33. Hailor

281 32 0
                                    


Masih ada hal yang tidak aku mengerti di dalam buku Joseph. Salah satunya ada di depan mataku saat ini. Anjing Besar Helmia itu masih berada di dalam kamarku, dia duduk sambil menatapku dengan antusias. Dia baru saja menghabiskan semangkuk sup yang aku minta kepada Mai pagi ini. Semua makananku sekarang dibawa masuk ke dalam kamar, dan anjing itu terus memintaku untuk berbagi dengannya.

"Hei, apa kau tidak akan kembali ke gua tempat asalmu?"

Anjing itu tidak menjawab.

Aku sudah berusaha berkomunikasi dengannya, tapi mungkin karena anjing ini masih tergolong anak anjing, dia bahkan tidak mengerti apa yang aku ucapkan.

Setelah selesai makan, anjing itu berguling-guling di atas karpet bulu. Ia kemudian berjalan masuk ke dalam bawah tempat tidurku dan tidur di sana. Itu hal yang selalu dia lakukan saat setelah melakukan apapun di luar bawah tempat tidur.

Aku meletakkan cangkir teh begitu mendengar suara ketukan dari luar. Seorang perempuan berwajah ceria datang bersama Mai. Hari ini aku akan pergi keluar istana, dan perempuan itu yang akan menjadi penata riasku.

Surat pemberitahuan yang aku kirim mendapat balasan manis dari kediaman keluarga Hailor. Dengan itu, aku akan berangkat ke sana pagi ini. Mengenakan gaun biru yang sudah disiapkan untukku sebelumnya.

"Yang Mulia Putri, semuanya sudah siap."

"Baiklah, mari berangkat."

Kereta kuda istana akan aku gunakan kali ini. Sebenarnya jauh lebih cepat pergi dengan menunggang kuda secara langsung, namun karena aku tidak ingin gaunku rusak, maka aku memilih menempuh waktu yang lebih lama. Aku ingin tampil dengan baik di kediaman Hailor nanti.

Sir Alex juga ikut bersamaku. Kedua komandan kesatria itu, Alex dan Rian, selalu meminta untuk ikut ketika aku keluar dari istana, meski aku sudah mengatakan bahwa hanya Ricard yang akan menemaniku. Mereka akan bergantian ikut, entah bagaimana cara menentukannya.

"Putri, saya ingin bertanya. Sebenarnya apa urusan Anda mengunjungi kediaman Hailor? Bukankah tidak ada urusan mendesak yang berkaitan dengan wilayah mereka?" Sir Alex bertanya. Dia bahkan tidak tahu pasti tujuan kunjunganku, tapi tetap memilih untuk ikut. Jari-jari Sir Alex merapikan kancing lengan bajunya, dia sudah berpakaian rapih namun tidak memiliki tujuan yang jelas.

"Bisa dibilang, ini urusan pribadi."

Sir Alex langsung menoleh, "Bahkan saya tidak boleh mengetahuinya?"

Aku membalas, "Itu bukan hal yang penting bagi Anda, Sir."

Sir Alex tersenyum, lalu mengalihkan pandangannya keluar jendela. Setelah itu dia bahkan tidak mengajaku bicara apapun lagi.

Perjalanan ke wilayah Hailor memang panjang, namun aku harus bertahan agar tidak merusak gaun yang sudah aku siapkan dengan baik.

Count Hailor ternyata sudah berdiri di depan pintu mansionnya begitu aku sampai. Dia bersama beberapa pelayan menyambut kedatanganku. Suasana begitu ramai, terlihat Count Hailor begitu mengharapkan kedatanganku.

"Selamat datang di kediaman Hailor, Yang Mulia Putri," Count Hailor datang memberi salam kepadaku. Dia ditemani dengan Countess yang juga ikut memberi salam.

"Sambutan yang sangat meriah, Tuan Count."

"Kami senang jika Yang Mulia Putri menyukainya."

Count dan Countess mengajaku masuk ke dalam. Aula dengan dinding putih dengan ukiran tanaman rambat terlihat mewah begitu terlihat oleh mataku. Mansion Hailor memang tidak sebesar mansion lain yang pernah aku masuki sebelumnya, namun aula ini tampak memiliki kesan keindahan tersendiri. Di dalam novel sendiri, aula kediaman Hailor diceritakan sebagai aula dengan aura yang kuat, yang membuat siapapun yang memasukinya untuk tetap diam menikmati keindahan tersebut.

Until I DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang