Jaemin menatap Lisa yang saat ini tengah memejamkan mata di sebelahnya.
Malam kemarin seperti mimpi, rasanya Jaemin masih mengingat jelas bagaimana dulunya ia sangat menyukai gadis ini sampai rasanya jika gadis ini menghilang, maka kehidupannya pun akan hilang.
Lalisa itu hidupnya. Ia tak akan pernah bisa lepas dari Lisa.
Mata gadis itu perlahan terbuka membuat senyum Jaemin melebar. "Pagi," sapa lelaki itu dengan suara seraknya.
Pipi Lisa merona malu saat mengingat kejadian semalam. Gadis itu lalu memeluk Jaemin, menyembunyikan wajahnya di sana.
Lelaki itu terkekeh, melihat tingkah menggemaskan dari pacarnya itu. "Jangan sampe dia kebangun lagi," ucap Jaemin yang pada dasarnya hanya menggoda.
Lisa yang kelimpungan segera menjauhkan dirinya, "G-gue mandi dulu." Menarik selimutnya, gadis itu merona saat melihat Jaemin hanya menggunakan boxernya saja.
"Awh," ringis Lisa saat mencoba berdiri. Selangkangannya benar-benar sakit.
Jaemin yang panik segera berdiri dan menyusul gadis itu. "Sakit?" tanyanya dengan nada khawatir.
Lisa mengangguk dengan bibir yang mengerucut ke bawah.
"Biar gue gendong." Lelaki itu melemparkan selimutnya yang membuat Lisa melotot kaget.
"Jaemin! Selimutnya!" pekik Lisa panik.
Jaemin terkekeh mendengarnya, lelaki itu lalu menggendong tubuh Lisa. "Gue udah liat semuanya, ngapain ditutupin?"
Mendengar itu, Lisa memukul dada pria nakal itu sambil bersembunyi di dada bidang kekasihnya.
"Mandi bareng."
"Nggak! Ke luar sekarang!"
"Gue gak bakal ngapa-ngapain kok, tenang."
"Tapi anu lo udah mulai berdiri, Jaemin! Keluar atau gue potong tytyd lo!"
Mendengar itu Jaemin meringis, "Iya! Iya, maaf!"
***
Hari ini adalah hari kelulusan Jaemin saat ini Lisa tengah duduk di salah satu kursi sambil menatap ke depannya.
Di pangkuannya terdapat Jeni--anak dari Jisoo yang saat ini tengah tertawa tak jelas karena melihat wajah Lisa yang tertekuk sedari tadi.
"Lama banget deh, kak."
"Ya pacar lo ngapain juga pake huruf J segala."
"Emak lo yang ngasih," dengus Lisa lelah, pasalnya Jaemin tak dipanggil-panggil dari tadi. Lisa mati kutu dibuatnya, gadis itu sungguh bosan dengan pidato yang nampak membosankan itu.
Lisa mengangkat tubuh Jeni senang saat nama Jaemin dipanggil. Gadis itu segera memberi kan Jeni pada Seokjin --suami Jisoo dan langsung memeluk tubuh kekasihnya itu sambil berteriak senang.
"Gue ada hadiah buat lo," bisik Lisa membuat Jaemin mengernyitkan dahinya bingung.
"Apa?" tanya lelaki itu sambil menatap Lisa dengan penasaran
Lisa mengembangkan senyumnya di sana, gadis itu lalu mendekat dan mulai berbisik lembut, "Tunggu nanti," ucapnya lalu mengecup pipi kekasihnya itu.
***
Lisa membawa paperbag berisi hadiahnya untuk Jaemin. Malam ini, gadis itu pergi untuk makan malam bersama di apartemen kekasihnya.
"Duduk dulu," titah Jaemin pada Lisa.
Jaemin membawa satu kue di sana, dan memberikannya pada Lisa.
Lelaki itu melirik ponselnya yang bergetar, "Gue angkat telepon dulu."
Lisa mengangguk, baru setelah itu lelaki itu pergi dari sana untuk mengangkat teleponnya.
Setelah dirasa selesai dengan teleponnya, Jaemin kembali. Matanya membulat terkejut saat melihat Lisa sudah menghabiskan kuenya.
Jaemin segera menepuk-nepuk punggung Lisa, membuat gadis itu terbatuk. "Ngapain, sih?" tanya Lisa dengan nada bicara yang naik, jelas dia terkejut dengan apa yang dilakukan oleh kekasihnya ini.
"Lo makan cincin yang ada di dalem kue?" tanya Jaemin dengan tampang khawatirnya.
"Hah?" Lisa melongo dengan wajah tak bersalahnya, gadis itu menatap Jaemin dengan tampang heran.
"Ke rumah sakit sekarang," ucap lelaki itu segera menarik tangan Lisa untuk mengikutinya.
"Jaem ...." panggil Lisa, yang tak digubris sama sekali oleh lelaki itu.
"Itu cincin buat ngelamar lo," kata lelaki itu dengan raut wajah panik yang kentara. Dia takut Lisa kenapa-kenapa.
"Hah?" Lisa melepaskan cekalan tangan Jaemin di tangannya, membuat Jaemin menoleh sambil menatapnya heran, "Maksud lo, ini?"
Jaemin yang tadi panik malah menghela napasnya lega sekarang, cowok itu lalu mencubit pipi kekasihnya, "Kenapa gak bilang?" tanyanya gemas, pada Lisa. Percuma ia khawatir tadi. Ia takut jika harus kehilangan Lisa hanya karena kebodohannya itu. Tadinya, ia hanya ingin memberikan kejutan dengan melamar Lisa secara romantis, namun kenyataannya malah diluar dugaan.
"Gue kira ini souvenir dari tokonya," balas gadis itu dengan wajah tanpa dosanya.
"Itu kue buatan gue, Lisa," ucap Jaemin gemas. Dan hal itu membuat Lisa tertawa.
Gadis itu lalu memberikan cincinnya pada Jaemin, "Lamar gue pake kalimat romantis. Gue gak mau tahu."
Jaemin tersenyum, lelaki itu segera bersimpuh di hadapan Lisa sambil mendongak. "Gue gak tahu seberapa besar cinta gue sama lo, yang pasti setiap kali gue berada di sisi lo, gue selalu nyaman." Senyum Jaemin mengembang, ia tak tahu jika kalimat itu romantis atau tidak, yang jelas kalimatnya itu tulus dari hati yang terdalamnya.
"Let's be happy ending together. Be my wife? Gak ada penolakan," ujar cowok itu dengan kalimat penekanan di akhir.
Sedikit tersipu mendengar lamaran Jaemin, Lisa mengangguk malu-malu, wajahnya bahkan sudah memerah saat ini. Melihat itu, Jaemin segera memasangkan cincinnya pada Lisa lalu memeluk gadis itu sambil mencium puncak kepala kekasihnya.
"Mana hadiah kelulusan gue?" tanya lelaki itu dengan alis menukik, menagih janjinya.
Lisa tersenyum di sana, gadis itu kemudian mendorong tubuh Jaemin untuk masuk ke dalam rumah lagi. "Sepuluh menit lagi, masuk kamar. Inget, 10 menit! Jangan nakal!" Gadis itu segera berlari ke arah kamar, membuat Jaemin mengerutkan dahinya bingung dengan tingkah absurd kekasihnya itu.
Jaemin melangkahkan kakinya ke arah kamar, membuka pintu, lelaki itu meneguk ludahnya kasar saat melihat Lisa yang saat ini tengah berdiri kaku dengan lingerie yang dipakainya.
Gadis itu nampak cengengesan sambil menutupi tubuhnya.
Dengan langkah lebarnya lelaki itu mendekat ke arah Lisa. Lalu mencium bibir gadis itu dengan tergesa.
Lisa mengumpat dalam hati di sana, salahkan Jisoo yang memberikannya ide seperti ini, ia jadi harus melayani kekasihnya yang nampak seperti binatang jika menyangkut ranjang.
Sementara di sisi lain, Jisoo bersin di tempatnya. "Ada yang ngomongin gue nih." Gadis itu bergidik ngeri, lalu berjalan ke arah suaminya dengan senyum manisnya.