Beberapa waktu setelah kejadian dramatis di kafe, Jungwoo belum bertemu dan menyambung komunikasi dengan Alphanya. Dia berterima kasih karena mereka bukan dari fakultas yang sama.
Pertemuan itu bagaikan angin lalu, hubungan mereka bagi mimpi buruk yang sekedar menyambangi Jungwoo di suatu malam, kemudian enyah keesokannya. Lelaki itu melanjutkan hidup seperti biasa. Mudah untuk melupakan kenyataan pahit saat rutinitas kuliah-kerja sedang padat.
Seperti sekarang ini, beta itu sedang kebingungan karena harus secepatnya mencetak dokumen tugas sedangkan tempat printing di fakultasnya memasang plat 'libur'. Sial, harusnya tadi dia mampir dipercetakan pinggir jalan saja. Umpat Jungwoo dalam hati.
Dia mengetuk-ngetukan kakinya sambil melihat kanan kiri. Duh, print dimana ya? Tidak mungkin kalau dia harus berjalan ke percetakan depan gerbang belakang. Jungwoo terus berpikir dan... Ah! Benar juga, di fakultas sastra ada koperasi percetakan. Fakultas itu yang lokasinya paling dekat dengan fakultas teknik.
Beta itu lalu mulai membawa kakinya ke arah koperasi sastra sambil berdoa agar tempat itu tidak tiba-tiba tutup juga. Untungnya ketika sampai, tempat targetnya masih buka. Segera dia memberikan file yang akan dicetak kepada petugas. Lalu Jungwoo duduk menunggu.
Koperasi fakultas sastra berada di samping kantin. Ini terhitung jam makan siang sehingga masih lumayan ramai. Omong-omong sastra dia jadi ingat Mark. Mungkin saja temannya itu juga sedang makan di kantin kan?
Benar saja, ketika dikirimi pesan Mark bilang dia sedang ngadem di kantin sehabis kelas. Kebetulan file nya sudah selesai di cetak.
"Mas, ini dokumennya, pake plastik?" Perkataan petugas mengambil atensi si beta.
"Ah iya, pake plastik ya Pak. Totalnya jadi berapa?"
"Dua belas Mas." Jungwoo memberikan lembaran dua puluh ribu. Petugas itu lalu memberi kembalian sembari si beta beranjak.
"Terima kasih Pak, mari."
Bergeser sedikit, dia mencari tempat dimana Mark duduk. Tidak disangka, Jungwoo berpapasan dengan Renjun, mereka berdua agak kaget, omega itu kemudian tersenyum yang dibalas Jungwoo dengan anggukan kaku.
There's no hard feeling between them, tapi bertemu pacar orang yang belakangan ini ada di daftar merahnya membuat Jungwoo sedikit terganggu.
Mark di bangkunya ternyata sedang memperhatikan, dia bertanya "Lo kenal sama dia?"
"Nggak, sekedar tau aja." Jawab si beta.
"Tau darimana? Itu adek tingkat gue. Lo kan ga pernah keluar." Timpal Mark.
Oh, jadi Renjun anak sastra? That's a news.
"Panjang ceritanya. Udah dulu ya mau kelas nih." Jungwoo menyeruput soda gembira milik mark lalu pergi dengan sedikit berlari. Dia tidak bisa berlama-lama jika tidak mau di-alpha dosen.
"Heh, main nyruput aja, inget nanti gue tagih ceritanya woi!"
Mark tidak habis pikir dengan sahabatnya. Jungwoo menemuinya cuma sekedar untuk 'mencuri' minumannya. Gak modal banget ni anak, pikir Mark.
Jungwoo mengacungkan jempol tanpa berbalik.
Selesai kelas, jungwoo menghubungi mark dan mereka pulang bersama namun mampir dulu ke tempat tongkrongan langganan dua sahabat itu.
"Jadi gimana?" todong Mark kangsung sesaat setelah mereka duduk.
"Bentar elah, pesen dulu kali."
Mark berdecak, mereka akhirnya memesan sesuatu dan menunggu pesanan itu datang. Jungwoo memainkan ponselnya, sengaja mengabaikan Alpha dihadapannya yang memandang penuh arti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beta
FanfictionSiapa sangka, Jungwoo yang merupakan seorang beta ternyata mempunyai mate seorang dominan Alpha? Hidup tidak pernah lebih rumit setelahnya. Bxb story⚠️