14 ÷ 7 + 5

1.9K 183 6
                                    

Kepergian Young Ok memang masih meninggalkan kesedihan mendalam untuk keluarga. Walau bagaimanapun hidup harus tetap berjalan dengan semestinya. Perlahan semua sudah mulai kembali normal. Jeno kembali bekerja. Mark dan Taeyong juga sudah kembali ke negara mereka tinggal. Perihal harta warisan, jeno, Mark dan Taeyong bahkan tidak peduli akan itu meski para orang tua tetap mempertanyakan mengapa pembacaan warisan  harus dilakukan 5 bulan lagi. Setidaknya begitulah kata pengacara pribadi Young Ok. Dan tentu saja hal itu berdasarkan wasiat Young Ok semasa hidupnya.

Sebenarnya tidak ada yang begitu peduli akan pembagian warisan, karena bahkan kini mereka semua sudah sukses dengan jalan masing-masing. Ya, kecuali Tiffany. Kendati ia hanya menantu di keluarga Lee namun ia sudah tidak sabar mendengar seberapa banyak yang akan Jeno dapat dari neneknya. Tiffany hanya takut lantaran Jeno yang berstatus sebagai si cucu bungsu tidak mendapat harta sesuai pembagian yang rata. Ia takut semua yang Young Ok punya akan jatuh ke tangan Taeyong, mengingat kedua orang tua Taeyong yang sudah tiada dan betapa sayangnya Young Ok pada cucu perempuan satu-satunya itu. Ditambah lagi setelah kelahiran David, Taeyong semakin banyak mendapat nilai tambahan di mata Young Ok.

Beralih dari kisah Tiffany yang tidak sabar menunggu pembacaan warisan, ia juga kini tengah menyusun strategi untuk mengusir Haechan dari keluarga Lee dan segera menikahkan Jeno dengan Choi Jisu, gadis pilihannya. Namun sepertinya ia belum benar-benar berhasil untuk membujuk putranya dalam menceraikan Haechan. Jeno hanya menyanggupi bahwa ia akan secepatnya menceraikan Haechan. Namun dikarenakan Tiffany orangnya tidak sabaran, ia secara sengaja menyiksa Haechan melalui pelayan yang bekerja di sana. Tiffany bahkan sudah memecat bibi Jang, pelayan yang selalu berlaku baik pada Haechan. Kini para pelayan yang tersisa hanyalah orang-orang Tiffany yang srlalu berlaku kasar dan semena-mena pada Haechan. Jeno tampak tidak peduli akan hal itu, ia pun masih dibuat sangat kecewa atas meninggalnya Young Ok. Sedikit banyak ia menganggap Haechan turut ambil andil atas hal tersebut.

Seperti yang terlihat saat ini. Pagi-pagi sekali Haechan sudah harus menyapu dan mengepel lantai. Sementara para pelayan sedang asik bercengkerama sambil menikmati kopi pagi.

"Haechan, kau tidak lihat ya ? Sapu dengan bersih, bagian ini masih kotor !" Ucap salah satu pelayan. Jika dulu ini adalah hal yang mudah bagi Haechan, tapi kini ia mudah lelah karena tengah mengandung. Ditambah lagi satu rumah besar ini harus dia sendiri yang membereskannya. Para pelayan kini hanya ditugasi memasak dan dilarang memberi makan pada Haechan.

"Ah iya bibi, maaf, akan Haechan bersihkan lagi. " Haechan lalu menyapu kembali bagian yang dirasa masih kotor. Selesai menyapu, ia lalu menuju dapur, segera membereskan piring bekas makan Jeno dan mamanya. Kebetulan Tiffany memang sedang berkunjung. Semua sisa makanan yang tidak habis sudah terbuang ke tempat sampah. Haechan meringis melihat banyaknya nasi dan lauk yang terbuang percuma. Yang tersisa hanya beberapa suap nasi dari piring bekas makan Jeno dan Tiffany. Dan sebelum mencuci piring-piring tersebut, Haechan terlebih dulu mengahbiskan sisa makanan di piring Jeno dan Tiffany. Begitulah caranya makan sekarang. Saat makan pun ia harap-harap cemas, karena jika ketahuan ia akan dimarahi.

"Hari ini makannya nasi goreng, Nono senang kan ? Ayah tadi juga makan ini..maafkan, Ibu ya Nak.." Meski sembari menangis, ia tetap menelan semua yang bisa ia makan.

"Haechan !" Mendengar Jeno menyebut namanya, Haechan segera berbalik dan membuang semua sisa makanan lalu menghapus air matanya.

"Iya ? Kamu butuh sesuatu ?"

Jeno tahu, istrinya itu pasti habis menangis. Tapi rasa pedulinya pada Haechan sudah tidak ada lagi.

"Koperku ?"

"Ah iya, maaf aku lupa..akan segera aku siapkan." Haechan lalu bergegas menuju ke kamar dan menyiapkan koper untuk keperluan Jeno bekerja beberapa hari ke depan.

~~~

Malam itu ketika Jeno baru saja pulang kerja, ia dikejutkan dengan suara seseorang yang tengah menyanyi. Tenyata itu suara Haechan. Perempuan itu tampak asyik mencuci sembari bernyanyi dan mengobrol dengan calon bayinya. Sepertinya Haechan sangat suka mengobrol dengan calon anak mereka. Jeno perhatikan semakin hari Haechan semakin kurus, padahal sedang hamil. Jika Jeno tidak salah hitung, mungkin sudah enam bulan usia kandungan Haechan.

"Nah, sudah selesai..terima kasih Nono sudah kuat menemani Ibu hari ini.." Ucap Haechan sembari mengelus perut besarnya.

"Sekarang kita tunggu Ayah ya...sabar sebentar lagi ya sayang, nanti Ayah pulang pasti lapar. Ibu harus memasak."

Jeno di balik tembok mendengar itu semua. Berkali-kali mendapati Haechan mengusap peluh dan tampak sangat lelah. Saat Haechan akan keluar dari ruang mencuci, Jeno lalu mengambil langkah menuju kamar mereka.

Haechan meneguk air sejenak lalu ia juga melangkah menuju kamar. Mendapati eksistensi Jeno di atas ranjang yang tengah memainkan ponselnya dengan tenang, batin Haechan berteriak senang. Suaminya sudah pulang.

"Jeno, kamu sudah pulang ? Sebentar ya aku buatkan makan dulu, kamu pasti lapar."

"Aku sudah makan." Haechan tersenyum, syukurlah, ia juga begitu lelah untuk memasak.

"Baiklah, aku siapkan dulu air hangat untuk mandi ya ?" Jeno hanya mengangguk, kemudian Haechan menuju kamar mandi. Langkahnya tertatih dan itu tak lepas dari penglihatan Jeno. Saat akan mencapai pintu kamar mandi, badannya terhuyung, beruntung Jeno segera menangkapnya.

"Ah maaf, aku agak pusing.." Jeno terkejut, mendapati muka Haechan yang sangat pucat.

"Kau sakit ?" Jeno refleks memeriksa kening Haechan. Panas sekali. Sepertinya Haechan demam.

"Maaf Jeno, aku sedikit lelah hari ini." Haechan lalu berusaha untuk menstabilkan tubuhnya. Ia lalu berjalan lagi, namun baru dua langkah, tubuhnya kembali terhuyung. Kali ini ia benar-benar pingsan. Beruntung Jeno berhasil menangkapnya kembali.

"Haechan ! Haechan ! Bangun !" Jeno lalu menggendong istrinya dan membawanya ke rumah sakit.

~~~

"Nyonya Lee selalu datang sendiri tiap periksa kandungan padahal saya sangat ingin berbicara pada suaminya." Jeno hanya mendengarkan, belum memberikan respon apa-apa.

"Mumpung anda sekarang ada di sini, saya ingin mengatakan akhir-akhir ini kondisi ibu dan si bayi agak melemah Pak, mereka kekurangan nutrisi. Ibu hamil butuh nutrisi yang cukup. Nyonya Lee selalu bercerita bahwa anda memang harus bekerja jadi tidak ada yang memantau, tapi alangkah baiknya bahwa anda juga sesekali memastikan apakah nutrisi untuk istri dan calon anak kalian tercukupi. Untung saja calon anak kalian adalah jagoan yang kuat. Ia masih mampu bertahan hingga detik ini."

"Jagoan ?"

"Iya, bayi anda laki-laki Pak..Apa nyonya Lee belum cerita tentang ini ?" Jeno lagi-lagi terdiam.

"Mungkin itu saja yang dapat saya sampaikan Pak. Tetap jaga istri dan calon anak anda, pastikan nutrisinya tercukupi." Setelah mengatakan itu, dokter lalu mempersilahkan Jeno untuk meninggalkan ruangan.

Jeno lalu menuju ruangan Haechan. Tampak istrinya itu masih terlelap dengan infus yang tersambung di tangannya. Perhatian Jeno lalu turun ke perut Haechan.

"Laki-laki ya..baguslah, kau pasti bisa menjaga ibumu.."

To be continue

Hallloo, kita bertemuu lagii !!

Sorry for typo !

Vote & coment !!

DUNIA NONO [NOHYUCK] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang