𝐒𝐈𝐍 𝟒

1.1K 182 58
                                    

"Tanpa menghiraukan apa yang tengah dilakukannya, lelaki itu kian terpesona, menatap penuh kekaguman pada perempuan yang sekian lama masih tertanam dalam sanubarinya."

_______

Dewa berdiri membisu, pandangannya terpaku pada sosok perempuan yang selama lima belas tahun ini menghantui setiap malamnya dengan kerinduan yang tak terucap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dewa berdiri membisu, pandangannya terpaku pada sosok perempuan yang selama lima belas tahun ini menghantui setiap malamnya dengan kerinduan yang tak terucap.

Matanya menelusuri garis wajah yang selalu ia kenang dalam benaknya—dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Seketika, napasnya terasa lebih ringan seolah beban berat telah terangkat. Tidak mungkin, pikirnya. Perempuan itu adalah Kyra.

“Kyra,” bisiknya.

Suara yang seakan tercekik oleh emosi bergejolak dalam dada.
Kyra tak jauh berbeda. Tubuhnya terpaku, mematung di tempatnya berpijak. Keinginan untuk mundur, menjauh dari pria yang pernah menghancurkan hatinya, mengalir deras dalam dirinya.

Namun, sekuat apapun ia mencoba untuk melangkah mundur, tubuhnya tak mampu bergerak. Sebelum ia sempat menyadari, lengan Dewa telah melingkar erat di sekelilingnya, menahan tubuh yang ingin melarikan diri.

Dalam dekapan itu, Kyra merasakan semua luka batinnya  kembali terbuka, menganga seperti terakhir kalinya mereka berpisah.

Dewa menumpahkan segala emosi yang terpendam selama belasan tahun dalam dekapan itu. Ia menangis, raungannya pecah di antara isak napas yang berat, seolah setiap tetes air matanya mengandung seluruh rasa sakit, rindu, dan penyesalan yang telah ia tahan.
Pelukannya semakin erat, seakan takut jika Kyra akan kembali menghilang, meninggalkannya dalam kegelapan dan kesendirian.

Tubuh Kyra terasa dingin dan lemah, seperti bayangan yang melayang-layang di udara, tak sepenuhnya nyata, namun juga tak sepenuhnya fana.

Dewa terhanyut dalam perasaannya, sepenuhnya lupa pada dunia di sekitar hingga ia tidak sadar keberadaan dua pasang mata yang mengamati mereka. Mata pertama, milik seorang gadis muda dengan tatapan penuh kekecewaan. Mata kedua, seorang pemuda yang memandang dengan kebingungan.

"Ini beneran kamu kan, Ra?" tanya Dewa, nyaris tak percaya bahwa Kyra kini kembali nyata di hadapannya.

Ketika pelukan itu terurai, Dewa menatap Kyra dengan mata yang masih basah oleh air mata. "Kenapa baru sekarang?" tanyanya dengan suara bergetar.

"Kenapa baru sekarang kita dipertemukan?"

Kyra hanya bisa menangis. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Semua kata terasa sia-sia.

"Aku hancur, Ra. Aku kehilangan kamu... aku kehilangan segalanya..." Dewa menggapai pipi Kyra dengan lembut, mencoba mengais setitik demi setitik kerinduan yang kian membuncah.

"Mas Dewa, kamu percaya takdir? Kita sudah coba untuk mempertahankan, berulang kali selalu jatuh dan berdiri di titik yang sama, tapi apa? Lagi-lagi perpisahan tetap menjadi pilihan."

𝐒𝐈𝐍 - [ 𝙁𝙧𝙤𝙢 𝘼𝙡𝙩𝙚𝙧𝙣𝙖𝙩𝙚 𝙐𝙣𝙞𝙫𝙚𝙧𝙨𝙚 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang