Kisah ini bermula dari ucapannya dahulu. Mungkin kau tak akan percaya hal ini, yang terkadang ucapan itu menjadi sebuah doa. Dulu aku pun begitu, namun setelah ku saksikan dengan mata kepalaku sendiri, akhirnya aku percaya jika itu benar-benar terjadi.
Pada Maret 2004, kala itu diriku menduduki bangku SMP. Ku pikir lingkungan sekolah itu sangat nyaman, dan dipenuhi oleh orang-orang baik. Namun ternyata perkiraan ku salah, diriku selalu ditempatkan di kelas yang dimana notabenenya berisikan siswa nakal yang mendominasi. Pribadi yang berbeda, membuat diriku aneh di mata mereka. Aku sungguh tidak nyaman dengan lingkungan ini, jujur aku selalu ditindas juga dihina kala itu.
Tapi aku berusaha supaya orang tua ku tidak mengetahui itu, aku tidak mau dicap sebagai anak cengeng yang bisanya mengadu pada orang tua. Aku harus berusaha bertahan beberapa tahun disini, hanya tiga tahun saja aku yakin pasti bisa melewatinya.
Alumni dari SD Kemuning, bukan aku saja yang masuk SMP Bohemia. Temanku bernama Yuri juga sekolah disini. Dia adalah teman baikku saat masih SD, namun semuanya berubah setelah memasuki masa SMP. Yuri tak mau mengakui diriku sebagai temannya. Dan kami tidak lagi bertegur sapa, karena ia tak mau jika teman-teman barunya menjauhinya karena ia mengenalku. Kini aku tidak punya satu pun teman, dan benar-benar sendirian.
Aku tak menampik jika Yuri itu memang sangat cantik, selain itu dia memang asyik dan baik hati. Bahkan ia mendapat julukan Sang Putri di kelas. Apalah dayaku yang hanya siswi yang culun yang bahkan orang lain memanggilku Makhluk Alien. Melewati waktu tiga tahun bukanlah waktu yang sebentar. Dengan penuh tekanan menjalani masa-masa suram ini tidaklah mudah, ini detik-detik terakhir ku terbebas dari masa kelam menuju masa yang lebih cerah.
Tak terasa sudah memasuki masanya kelas tiga, dimana siswa-siswi diberikan pilihan untuk lanjut SMA atau SMK, bahkan tidak sama sekali. Saat itu aku memutuskan untuk mendaftarkan diri ke SMA Negeri Wijaya, sekolah dengan predikat terfavorit masa itu. Dan syukurnya aku bisa lolos dan menjadi satu-satunya siswa SMP Bohemia yang bisa bersekolah di sana.
Bagiku masa SMA adalah masa yang paling indah sekaligus menyenangkan, sekarang aku sudah memiliki teman dan sudah tidak dianggap aneh lagi.
Memasuki Juli 2007, aku lulus SMA dan memutuskan untuk kuliah di salah satu Universitas yang ada di kota Kuso.
Hingga suatu hari kala itu aku masih ingat, aku baru saja menyelesaikan tugas kelompokku, dan ternyata waktu itu sudah larut malam. Rasanya tubuhku lemas dan tak bertenaga untuk berjalan. Akhirnya aku memutuskan untuk duduk di Halte bus saja.
Suasananya begitu hening, dan sepi karena hanya aku sendiri ditemani semilir angin malam yang mengelus lembut membuat bulu kudukku bergidik dingin.
Dari arah kejauhan aku melihat seorang perempuan berambut panjang sedang berjalan sendirian, dia seperti perempuan nakal karena pakaiannya yang sangat mencolok. High heels merah, lengkap dengan pulasan gincu merah merona di bibir, wajahnya yang nampak begitu elok sedap dipandang.
Astaga, ayolah kenapa aku mendeskripsikan perempuan itu yang bahkan aku tak tahu dirinya siapa. Aku menepuk pipiku dengan keras, supaya tak mengantuk disini.
Tiba-tiba saja, aku dikejutkan dengan lengkingan suara perempuan yang berteriak, "Jambret ... Tolong!"
Seorang pria bermasker hitam itu seketika merampas tas perempuan itu, dan aku berusaha menolong perempuan itu dengan mengejar pria tersebut.
Sialnya usahaku gagal, penjahat itu mendorongku dengan kuat hingga tubuhku terbentur ke trotoar. Perempuan pemilik tas tersebut mendatangiku, ia nampak begitu khawatir.
"Kau pasti terluka, aku akan membawamu ke rumah sakit!"
"Tidak, ini hanyalah luka memar. Pasti akan sembuh dengan sendirinya, kau tak usah khawatir."
"Terimakasih kau sudah menolongku, namaku Yuri. Namamu siapa?"
Tunggu, Yuri? Apa aku tidak salah mendengar?!
"Iliya."
Mendadak Yuri memalingkan wajahnya, dan aku melihat jika dirinya menitihkan air mata.
"Maaf Yuri, aku tidak berhasil mendapatkan tasmu. Pasti ada barang berharga di dalamnya aku sungguh menyesal."
"Iliya ini aku Yuri, kau tidak lupa padaku? Aku teman SD mu dulu..."
Ku pikir dirinya telah lupa padaku, ternyata dia masih ingat. Aku senang sekali mengetahui hal ini. Dan sekarang Yuri menyesal, karena dulu ia tak mau mengakui ku sebagai temannya. Juga telah terbawa arus tidak baik, dan terjerumus pada lembah hitam.
"Iliya, lihatlah hidupku sudah hancur. Sekarang aku hanya menjadi seorang wanita penghibur yang memuaskan nafsu laki-laki. Hiks-Hiks..." Tutur dirinya sembari menangis.
Aku merasa kasihan melihatnya, tapi itulah pilihan dirinya. Dan aku tidak bisa menyalahkan pilihannya, karena mungkin saja itu akan melukai hatinya.
Aku tak pernah tau jika celetukan ucapannya dulu akan menjadi kenyataan, iya ucapan nenek yang berkata jika ucapan adalah doa juga Yuri.
Dahulu Yuri kecil pernah ditanyai neneknya tentang cita-citanya, dan Yuri menjawab dengan spontan jika dirinya ingin menjadi seorang pelacur. Ia pikir itu adalah pekerjaan yang mudah dan mendapatkan uang yang banyak. Sungguh aku tidak habis pikir kenapa Yuri bisa berasumsi dan berkeinginan seperti itu waktu itu.
Dan akhirnya setelah sekian lama, kita dipertemukan kembali dengan kondisi yang berbeda. Kita sudah dewasa.
Yuri pun bercerita jika dirinya sudah non perawan di usia 14 tahun, sekitar masa SMP. Selain itu, ia selalu dilecehkan dan dipaksa mengikuti keinginan teman-temannya itu. Mereka hanyalah memanfaatkan dan merusak Yuri saja. Yuri benar-benar stress, ia benar-benar sudah kotor. Semuanya telah terlanjur, akhirnya dirinya memilih untuk tidak melanjutkan SMA dan menjadi perempuan sundal di masa belia.
Mendengar kisah hidupnya sungguh miris dan menyayat hati, Sang Putri yang dulu selalu di sanjung karena kecantikannya kini berujung tragis. Dan aku masih ingat Yuri yang dulu saat masih SD. Ia yang pertama kali mengajakku berkenalan dengan tersenyum polos, dikala pertemuan pertama kita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ending Sad [Hiatus]
General FictionTerkadang kita takut bahagia, hanya karena tak ingin berakhir menyedihkan!