dua puluh lima

9 1 0
                                    

Warning! Cerita ini mengandung kekerasan verbal dan nonverbal, sexual desire, dan Using dangerous weapons.

❗Only 18+ mohon baca sesuai usia ya, bijaklah dalam memilih bacaan.

"Lo gapapa kan?" Tanya cowok itu memastikan.

Rhea hanya geleng-geleng tidak yakin, ia kembali lagi ke kedai kopi untuk mengambil pesanannya. Ia sama sekali tidak menghiraukan cowok yang sebenarnya ingin mengatakan sesuatu.

"Kayaknya ada sesuatu yang mengganggu pikiran Lo," tebak cowok itu.

Rhea tampak mulai kesal sekarang, "Gak ada, maaf, gue buru-buru." Ujarnya yang berusaha terus menyembunyikan ketakutannya.

Gadis itu lalu berbalik dan langsung berlari meninggalkan cowok itu, sementara cowok itu hanya diam terpaku karena ia tak mampu berbuat lebih lagi.

Masih teringat jelas dibenaknya wajah ayu yang ia selamatkan waktu itu, tersandar dalam keadaan hampir mati, hanya dibekap oleh syal hitam halus di lehernya.

"Gue yakin itu Lo." Lirihnya sambil tertunduk.

Aaron, ia masih menyimpan banyak pertanyaan kepada gadis yang ia tolong waktu itu, hanya saja pertemuan singkat ini malah membuat dirinya perang batin dan terus bertanya-tanya pada dirinya, sebenarnya kenapa ia bisa se peduli ini pada orang yang sama sekali tidak ia kenali.

Alhasil Aaron memutuskan untuk pergi, meminta kepada Tuhan melalui hati kecilnya agar ia bisa bertemu lagi dengan Rhea, untuk sekedar bertanya kebenaran malam itu.

Sementara Rhea kembali ke kantor El. Sepanjang jalan ia hanya berusaha untuk menyembunyikan keresahan hatinya yang mendadak mengubah moodnya secara drastis.

"Ini." Rhea tiba dengan menggambar senyuman yang terpaksa.

Dodit dan El sangat peka dengan hal-hal yang fake atau palsu, sudah banyak macam bahasa tubuh yang mereka tahu untuk menilai para klien nya dan senyuman palsu Rhea sangat mudah ditebak.

"Kalo lo udah nolongin orang, seharusnya bahagia dong.. kok malah sedih?" Dodit langsung membuka topik.

Rhea langsung terperanjat, "kok tau?" Tanyanya agak sedikit kaget.

"Tuh, kita liatin lo dari sini, tadi banyak kerumunan dan lo jadi pusat perhatian dari atas sini waktu meluk orang itu." Jelas Dodit lagi.

"Apa yang terjadi?" Tanya El sudah penasaran.

"Ada gadis kabur dari rumah sakit, kayaknya dia punya gangguan. Gue cuma nolong narik dia buat lompat ke sungai kok, gak lebih." Rhea coba merendahkan diri.

El memutar bola matanya malas, "yang lo tolong itu nyawa orang, bego! Gausa pake segala merendah deh."

"Hehe, iya ya." Rhea cengengesan sambil memainkan jarinya.

Beberapa saat keadaan hening, sampai Rhea akhirnya memberanikan diri untuk bercerita masalahnya.

"Kalian tau masalah gadis tadi apa? Dia dikhianati oleh orang yang paling dia cinta dan paling dia percaya." Rhea tertunduk lemas lagi.

Dodit dan El saling menatap, ternyata inilah pangkal bala keresahan gadis ini.

"Lo merasa kalo masalah dia hampir sama dengan Lo?" El kembali bertanya.

Rhea mengangguk-angguk kikuk, "gue merasa gak tenang sejak balik ke sini, gue kayak takut gitu."

"Udah, tenang dulu. Ingat ya, gak semua orang yang dikhianati akan berakhir kayak gitu, itulah gunanya ada dukungan sosial kayak kita ini, lo gak akan kenapa-napa kok, Re." Dodit coba menenangkan dengan menggenggam tangan Rhea.

El lalu duduk disamping Rhea, "Beruntung lo bisa bertahan sampe sekarang, Re, dia adalah orang yang udah nyerah sama keadaannya, sekarang lo coba berpikiran positif kalo Tuhan itu udah menciptakan skenario terbaik buat Lo."

"Iya, pasti ada maksud dari takdir yang diciptakan untuk gue ini, gue harap kalian selalu bimbing gue di setiap langkah, ya." Rhea mulai tersenyum lagi.

"Pasti dong, udah ya, sekarang bantu kita buat nyusun rencana ngejatuhin orang ini." Dodit langsung mengalihkan pembicaraan.

Diatas meja terbentang sebuah foto seorang pria jangkung yang gagah perkasa dari sebuah majalah.

"Jordan... dia habis menggulingkan perusahaan Naucops, tapi anehnya ia menyulap gedung hasil jarahannya menjadi perusahaan jasa transportasi dalam waktu kurang dari sebulan." Jelas Dodit sambil terus mengamati foto pria itu.

Rhea juga sama, ia terus mengamati wajah garang pria itu sambil menimbang-nimbang. "Apa kegiatan kotor dia sampai-sampai kalian menargetkan dia?"

"Jordan punya perusahaan jasa logistik, tapi ia menyelipkan beberapa barang ilegal seperti narkoba dan alkohol terkenal dari beberapa negara untuk dijual lagi dengan harga fantastis." Balas El sambil menggosok-gosok dagunya.

Rhea mengerutkan keningnya, "ada buktinya?" Tanyanya lagi untuk memastikan.

"Gue cuma baru dapat info itu dari mata-mata gue, tapi coba lo liat!" El menunjukkan beberapa foto kegiatan Jordan bersama teman-temannya disebuah tempat tertutup, lumayan gelap namun dihiasi lampu kelap-kelip.

"Itu Applejack, AS punya." El menunjuk botol yang dipegang Jordan.

"Itu minuman iconic nya Amerika," sambung Dodit sambil mendekatkan dirinya kearah layar ponsel.

Lalu Dodit menunjuk satu botol lagi yang dipegang rekan disamping Jordan, "itu tequila! Dan lo liat kantong kecil yang isinya daun kering itu? Itu mariyuana!!" Dodit agak berteriak karena kaget.

"Gimana cara mereka dapat semua itu? Dalam jumlah yang gak sedikit ini pastinya." Tanya Rhea sedikit takut, prihatin, dan tak habis pikir.

"Itu tadi, dia punya dua perusahaan yang bisa mengakses banyak tempat, besar kemungkinan dia memanfaatkan apa yang ia punya atau Jordan sengaja membuat perusahaan ini untuk bisnis gelapnya." Terka El menimbang-nimbang nama Jordan ini tengah naik daun sekarang.

"Udah berapa lama dia menjalankan bisnisnya?" Tanya Rhea lagi.

Dodit membalas, "Sejak usia 17 tahun dia diajar dan dibina langsung menjadi pemimpin oleh ayahnya, lima tahun berikutnya ia mewarisi  kepunyaan ayahnya, bisa dibilang dia emang udah punya bakat berbisnis dan mematikan bisnis, tapi rumor-rumor tentang penyelundupan itu baru terdengar akhir-akhir ini."

Mendengar penjelasan itu Rhea berasumsi, "Kalo gitu bisa jadi Jordan baru terlibat bisnis-bisnis kotor itu, karena udah sepuluh tahun lebih dia bisa mengelola perusahaannya dengan baik,"

"Kita gabisa terus berasumsi gini, coba pikirin gimana cara nge-handle si Jordan ori ini kalo kalo asumsi kita ini benar dan nyata adanya?" El mulai kewalahan dengan strategi yang coba ia susun.

Dodit malah menepuk keras pundak El, "Seorang El kok gentar? Biasanya apapun yang terjadi selalu dihadang." Goda Dodit.

"Sekarang beda, bego! Jordan itu punya akses dimana-mana, syukur-syukur nanti dia mampir kerumah trus gedik dikit pala gue, kalo nanti gue dijual terus ditukar pake sabu sama alkohol trus dijual keluar negeri gimana?"

Dodit terpincut sendiri, "iya juga ya."

"Orang suruhan gue disana juga ikut terancam, bisa jadi penyamaran nya bakal ke bongkar disana, jadi untuk klien satu ini kita kudu siapin strategi sematang-matangnya.

"Siapp Bu bos!! Yang pasti kebenaran bakal selalu menang dari kejahatan, kita musti optimis, walopun gatau ini mau ngapain dulu." Dodit akhirnya lesu sendiri.

"Niat dulu yang pasti, kita pasti bisa kok." Rhea menghibur semua orang disana.

***

To be continued..
Hihi kita update lagiii!!
Jangan lupa vote dan comment yaaa..

Big love,
rosaekavania❤️

R.O.S.ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang