkrama dan melupakan kejadian tidak akur mereka. Sedangkan, Ruka dan Haruto duduk tanpa berbicara.

"Aku akan membakar dagingnya, kalian tunggu saja disini" kata Haruto

Haruto mengambil beberapa daging dan membakarnya, namun ia melihat tangannya separuh bayangan saja, ia bahkan tak bisa menjangkau alat panggang tersebut. Ruka mendekati Haruto dan melihat semua itu, Ruka menatap Haruto.

"Haruto" ucap Ruka

Haruto hanya tersenyum menatap Ruka dan kembali bayangan itu hilang dan Ruka langsung memeluk Haruto. Ia tahu hari itu semakin dekat.

"Ruka, jangan sedih" tutur Haruto

Mereka melihat dari jauh, dan bertanya-tanya ada apa dengan Haruto dan Ruka? Riki berasumsi mereka hanya menunjukkan kasih sayang mereka, sedangkan Ruka sedang khawatir bahwa Haruto akan menghilang hari itu juga.

Ruka tampak tidak begitu bersemangat ketika yang lainnya tampak begitu ceria, Haruto tahu akan hal ini, sebenarnya mungkin ia adalah orang yang paling merasa sedih namun ia selalu tegar dengan apa yang terjadi dalam hidupnya. Haruto dan Ruka sempat berdiri di dekat tepi sungai, Haruto menggenggam tangan Ruka kembali meski ia menyadari bahwa sepenuhnya adalah bayangan. Ruka menatap Haruto balik, dan tersenyum meski ia menyembunyikan kesedihannya.

"Haruto, dia adalah alasan aku ingin berbahagia"

"Ruka, sosok yang paling aku nantikan dalam hidupku. Namun, aku tidak bisa berada disampingnya. Aku harus pergi"

Haruto pergi ke sebuah tempat untuk menyendiri. Sesaat usai camping, ia benar bingung untuk mengutarakan perasaannya saat ini. Ia teramat dilema. Ia berpikir pilihan ini menyulitkan untuknya. Ia pergi ke masa lalu agar Ruka tidak pergi dari hidupnya, namun ketika kembali ke masa lalu, namun dirinya yang harus pergi dan menghilang dari hidup Ruka. Ia tak bisa menepati janji untuk hidup lebih lama dan bahagia bersama orang yang paling ia cintai, Kawai Ruka.


Namun ia takkan pernah menyesal.

Ini adalah keputusan terbaik yang pernah ia ambil.


Menyelamatkan Ruka dari pahit hidup adalah yang utama. Dan meski ia harus berkorban untuk benar menghilang dari dunia ini, karena itulah sebesar cinta Haruto pada Ruka yang tanpa batas dan begitu murni adanya. Ia akan melakukan semua itu demi Ruka seorang, seorang yang ia cintai untuk pertamakali dalam hidupnya, yang mengisi kehidupannya selama ini. Ia bersyukur bahwa ia terlahir untuk mencintai Ruka dalam hidupnya.

Haruto tersenyum sejenak, meski air mata tak sengaja keluar dari kedua matanya. Ia mencoba mengusap airmatanya, namun justru tak mampu.


"Aku tak bisa kamu melihatku menangis seperti ini, Ruka. Aku.. akan baik-baik saja, begitu pun dengan dirimu. Aku sangat cinta padamu, Kawai Ruka. Jaga dirimu dengan baik" ucap Haruto


~ to be continued ~



NOTE

Ini aku nambah wordsnya lagii karena merasa terlalu pendek.

FYI beberapa chapter lagi udah ending ya. Soalnya cerita kayak fantasy jujur menurut aku kalau lama chapternya kayak bakal muter gitu dan sulit dijabarkan dari sisi fantasynya. Ya meskipun ada cerita ku lain genre fantasy hampir 30-40 part. Tapi cerita ini aku nggak bisa panjangin sampai sepanjang itu, mungkin kalau ada tambahan special chapter jika ingin hehe.


Unsur fantasy dan time travel dicerita ini kalau aku buat panjang, aku takut jadi ga keatur kayak waktu balik ke masa lalu. Karena pada dasar awal cerita, waktu dia emang ngga begitu banyak...

A Midsummer Dream We've Ever MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang