H-4 | Who?
Hari memasuki hari selasa. Seperti biasa Muthe menjalani kegiatan sekolah belajar mengajar dan kegiatan sebagai osis. Akan begitu terus sampai dirinya lulus dari sekolah—tunggu, terkecuali jika minggu ujian.
Sedangkan Jessi kekasihnya berbanding terbalik dengan kegiatan yang di lakukan. Jessi pagi ini sudah berada di kantor milik ayah bersama Cici nya; Jesslyn. Untuk membicarakan tentang masalah bisnis keluarga.
Sang ayah menanyakan ulang pertanyaan tentang Keikut sertaan Jessi untuk pergi ke Jepang. Anak perempuan yang paling terakhir itu memutar bola mata, sungguh Jessi malas jika harus membicarakan hal ini lagi.
Tentu kemalasan Jessi ini memiliki alasan. Mengapa dirinya harus ikut? Dan paling menyebalkannya ini terjadi begitu saja-dengan cepat Jessi di paksa untuk ikut.
"Ga usah marah-marah ga jelas gitu,
Jawab aja pertanyaan papa"Jessi berdecak kesal mendengar suara Jesslyn yang tiba-tiba berbicara. Ganggu aja, batinnya.
"Iya Jessi ikut, sekitar 1 bulan doang kan?" Jawabnya setelah menghirup nafas se-dalam mungkin.
Ayah tersenyum mendengar jawaban pasti dari putri bungsu nya. Menganggukan kepala dengan ekspresi senang. "Berarti deal ya?"
"Wait,
asal aku masih sekolah —is Deal""Okay okay, itu bukan masalah"
Antara Jessi dan Ayah berjabat tangan guna sebagai bentuk kesetujuan antara dua pihak tanpa berat sebelah. Jesslyn yang menjadi penengah di antara jabatan tangan itu; tersenyum remeh—masalah gini aja harus banget jabatan tangan dasar Jessi anak papa.
Sudah, itu saja pertemuan mereka pagi ini hanya sekedar makan pagi bersama di kantor sang Ayah dan berbincang hal yang; penting-tak penting. Selesai membincangkan jadwal dan kesepakatan bisnis keluarga, Jesslyn pamit pergi untuk menemui urusan nya.
Selang beberapa menit Jessi ikut pamit pergi kepada sang ayah dari ruangan kerja. Sebenarnya Jessi tidak tahu ingin kemana tapi ia bosan jika berada di ruangan perkantoran dan hanya berkutik dengan handphone.
Andai saja Jessi tidak keceplosan memberi tahu Muthe; tentang rencana mengajak bolos teman teman nya pada hari kemarin. Mungkin kini Jessi ada tujuan ingin kemana—Tapi ya sudahlah itu sudah berlalu, merugikan juga bila masih di sesali.
"Pa, Jessi pergi ya
Mau jalan jalan."Pamit Jessi yang sudah beranjak dari sofa dan berlalu ke arah pintu keluar tanpa menunggu jawaban dari sang Ayah.
"Jes…"
Baru saja menggenggam gagang pintu; Ayah memanggil anaknya yang membuat Jessi seketika berhenti melakukan kegiatan. Jessi tidak menjawab panggilan itu, hanya memutar kepala ke arah samping dan ekor mata melihat ke belakang —sebagai simbolis menunggu jawaban.
"Jangan bikin mama kecewa lagi."
Itu, itu saja?
Percayalah kalimat dengan 5 kata itu mampu membuat Jessi membeku untuk beberapa menit di dalam posisi menggenggam gagang pintu. Kalimat itu menyerang batin nya, tapi Jessi langsung menggeleng kalut dalam kebekuan; seakan menyadari diri sendiri. Dan segera membuka pintu lalu keluar seutuhnya dari ruangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] 1. Rahasia || JesMuth
Random"Aku udah bisa ungkapin Rahasia aku ke kamu. Dan kamu ungkapin Rahasia ke aku waktu itu." × JESSI & MUTHE story × [End] ✓ [Revisi] #Bonus Track [Complete] ! Fanfiction ! ! Happy reading !