16

28 0 0
                                    


Menjelang Isya' Ibu Latifah tiba di rumah, dan langsung masuk ke kamarnya. Tidak keluar lagi.

Setelah shalat magrib Toto berbincang dulu dengan Murti dan Muhtar di ruang keluarga.

"Bagaimana hasil pemeriksaan ibu, mas?" Tanya Muhtar pada Toto.

"Dokter meminta Ibu untuk periksa lebih lengkap ke laboratorium. Jadi besok pagi mas akan ke kantor dulu lalu minta ijin untuk antar ibu ke laboratorium," kata Toto.

"Biar saya yang mengantar ibu, mas" kata Muhtar menawarkan diri.

"Nggak papa, dik, sekalian besok mas To ada tugas keluar kok," kata Toto tersenyum.

"Ibu itu tidak mau ketemu sama kamu," kata Toto dalam hati, sedih melihat wajah kecewa Muhtar.

Sore itu Ibu Latifah minta diantar ke dokter sebenarnya hanya alasan Ibu saja supaya bisa keluar rumah berdua dengan Toto, anak sulungnya. Supaya ia bisa leluasa bercerita tanpa harus didengar orang lain. Terlebih didengar Murti dan Muhtar. Mereka jangan tahu dulu.

Ibu Latifah harus cepat-cepat bercerita kepada seseorang yang ia yakin bisa membantunya sehingga sesak di dada yang dari waktu ke waktu semakin menjepit bisa lepas.

Selama dua bulan ibu Latifah perang batin sendiri. Sekarang ia sudah mengambil ketetapan. Namun ia membutuhkan teman dalam berjalan dan ia akan menggandeng Toto, anak sulungnya.

Ibu Latifah sangat sayang pada mereka bertiga terlebih pada Andik. Rasa sayang yang tidak ada ujung pemberhentian itulah yang membuat Ibu Latifah merasa takut kehilangan untuk kedua kali.

=====

Semua rangkaian kejadian tidak pernah ada dalam angan-angan Ibu Latifah, ia tak pernah menginginkan ini terjadi, ia juga tak tahu ini bakal terjadi, tetap saja rasa berdosa ini yang membuat ibu Latifah berada di titik penyesalan yang dalam.

Ia terlalu malu pada anak-anaknya. Ia merasa telah menjerumuskan anak-anaknya. Ia merasa tak ada gunanya sebagai orang tua, apalagi ia seorang ibu yang kata orang seorang ibu itu memiliki kepekaan batin paling kuat pada kehidupan anak-anaknya.

Selalu ada air mata dalam doanya, memohon ampunanNYA dan memohon petunjukNYA yang nyata dan jelas agar semua selamat dari dosa ketidaktahuan. Lemahnya manusia. Duhai...

Ibu Latifah sudah menceritakan semuanya pada Toto. Sebagian bebannya sudah terangkat.

Waktu awal ibu Latifah sakit, beberapa kali Toto menjenguknya tapi ibu tak pernah cerita apa-apa.

Kini, setelah ibu menceritakan semuanya Toto menjadi paham apa yang membuat ibu selama dua bulan terakhir sakit. Ibu bukan sakit fisik. Batin dan pikiran Ibu Latifahlah yang sakit. Toto merasa wajib menolong ibunya.

Esok hari Toto menjemput ibu untuk ke laboratorium memeriksakan diri lebih lengkap.

Hasil laboratorium hari itu juga sudah keluar dan hasilnya semua baik-baik saja. Hanya darah rendah karena sudah dua bulan lebih ibu Latifah enggan untuk makan.

Saat mengantar ibu Latifah kembali ke rumah, Toto berkata kepada Murti bahwa hari Minggu ini ia akan mengajak Ibu Latifah pergi jalan-jalan.

"Murti, hari Minggu aku akan ajak ibu jalan-jalan. Barangkali dengan berganti suasana Ibu akan banyak makannya. Kali ini aku hanya berdua ibu, ya. Sudah lama sekali aku nggak pernah makan berdua ibu saja," kata Toto kepada Murti.

-----

Hari Minggu...

Sambil menikmati makan siang di sebuah Rumah Makan Sunda, Ibu Latifah menceritakan kembali kepada Toto semua yang dia lihat yang menyebabkan dirinya pingsan.

KILASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang