Chapter 13

100 13 41
                                    

BRAK!

"Kak.."

Haruto berlari menghampiri Hyunsuk, memangku tubuh kurus itu. Haruto menarik lengan Hyunsuk untuk tidak menutup telinganya.

"AYAHH TAKUT!! AYAHHH!!!"

Hujan masih belum berhenti dan geledek semakin gede itu bikin Hyunsuk susah berhenti. Haruto terus menenangkan Hyunsuk namun anak itu memberontak dalam pelukannya dan berteriak memanggil Junkyu juga kata 'takut' dan 'sakit' yang terus Hyunsuk gumamkan.

"Kak. Hyunsuk kenapa kak?" Tanya Nadila.

Haruto menggeleng. Ia merasakan tubuh Hyunsuk perlahan meluruh. Tubuhnya melemas. Ah, Hyunsuk pingsan lagi ya?

Haruto menidurkan Hyunsuk di kasurnya. Mengusak lembut surai Hyunsuk. Saat Hyunsuk sadar dari pingsan tadi, Hyunsuk mulai berteriak lagi karena hujan belum reda di tambah geledek semakin gede. Nadila terus menghubungi Junkyu namun tidak tersambung sama sekali. Jadilah Nadila menelpon sang kakak dan meminta bantuannya untuk datang kemari. Apalagi, sekarang dirinya tengah mengandung.

"Udah berapa kali Hyunsuk pingsan?" Tanya Haruto.

"Dua kali sama sekarang kak. Hyunsuk terus teriak pas ada guntur. Tadi juga di tenangin sama mas Junkyu tetep aja teriak, terus pingsan. Sama kayak tadi kakak lakuin" jelas Nadila.

Haruto tampak berfikir. "Hujan, di tambah ada Guntur." Gumam Haruto.

"Ada sesuatu terjadi enggak di hujan deras ini? Kayak kabar buruk gitu atau apa? Atau orang yang batin nya kuat sama Hyunsuk?" Tanya Haruto.

Nadila tampak berfikir. Namun ia ke ingat dengan suami nya yang tiba tiba gugup bahkan pergi ke rumah sakit.

"Nanad inget kak. Tadi mas Junkyu sekitar jam 7 tiba tiba pengen ke rumah sakit ada hal penting. Pas nanad tanya juga dia jawabnya gugup" jelas Nadila.

Memang benar kata Nadila. Tadi Junkyu pergi ke rumah sakit pukul 7 malam dan sekarang sudah pukul 10 malam Junkyu belum pulang.

Haruto kembali berfikir. "Sini hp kamu"

Nadila memberikan ponselnya ada Haruto. Haruto mencari kontak Junkyu dan menghubunginya. Di angkat!

"Lo dimana?" Tanya Haruto.

"Gue di rumah sakit, kak"

Haruto mengernyit. Suara Junkyu kenapa serak gitu kek abis teriak teriakan?

"Lo gapapa? Disana ga terjadi apa apa kan? Suara Lo serak." Tanya Haruto lagi.

"Jemput gue, kak. Gue di halte depan rumah sakit. Nanti gue ceritain semuanya."

"Junghwan udah gue suruh nyusul Lo kesana. Lo jangan kemana mana, tetep disana. Gue di rumah temenin adek gue. Anak Lo teriak lagi. Dan ada yang mau gue tanyain juga" jelas Haruto.

"Thanks, kak."

•••

Tut.

Junkyu bersandar pada kursi halte bus. Entah kenapa dirinya menjadi lemas. Belum lagi Junkyu harus memberitahukan kabar menyedihkan ini pada si sulung. Bagaimana cara memberitahukannya?

Ini masih hujan belum lagi geledek. Badan Junkyu udah basah kuyup gara gara lari ke halte bus.

Acara kremasi akan di langsungkan besok pagi pagi sekali. Junkyu memilih pulang dulu tapi ia tidak bisa menyetir mobil dalam keadaan seperti ini. Maka dari itu Junkyu meminta bantuan Haruto, tapi untungnya. Junghwan datang dengan cepat.

"Mana mobil Lo?" Tanya Junghwan.

Junkyu menunjuk ke arah kanan di dekat pohon rindang menggunakan bibirnya.

BERANDALAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang